Koperasi Masjid Dinilai Punya Potensi Besar untuk Umat
loading...
A
A
A
JAKARTA - Koperasi masjid mempunyai potensi yang sangat besar karena memiliki captive market yaitu jamaah. Oleh karena itu, pemasarannya tidak hanya mengurus jamaah tetapi juga memenuhi kebutuhan dan keinginan jamaah.
(Baca juga: Hampir Rampung, Pengembangan Vaksin Merah Putih Sudah Mencapai 40%)
"Koperasi Masjid merupakan market berkekuatan moral dan memiliki citra positif," kata Dosen FEB Unpad Manajemen Pemasaran Perilaku Konsumen, Dr Arief Helmi dalam Webinar dengan tema Strategi Pemasaran dan Pemanfaatan Teknologi Digital Untuk Memperluas Manfaat Koperasi Masjid, Kamis (13/8/2020).
(Baca juga: Pemerintah Harus Beri Kepastian Langkah Penanganan Covid-19)
Agar koperasi masjid mampu berkembang, Arief menjelaskan, perlu menggunakan strategi pemasaran. Pemasaran yang hebat mencakup dua hal yakni good at sensing dan good at responding.
"Misalnya contoh yang bagus itu Aqua. Dulu Pak Tirto (Tirto Utomo) diketawain karena membuat air dalam kemasan, tapi dia bisa membaca lingkungan, dia tahu bahwa ada kebutuhan air putih yang higienis dan dia merespons dengan mengemasnya di dalam botol. Dan Aqua menjadi produk yang berhasil. Sensing, adalah membaca, melihat dan peka terhadap lingkungan, terutama kebutuhan atau keinginan pasar," ucap Arief.
Kemudian Good at Responding yaitu mampu dan kreatif memenuhi kebutuhan dan keinginan pasar. Pada koperasi masjid, kepekaan akan jamaah adalah kunci. Dijelaskan pula bahwa manajer koperasi harus mampu dan kreatif memenuhi keinginan jamaah.
"Produk yang bernilai, produk atau jasa yang bermanfaat, baik rasional dan emosional. Semakin kita berikan manfaat maka semakin dicari," kata Arief.
Sementara itu, CMO Svara Syahrizal Mustofa mengatakan potensi iklan digital dunia mengalami perkembangan yang cukup tinggi dari tahun 1999 hingga 2019. Dikatakan, pada tahun 1999 iklan digital tidak lebih dari 1 persen, namun 20 tahun lebih berjalannya waktu sekarang lebih dari 40 persen penjualan online.
"Bisnis media terutama internet itu 40 persen tapi mirisnya bukan punya kita. Belanja iklan dunia itu lebih dari 200 miliar tapi 2/3 dikuasa FB dan Google. Sehingga ini menunjukkan adanya ketimpangan yang cukup jauh," jelasnya.
Oleh karena itu, Svara membuat radio dengan model yang lebih modern. "Kita buat radio menjadi online sehingga layanannya bukan hanya radio tapi ada layanan podcast dan video seperti youtube. Sehingga pangsa pasarnya menjadi lebih luas," tutur Syahrizal.
Ketua Bidang Ekonomi MUI Bandung, Arsyad Ahmad mengajak seluruh kampus untuk membangun koperasi masjid. Menurutnya, koperasi masjid bisa membantu warga sekitar khususnya dalam bidang ekonomi.
"Kita ingin memasifkan koperasi masjid di kampus-kampus untuk membantu warga yang kurang mampu," kata Arsyad.
(Baca juga: Hampir Rampung, Pengembangan Vaksin Merah Putih Sudah Mencapai 40%)
"Koperasi Masjid merupakan market berkekuatan moral dan memiliki citra positif," kata Dosen FEB Unpad Manajemen Pemasaran Perilaku Konsumen, Dr Arief Helmi dalam Webinar dengan tema Strategi Pemasaran dan Pemanfaatan Teknologi Digital Untuk Memperluas Manfaat Koperasi Masjid, Kamis (13/8/2020).
(Baca juga: Pemerintah Harus Beri Kepastian Langkah Penanganan Covid-19)
Agar koperasi masjid mampu berkembang, Arief menjelaskan, perlu menggunakan strategi pemasaran. Pemasaran yang hebat mencakup dua hal yakni good at sensing dan good at responding.
"Misalnya contoh yang bagus itu Aqua. Dulu Pak Tirto (Tirto Utomo) diketawain karena membuat air dalam kemasan, tapi dia bisa membaca lingkungan, dia tahu bahwa ada kebutuhan air putih yang higienis dan dia merespons dengan mengemasnya di dalam botol. Dan Aqua menjadi produk yang berhasil. Sensing, adalah membaca, melihat dan peka terhadap lingkungan, terutama kebutuhan atau keinginan pasar," ucap Arief.
Kemudian Good at Responding yaitu mampu dan kreatif memenuhi kebutuhan dan keinginan pasar. Pada koperasi masjid, kepekaan akan jamaah adalah kunci. Dijelaskan pula bahwa manajer koperasi harus mampu dan kreatif memenuhi keinginan jamaah.
"Produk yang bernilai, produk atau jasa yang bermanfaat, baik rasional dan emosional. Semakin kita berikan manfaat maka semakin dicari," kata Arief.
Sementara itu, CMO Svara Syahrizal Mustofa mengatakan potensi iklan digital dunia mengalami perkembangan yang cukup tinggi dari tahun 1999 hingga 2019. Dikatakan, pada tahun 1999 iklan digital tidak lebih dari 1 persen, namun 20 tahun lebih berjalannya waktu sekarang lebih dari 40 persen penjualan online.
"Bisnis media terutama internet itu 40 persen tapi mirisnya bukan punya kita. Belanja iklan dunia itu lebih dari 200 miliar tapi 2/3 dikuasa FB dan Google. Sehingga ini menunjukkan adanya ketimpangan yang cukup jauh," jelasnya.
Oleh karena itu, Svara membuat radio dengan model yang lebih modern. "Kita buat radio menjadi online sehingga layanannya bukan hanya radio tapi ada layanan podcast dan video seperti youtube. Sehingga pangsa pasarnya menjadi lebih luas," tutur Syahrizal.
Ketua Bidang Ekonomi MUI Bandung, Arsyad Ahmad mengajak seluruh kampus untuk membangun koperasi masjid. Menurutnya, koperasi masjid bisa membantu warga sekitar khususnya dalam bidang ekonomi.
"Kita ingin memasifkan koperasi masjid di kampus-kampus untuk membantu warga yang kurang mampu," kata Arsyad.
(maf)