Asa Rudal Nasional, Mungkinkah Terwujud?
loading...
A
A
A
Munculnya kabar ToT dari Turki pun memancing pertanyaan apa benar negeri itu mau berbagi ilmu atau teknologi dengan Indonesia untuk mewujudkan rudal nasional? Di sisi lain, apakah secara kapasitas SDM Indonesia sudah saatnya dan mampu melangkah menuju penguasaan teknologi rudal?
Turki Pilihan Tepat
“Kami tidak hanya menjual produk tetapi juga mengembangkan proyek bersama jangka panjang. Kami senang ilmu dan pengalaman kami di industri ini dapat dimanfaatkan oleh teman-teman dari negara lain,” kata Erdogan, dalam pameran IDEF 2023.
Pernyataan yang disampaikan pemimpin Turki tersebut secara jelas menegaskan negeri tersebut membuka lebar kepada negara lain untuk membangun kemitraan mengembangkan industri pertahanan. Apalagi dengan Indonesia, negara sahabat yang sama-sama negeri berpenduduk mayoritas muslim, peluang bekerja sama terbuka lebih lebar.
Secara formal, Indonesia-Turki telah menandatangani MoU kerja sama industri pertahanan melalui Menhan Prabowo Subianto bersama Menhan Turki Hulusi Akar, sela-sela KTT G20 di Nusa Dua, Bali beberapa waktu lalu. Kedua negara sepakat membentuk dewan kerja sama strategis tingkat tinggi. Sebelumnya, Indonesia-Turki sejak 2012 juga telah menjalin kemitraan strategis.
Pintu kemitraan Indonesia-Turki sudah tidak lagi di atas kertas. Melalui perusahaan pertahanan BUMN maupun swasta, keduanya sudah melangkah untuk bekerja bersama membuat sejumlah alutsista, seperti Tank Harimau dan Tank amfibhi Zaha; membangun combat management system (CMS) berbagai jenis kapal perang jenis KCR 90, OPV hingga Fregat Merah Putih; dan lainnya.
baca juga: Wamenhan Ungkap Sulitnya Pengadaan Alutsista Baru
Di sisi lain, Turki merupakan negara yang pantas untuk Indonesia menimba ilmu dan mendapatkan bantuan kompetensi teknologi alutsista. Hal ini terkait kapasitas industri pertahanan Turki yang sudah bersaing dengan negara-negara besar. Berdasar data Denfense News yang dirilis 2022, dari 100 perusahaan pertahanan terkemuka dunia, tujuh di antaranya berasal dari Turki.
Bahkan, ASELSAN masuk dalam 50 besar. Perusahaan yang berdiri pada 1975 itu mengembangkan produk mulai dari sistem komunikasi, radar, dan berbagai sistem pertahanan. Produksinya telah digunakan 65 negara di dunia. Selain Aselsan, Turki juga memiliki perusahaan alutsista top global player seperti TAI, BMC, Roketsan, STM Defense Technologies & Engineering Ltd, FNSS, dan Havelsan.
Hampir semua teknologi militer sudah mampu dikembangkan dan diproduksi Turki, dengan kualitas yang tidak kalah dengan negara-negara pemain utama alutsista dunia seperti Amerika Serikat, Prancis, Rusia maupun China. Indikasinya bisa terlihat pada kian banyaknya negara yang mengandalkan alutsista made in Turki untuk memperkuat otot militernya.
Turki Pilihan Tepat
“Kami tidak hanya menjual produk tetapi juga mengembangkan proyek bersama jangka panjang. Kami senang ilmu dan pengalaman kami di industri ini dapat dimanfaatkan oleh teman-teman dari negara lain,” kata Erdogan, dalam pameran IDEF 2023.
Pernyataan yang disampaikan pemimpin Turki tersebut secara jelas menegaskan negeri tersebut membuka lebar kepada negara lain untuk membangun kemitraan mengembangkan industri pertahanan. Apalagi dengan Indonesia, negara sahabat yang sama-sama negeri berpenduduk mayoritas muslim, peluang bekerja sama terbuka lebih lebar.
Secara formal, Indonesia-Turki telah menandatangani MoU kerja sama industri pertahanan melalui Menhan Prabowo Subianto bersama Menhan Turki Hulusi Akar, sela-sela KTT G20 di Nusa Dua, Bali beberapa waktu lalu. Kedua negara sepakat membentuk dewan kerja sama strategis tingkat tinggi. Sebelumnya, Indonesia-Turki sejak 2012 juga telah menjalin kemitraan strategis.
Pintu kemitraan Indonesia-Turki sudah tidak lagi di atas kertas. Melalui perusahaan pertahanan BUMN maupun swasta, keduanya sudah melangkah untuk bekerja bersama membuat sejumlah alutsista, seperti Tank Harimau dan Tank amfibhi Zaha; membangun combat management system (CMS) berbagai jenis kapal perang jenis KCR 90, OPV hingga Fregat Merah Putih; dan lainnya.
baca juga: Wamenhan Ungkap Sulitnya Pengadaan Alutsista Baru
Di sisi lain, Turki merupakan negara yang pantas untuk Indonesia menimba ilmu dan mendapatkan bantuan kompetensi teknologi alutsista. Hal ini terkait kapasitas industri pertahanan Turki yang sudah bersaing dengan negara-negara besar. Berdasar data Denfense News yang dirilis 2022, dari 100 perusahaan pertahanan terkemuka dunia, tujuh di antaranya berasal dari Turki.
Bahkan, ASELSAN masuk dalam 50 besar. Perusahaan yang berdiri pada 1975 itu mengembangkan produk mulai dari sistem komunikasi, radar, dan berbagai sistem pertahanan. Produksinya telah digunakan 65 negara di dunia. Selain Aselsan, Turki juga memiliki perusahaan alutsista top global player seperti TAI, BMC, Roketsan, STM Defense Technologies & Engineering Ltd, FNSS, dan Havelsan.
Hampir semua teknologi militer sudah mampu dikembangkan dan diproduksi Turki, dengan kualitas yang tidak kalah dengan negara-negara pemain utama alutsista dunia seperti Amerika Serikat, Prancis, Rusia maupun China. Indikasinya bisa terlihat pada kian banyaknya negara yang mengandalkan alutsista made in Turki untuk memperkuat otot militernya.