Ketua DPP Perindo: Kemandirian Produksi Alutsista Kunci Efektivitas Sishankamrata
loading...
A
A
A
JAKARTA - Indonesia menganut Sistem Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta (Sishankamrata) dalam menjaga kedaulatan negara. Namun demikian, efektivitas sistem pertahanan tersebut perlu didukung oleh kemandirian industri pertahanan dalam negeri untuk memproduksi alat utama sistem persenjataan (alutsista).
Hal itu disampaikan Ketua DPP Partai Persatuan Indonesia (Perindo) Bidang Hankam dan Siber Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati sesuai debat Capres 2024 yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Istora Senayan, Jakarta Pusat.
Perempuan yang akrab disapa Nuning ini menyebut berdasarkan pengalaman sejarah perang kemerdekaan yang kemudian diamanatkan ke dalam UUD 1945 maka Indonesia menganut Sistem Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta (Sishankamrata).
”Sistem tersebut juga terbukti memadamkan berbagai pemberontakan dan gerakan separatis. Sistem tersebut juga andal mendeteksi sekaligus mengatasi aksi terorisme,” ujarnya, Minggu (7/1/2024).
Mantan anggota Komisi I DPR ini menilai, sishankamrata mengutamakan integrasi komponen utama, komponen cadangan (komcad), dan komponen pendukung. Ketiga komponen tersebut berperan penting dalam mengalahkan Belanda dan Inggris dalam perang kemerdekaan Indonesia. ”Rakyat sebagai komponen pendukung sishankamrata terbukti andal mendukung komponen utama,” katanya.
Berdasarkan sishankamrata, kata pengamat militer dan intelijen ini, maka pola operasi militer TNI baik pada masa damai maupun masa perang menggunakan paradigma Defensif-Aktif. Artinya, pola operasi tidak ditujukan untuk tujuan menyerang negara lain tapi ditujukan untuk bertahan dari serangan negara mana pun. Meskipun demikian, pola operasi pertahanan tidak bersifat pasif, melainkan harus aktif.
”Meskipun proses pemilihan dan pengadaan alutsista tersebut sudah menggunakan mekanisme yang benar, tetapi negara lain sebagai produsen alutsista juga tidak selalu bisa menjual produk alutsista yang kita butuhkan,” ucapnya.
Beberapa kali proses pemilihan dan pengadaan alutsista menginginkan produk yang betul-betul baru tetapi kenyataan yang ada hanya tersedia produk bekas. Produk alutsista yang baru memiliki harga yang sangat mahal dan proses konstruksi bisa mencapai 4 sampai 5 tahun.
Hal itu disampaikan Ketua DPP Partai Persatuan Indonesia (Perindo) Bidang Hankam dan Siber Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati sesuai debat Capres 2024 yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Istora Senayan, Jakarta Pusat.
Perempuan yang akrab disapa Nuning ini menyebut berdasarkan pengalaman sejarah perang kemerdekaan yang kemudian diamanatkan ke dalam UUD 1945 maka Indonesia menganut Sistem Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta (Sishankamrata).
”Sistem tersebut juga terbukti memadamkan berbagai pemberontakan dan gerakan separatis. Sistem tersebut juga andal mendeteksi sekaligus mengatasi aksi terorisme,” ujarnya, Minggu (7/1/2024).
Mantan anggota Komisi I DPR ini menilai, sishankamrata mengutamakan integrasi komponen utama, komponen cadangan (komcad), dan komponen pendukung. Ketiga komponen tersebut berperan penting dalam mengalahkan Belanda dan Inggris dalam perang kemerdekaan Indonesia. ”Rakyat sebagai komponen pendukung sishankamrata terbukti andal mendukung komponen utama,” katanya.
Berdasarkan sishankamrata, kata pengamat militer dan intelijen ini, maka pola operasi militer TNI baik pada masa damai maupun masa perang menggunakan paradigma Defensif-Aktif. Artinya, pola operasi tidak ditujukan untuk tujuan menyerang negara lain tapi ditujukan untuk bertahan dari serangan negara mana pun. Meskipun demikian, pola operasi pertahanan tidak bersifat pasif, melainkan harus aktif.
”Meskipun proses pemilihan dan pengadaan alutsista tersebut sudah menggunakan mekanisme yang benar, tetapi negara lain sebagai produsen alutsista juga tidak selalu bisa menjual produk alutsista yang kita butuhkan,” ucapnya.
Beberapa kali proses pemilihan dan pengadaan alutsista menginginkan produk yang betul-betul baru tetapi kenyataan yang ada hanya tersedia produk bekas. Produk alutsista yang baru memiliki harga yang sangat mahal dan proses konstruksi bisa mencapai 4 sampai 5 tahun.