Pesawat Hawk 109/209 Menolak Tua!

Jum'at, 01 Maret 2024 - 05:13 WIB
loading...
A A A
Melalui kerja sama tersebut akan dicapai transfer of technology (ToT) untuk mendukung percepatan pengembangan sistem asli yang akan menjadi inti sistem pesawat Hawk Mk 109 baru. BAE System berharap perjanjian ini dapat menyediakan data yang diperlukan Infoglobal untuk mengembangkan avionik pesawat Hawk 100/200 dan memperpanjang umur pesawat hingga ke dekade berikutnya.

Selain modernisasi sistem avionik yang mengarah pada hadirnya kemampuan interoperabilitas, mustahil pesawat Hawk 100/200 bisa melakukan misi secara maksimal bila tidak ada peremajaan dan pemeliharaan mesin. Untuk mesin, juga dipercayakan kepada PT Infoglobal. Perusahaan yang berbasis di Surabaya ini merangkul PT Nusantara Turbin dan Propulsi (NTP) untuk melakukan reverse engineering engine adour MK-871 Hawk 109/209.

TNI AU juga konsisten melakukan perawatan rutin. Misalnya jika pesawat ringan tersebut telah melaksanakan 2.000 jam terbang, makan akan menjalani pemeliharaan major servicing. Tugas ini dilakukan Satuan Pemeliharaan 32 (Sathar 32), satuan pelaksana di bawah Depo Pemeliharaan 30 (Depohar 30) Lanud Abdulrachman Saleh Malang. Kesatuan sama juga mendapat tugas pemeliharaan Super Tucano dan Cassa C-212.

Latihan Air Joining Procedure (AJP) bersama KRI John Lie-358 menunjukkan pesawat Hawk 100/200 masih layak diandalkan mengawal wilayah udara NKRI.Sebagai bukti, dalam latihan tersebut dua pesawat Hawk 100/200 berhasil melaksanakan prosedur pengenalan yang berhasil diidentifikasi oleh radar udara AWS-9 KRI John Lie-358 sebelum akhirnya melaksanakan prosedur penggabungan.

Bahkan kemudian dua pesawat yang dilibatkan melaksanakan simulasi penyerangan udara ke permukaan terhadap KRI John Lie-358. Hal tersebut menjadi bukti kapasitas pesawat Hawk 100/200 melaksanakan taktik ofensif terhadap kapal perang di laut bebas dan bermanuver menghindari serangan balasan unsur kapal permukaan.

baca juga: Ketua DPP Perindo: Kemandirian Produksi Alutsista Kunci Efektivitas Sishankamrata

Kondisi pesawat Hawk 100/200 yang masih prima dan mampu mengikuti tantangan jaman serta merta mengingatkan peran krusial yang pernah diembannya. Peristiwa monumental diukirnya pada 1 September 1999 saat Hawk 209 meng-intersep penerbangan ilegal F-18 Hornet Australia saat tengah melakukan misi patroli di langit Kupang.

Bahkan saat itu dua pesawat TNI AU yang dipiloti Kapten Azhar 'Gundala' Aditama dengan nomor seri Hawk Mk 209 single-seat TT-1207, dan Henri Alfiandi dengan callsign 'Tucano' dengan Anton 'Tomcat' Mengko di Hawk Mk 109 TL-0501 berkursi ganda, sempat menanjak ke ketinggian 28.000 kaki untuk duel udara. Walaupun lawannya F-18 Hornet, Hawk 209 mampu mengunci F-18 dan bersiap menembakkan rudal udara ke udara AIM-9 Sidewinder ke Hornet. Akibatnya pesawat Australia langsung ngacir.

Kendati modernisasi mampu memperpanjang usia hingga sepuluh tahun ke depan, tentu TNI AU tidak bisa berharap lebih pada pesawat Hawk 100/200. Apalagi untuk berhadapan dengan pesawat tempur generasi lebih anyar, yakni generasi 4.5 atau bahkan generasi 5.

Namun paling tidak, pesawat tersebut masih layak dan memenuhi standar ukuran pesawat modern – yang didukung kemampuan interoperabilitas untuk membantu melakukan tugas patroli udara. Karena secara faktual jumlah pesawat tempur TNI AU masih terbatas dan belum hadirnya pesawat tempur teranyar yang dibeli pemerintah. (*)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0859 seconds (0.1#10.140)