Sebut Kasus Intoleransi Terus Meningkat, Ini Harapan Ketum PBNU

Selasa, 29 Desember 2020 - 16:32 WIB
loading...
Sebut Kasus Intoleransi Terus Meningkat, Ini Harapan Ketum PBNU
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj mengingatkan agar semua elemen bangsa menjadikan perbedaan harus menjadi energi untuk memproduksi kekuatan kolektif sebagai sebuah bangsa. Foto: SINDOnews/abdul rochim
A A A
JAKARTA - Kasus intoleransi sepanjang 2020 masih merebak bahkan cenderung meningkat. Karena itu, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ( PBNU ) mengingatkan semua pihak agar kembali kepada jati diri bangsa yang menghargai kemajemukan, pluralitas, serta heterogenitas. Jati diri bangsa itu dirumuskan dalam konsensus agung bernama Pancasila, yang dibangun di atas bingkai Bhineka Tunggal Ika.

"Perbedaan harus menjadi energi untuk memproduksi kekuatan kolektif sebagai sebuah bangsa, bukan dijadikan sebagai benih untuk menumbuhkan perpecahan. Kebhinekaan harus menjadi kekuatan bangsa. Kebinekaan tidak boleh menjadi anasir destruktif yang memberi konstribusi bagi rusaknya persatuan dan kesatuan bangsa," tutur Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj dalam Refleksi Tahun 2020 & Taushiyah Kebangsaan Nahdlatul Ulama Memasuki Tahun 2021 yang disiarkan secara virtual, Selasa (29/12/2020).

(Baca: Katib ‘Aam PBNU Bekali Mahasiswa PTKI Genealogi Ekstremisme Radikalisme)

PBNU juga mengingatkan bahwa demokrasi sebagai sistem untuk mewujudkan kesejahteraan publik memiliki potensi dibajak oleh gerakan apapun, baik oleh gerakan fundamentalisme agama dan ideologi maupun fundamentalisme pasar.

"Kebebasan sebagai bagian watak demokrasi telah memberi panggung kepada kelompok radikal mengekspresikan pikiran dan gerakannya yang berpotensi merongrong NKRI melalui berbagai provokasi permusuhan dan juga terorisme," paparnya.

(Baca: Intoleransi dan Radikalisme Ganggu Stabilitas Negara)

Pada momentum revolusi 4.0 ini, kata Said Aqil, iklim demokrasi salah satunya bertumpu pada digitalisasi. Ekspresi demokrasi dan politik diungkapkan melalui kanal-kanal media sosial. Dunia maya berkembang sangat pesat, termasuk dalam konteks penyebaran isu politik, sosial, keagamaan serta isu lainnya.

"Melihat kondisi seperti ini, PBNU menilai perlu adanya upaya yang lebih ekstensif dan intensif dalam membangun narasi-narasi positif dalam wujud konten yang kreatif, sehingga penyebaran berita bohong, fitnah, polarisasi, dan radikalisme yang selama ini teresonansi gerakannya melalui media sosial bisa diatasi dengan baik," tuturnya.
(muh)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1544 seconds (0.1#10.140)