Kemenangan Joe Biden dan Komunitas Muslim Amerika
loading...
A
A
A
Shamsi Ali
Imam/Direktur Jamaica Muslim Center
Presiden Nusantara Foundation
SAYA tidak tahu akan memulai dari mana. Terlalu banyak hal yang perlu saya sampaikan, sekaligus saya respons. Banyak pertanyaan sekaligus keraguan atas dukungan Komunitas Muslim terhadap Joe Biden-Kamala Harris dalam Pilpres AS ini.
Barangkali saya mulai dengan mengatakan bahwa dalam menentukan pilihan politik, bukan hanya satu dua aspek yang menjadi dasar. Bukan hanya aspek kebijakan luar negeri misalnya. Tapi juga bukan sekedar aspek domestic policy (kebijakan dalam negeri).
Joe Biden dan Kamala Harris adalah bagian dari pelaku politik Amerika. Dan satu hal yang pasti dalam perpolitikan di Amerika bahwa kebijakan negara tidak ditentukan oleh peròrangan. Bukan Presiden, apalagi ketua partai.
Amerika adalah negara dengan sistem kenegaraan yang solid. Yang menentukan wajah negara dan bangsa adalah sistem. Dan karenanya hendaknya dipahami oleh semua pihak bahwa kebijakan pemerintahan antara yang satu dan yang lain tidak akan banyak berubah secara mendasar (fundamental) kecuali jika memang terjadi perubahan sistem secara mendasar.
Lalu di mana kepentingan atau manfaat dalam dukungan politik atau seorang calon dalam pilihan politik? Saya pernah menyampaikan bahwa dalam menentukan pilihan politik di Amerika ada dua kemungkinan metode yang terpakai.
Pertama, metode “al-afdholiyah” (yang terbaik atau yang lebih baik). Kedua, metode “aqallu ad-dhiraraen” (lebih sedikit mudhoratnya).
Inilah yang kami pakai dalam menilai dan menentukan pilihan antara dua kandidat presiden Amerika; Joe Biden dan Donald Trump. Bahwa dengan segala kesamaan, keduanya tentunya kapitalis, punya ambisi untuk kepentingan Amerika di dunia global, tentu ada sisi-sisi yang membedakan keduanya.
Berikut saya sampaikan beberapa perbedaan di antara keduanya. Sekaligus menepis beberapa pandangan tentang Biden dalam hal kebijakan Timur Tengah dan Global secara umum.
Kebijakan Dalam Negeri
Jauh sebelum menjadi Presiden Amerika, Donald Trump memang dkenal dengan sikapnya yang anti “non-White”. Belakangan yang paling nampak adalah anti imigran, khususnya Islam. Artinya tanpa ragu kita katakan bahwa Trump memang orang yang rasis.
Imam/Direktur Jamaica Muslim Center
Presiden Nusantara Foundation
SAYA tidak tahu akan memulai dari mana. Terlalu banyak hal yang perlu saya sampaikan, sekaligus saya respons. Banyak pertanyaan sekaligus keraguan atas dukungan Komunitas Muslim terhadap Joe Biden-Kamala Harris dalam Pilpres AS ini.
Barangkali saya mulai dengan mengatakan bahwa dalam menentukan pilihan politik, bukan hanya satu dua aspek yang menjadi dasar. Bukan hanya aspek kebijakan luar negeri misalnya. Tapi juga bukan sekedar aspek domestic policy (kebijakan dalam negeri).
Joe Biden dan Kamala Harris adalah bagian dari pelaku politik Amerika. Dan satu hal yang pasti dalam perpolitikan di Amerika bahwa kebijakan negara tidak ditentukan oleh peròrangan. Bukan Presiden, apalagi ketua partai.
Amerika adalah negara dengan sistem kenegaraan yang solid. Yang menentukan wajah negara dan bangsa adalah sistem. Dan karenanya hendaknya dipahami oleh semua pihak bahwa kebijakan pemerintahan antara yang satu dan yang lain tidak akan banyak berubah secara mendasar (fundamental) kecuali jika memang terjadi perubahan sistem secara mendasar.
Lalu di mana kepentingan atau manfaat dalam dukungan politik atau seorang calon dalam pilihan politik? Saya pernah menyampaikan bahwa dalam menentukan pilihan politik di Amerika ada dua kemungkinan metode yang terpakai.
Pertama, metode “al-afdholiyah” (yang terbaik atau yang lebih baik). Kedua, metode “aqallu ad-dhiraraen” (lebih sedikit mudhoratnya).
Inilah yang kami pakai dalam menilai dan menentukan pilihan antara dua kandidat presiden Amerika; Joe Biden dan Donald Trump. Bahwa dengan segala kesamaan, keduanya tentunya kapitalis, punya ambisi untuk kepentingan Amerika di dunia global, tentu ada sisi-sisi yang membedakan keduanya.
Berikut saya sampaikan beberapa perbedaan di antara keduanya. Sekaligus menepis beberapa pandangan tentang Biden dalam hal kebijakan Timur Tengah dan Global secara umum.
Kebijakan Dalam Negeri
Jauh sebelum menjadi Presiden Amerika, Donald Trump memang dkenal dengan sikapnya yang anti “non-White”. Belakangan yang paling nampak adalah anti imigran, khususnya Islam. Artinya tanpa ragu kita katakan bahwa Trump memang orang yang rasis.