Penyelesaian Stunting dan Jargon Hilirisasi
loading...
A
A
A
Tidak semua anak pendek pasti bermasalah dengan perkembangan otaknya, pun demikian dengan kemungkinan terjadinya anemia. Tetapi anak pendek yang disebabkan oleh karena asupan zat gizi yang tidak adekuat dalam waktu yang lama bisa menuntun kita untuk mendapatkan masalah lainnya yang mungkin terjadi akibat asupan gizi yang tidak adekuat.
Stunting tak hanya menjadi gambaran masa lalu seorang anak, namun juga bisa menjadi gambaran masa depan seseorang. Perkembangan otak yang tidak optimal akan mempengaruhi kecerdasan seorang anak dan tentunya akan turut berdampak pada kecerdasannya dikemudian hari.
Sebuah poin penting dalam produktifitas dan kemampuan untuk bekerja pada bidang yang membutuhkan kecakapan yang tinggi. Tak lupa masalah program metabolik yang berubah dan melahirkan resiko obesitas pada penanganan stunting yang salah.
Obesitas merupakan akar masalah beragam penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus, penyakit jantung koroner dan penyakit kronis lainnya. Stunting bisa menjadi pengingat untuk berhati-hati terhadap semua resiko yang bisa terjadi di kemudian hari.
Dari seluruh rententan kejadian tersebut, menjadi jelas, periode 1.000 HPK yang dipenuhi dengan masalah kurangnya asupan gizi akan berujung pada masalah besar lainnya di kemudian hari. Mengurangi angka stunting berarti mengurangi rangkaian tahapan seorang anak menjadi stunting.
Sehingga sekali lagi secara relevan, menggunakan stunting sebagai indikator perbaikan gizi bagaikan sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Atau dalam sudut pandang berbeda, peningkatan angka stunting menjadi pertanda meningkatnya pula berbagai masalah yang menjadi tahapan terjadinya stunting pada anak.
Jika ibu hamil merupakan target utama upaya pencegahan stunting, maka memastikan para wanita usia subur yang kelak akan mengandung berada dalam status kesehatan yang optimal, merupakan langkah penting yang strategis. Intervensi sedini mungkin pada wanita usia subur dalam hal ini pada kelompok remaja memberikan peluang penyelesaian masalah yang lebih efektif.
Remaja putri yang menderita anemia memiliki dampak buruk di kemudian hari. Remaja putri yang anemia jika tidak segera diatasi akan terbawa hingga ia dewasa dan hamil, yang kemudian juga berdampak buruk bagi janin yang dikandungnya.
Janin yang dikandungnya beriskiko lahir dengan berat badan di bawah 2.500 gram (Bayi Berat Lahir Rendah/BBLR). Bayi Berat Lahir Rendah/BBLR ini dapat meningkatkan risiko sakit dan meninggal pada usia muda. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang anemia berpeluang besar untuk mengalami anemia. Kondisi ini akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan (kemampuan kognitif) anak di kemudian hari.
Catatan Akhir
Masa 1.000 HPK dimulai sejak kehamilan (270 hari) sampai dengan anak berusia 2 tahun (730 hari). Ini adalah masa kritis di mana anak bertumbuh dan berkembang dengan sangat cepat dan signifikan. Masa ini tidak bisa terulang, segala intervensi yang dilakukan pada masa ini akan memberikan hasil yang optimal pada anak sehingga disebut window of opportunities atau periode emas.
Stunting tak hanya menjadi gambaran masa lalu seorang anak, namun juga bisa menjadi gambaran masa depan seseorang. Perkembangan otak yang tidak optimal akan mempengaruhi kecerdasan seorang anak dan tentunya akan turut berdampak pada kecerdasannya dikemudian hari.
Sebuah poin penting dalam produktifitas dan kemampuan untuk bekerja pada bidang yang membutuhkan kecakapan yang tinggi. Tak lupa masalah program metabolik yang berubah dan melahirkan resiko obesitas pada penanganan stunting yang salah.
Obesitas merupakan akar masalah beragam penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus, penyakit jantung koroner dan penyakit kronis lainnya. Stunting bisa menjadi pengingat untuk berhati-hati terhadap semua resiko yang bisa terjadi di kemudian hari.
Dari seluruh rententan kejadian tersebut, menjadi jelas, periode 1.000 HPK yang dipenuhi dengan masalah kurangnya asupan gizi akan berujung pada masalah besar lainnya di kemudian hari. Mengurangi angka stunting berarti mengurangi rangkaian tahapan seorang anak menjadi stunting.
Sehingga sekali lagi secara relevan, menggunakan stunting sebagai indikator perbaikan gizi bagaikan sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Atau dalam sudut pandang berbeda, peningkatan angka stunting menjadi pertanda meningkatnya pula berbagai masalah yang menjadi tahapan terjadinya stunting pada anak.
Jika ibu hamil merupakan target utama upaya pencegahan stunting, maka memastikan para wanita usia subur yang kelak akan mengandung berada dalam status kesehatan yang optimal, merupakan langkah penting yang strategis. Intervensi sedini mungkin pada wanita usia subur dalam hal ini pada kelompok remaja memberikan peluang penyelesaian masalah yang lebih efektif.
Remaja putri yang menderita anemia memiliki dampak buruk di kemudian hari. Remaja putri yang anemia jika tidak segera diatasi akan terbawa hingga ia dewasa dan hamil, yang kemudian juga berdampak buruk bagi janin yang dikandungnya.
Janin yang dikandungnya beriskiko lahir dengan berat badan di bawah 2.500 gram (Bayi Berat Lahir Rendah/BBLR). Bayi Berat Lahir Rendah/BBLR ini dapat meningkatkan risiko sakit dan meninggal pada usia muda. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang anemia berpeluang besar untuk mengalami anemia. Kondisi ini akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan (kemampuan kognitif) anak di kemudian hari.
Catatan Akhir
Masa 1.000 HPK dimulai sejak kehamilan (270 hari) sampai dengan anak berusia 2 tahun (730 hari). Ini adalah masa kritis di mana anak bertumbuh dan berkembang dengan sangat cepat dan signifikan. Masa ini tidak bisa terulang, segala intervensi yang dilakukan pada masa ini akan memberikan hasil yang optimal pada anak sehingga disebut window of opportunities atau periode emas.