Kemenangan Joe Biden dan Komunitas Muslim Amerika
loading...
A
A
A
Perang itu tidak berlanjut di zaman Clinton yang Demokrat. Bahkan kita diingatkan justeru Clinton melakukan pembelaan kepada warga Muslim di Bosnia dan Kosovo ketika itu.
Lalu perang kembali bergejolak di zaman Presiden GW Bush Jr yang juga Republican di Irak hingga tumbangnya Saddam Hussein. Di zamannyalah Irak porak poranda, bahkan mengakibatkan resesi ekonomi Amerika dan dunia.
Poin yang ingin saya sampaikan adalah bahwa tuduhan jika Demokrat (dalam hal ini Biden) senang perang tidak selamanya benar. Justru Republican-lah dalam sejarahnya yang selalu berpihak kepada kapitalis (kaum kaya) yang selalu melakukan peperangan untuk kepentingan kapitalisme.
Terkhusus dalam masalah Israel-Palestina, ternyata Trumplah yang dengan muka kebal mengakui Jerusalem sebagai ibukota Israel. Juga memindahkan Kedutaan Amerika dari Tel Aviv ke Jerusalem. Walaupun kenyataannya bertentangan dengan berbagai resolusi PBB.
Bagaimana dengan China?
Dalam tatanana global saat ini memang Amerika dan China sedang bersaing. Dan karenanya tekan menekan akan terus terjadi ke depan, siapapun presidennya.
Sejujurnya Trump punya kelemahan menghadapi China. Kelemahan itu karena dia sendiri punya utang pribadi yang cukup besar kepada China. Menurut informasi Trump berutang sekitar USD400 juta ke China.
Saya justru menilai jika Biden atau Demokrat akan lebih tegas ke China ke depan. Kita ketahui bahwa Demokrat sangat peduli dengan isu-isu HAM. Hal ini akan menjadi modal bagi warga Muslim Amerika untuk menekan pemerintahan Biden untuk membela hak-hak warga Uighur di China.
Secara umum dengan terpilihnya Biden hubungan internasional Amerika akan kembali rasional dan normal. Selama ini Amerika jadi aneh dan nampak tidak rasional dalam hubungan internasionalnya. Amerika dengan mudah menarik diri dari banyak kerjasama global, termasuk keluar dari Paris Climate Change Treaty dan WHO justeru di saat diperlukan kerjasama global mengahdapi pandemi Covid-19.
Isu-isu Moralitas
Banyak yang kemudian menuduh bahwa dengan Joe Biden-Kamala Harris menjadi pemimpin Amerika isu-isu imoralitas semakin menguat. Kita kenal bahwa Demokrat memang menganut paham liberalisme. Artinya memberikan kebebasan kepada semua pihak untuk eksis dan berkembang. Termasuk apa yang kita anggap bertentangan dengan nilai-nilai kita.
Tapi hal ini ternyata dalam realitanya tidak merubah realita di lapangan. Justru saya yakin cara terfektif untuk melakukan perubahan cara Pandang dan karakter masyarakat justeru melalui proses pendidikan dan pembudayan yang baik. Dalam bahasa agama melalui kerja-kerja dakwah.
Lalu perang kembali bergejolak di zaman Presiden GW Bush Jr yang juga Republican di Irak hingga tumbangnya Saddam Hussein. Di zamannyalah Irak porak poranda, bahkan mengakibatkan resesi ekonomi Amerika dan dunia.
Poin yang ingin saya sampaikan adalah bahwa tuduhan jika Demokrat (dalam hal ini Biden) senang perang tidak selamanya benar. Justru Republican-lah dalam sejarahnya yang selalu berpihak kepada kapitalis (kaum kaya) yang selalu melakukan peperangan untuk kepentingan kapitalisme.
Terkhusus dalam masalah Israel-Palestina, ternyata Trumplah yang dengan muka kebal mengakui Jerusalem sebagai ibukota Israel. Juga memindahkan Kedutaan Amerika dari Tel Aviv ke Jerusalem. Walaupun kenyataannya bertentangan dengan berbagai resolusi PBB.
Bagaimana dengan China?
Dalam tatanana global saat ini memang Amerika dan China sedang bersaing. Dan karenanya tekan menekan akan terus terjadi ke depan, siapapun presidennya.
Sejujurnya Trump punya kelemahan menghadapi China. Kelemahan itu karena dia sendiri punya utang pribadi yang cukup besar kepada China. Menurut informasi Trump berutang sekitar USD400 juta ke China.
Saya justru menilai jika Biden atau Demokrat akan lebih tegas ke China ke depan. Kita ketahui bahwa Demokrat sangat peduli dengan isu-isu HAM. Hal ini akan menjadi modal bagi warga Muslim Amerika untuk menekan pemerintahan Biden untuk membela hak-hak warga Uighur di China.
Secara umum dengan terpilihnya Biden hubungan internasional Amerika akan kembali rasional dan normal. Selama ini Amerika jadi aneh dan nampak tidak rasional dalam hubungan internasionalnya. Amerika dengan mudah menarik diri dari banyak kerjasama global, termasuk keluar dari Paris Climate Change Treaty dan WHO justeru di saat diperlukan kerjasama global mengahdapi pandemi Covid-19.
Isu-isu Moralitas
Banyak yang kemudian menuduh bahwa dengan Joe Biden-Kamala Harris menjadi pemimpin Amerika isu-isu imoralitas semakin menguat. Kita kenal bahwa Demokrat memang menganut paham liberalisme. Artinya memberikan kebebasan kepada semua pihak untuk eksis dan berkembang. Termasuk apa yang kita anggap bertentangan dengan nilai-nilai kita.
Tapi hal ini ternyata dalam realitanya tidak merubah realita di lapangan. Justru saya yakin cara terfektif untuk melakukan perubahan cara Pandang dan karakter masyarakat justeru melalui proses pendidikan dan pembudayan yang baik. Dalam bahasa agama melalui kerja-kerja dakwah.