Penyelesaian Stunting dan Jargon Hilirisasi

Jum'at, 02 Februari 2024 - 11:41 WIB
loading...
A A A
Intervisi spesifik meliputi 11 kegiatan. Ke-11 yakni skrining anemia, konsumsi tablet tambah darah (TTD) remaja putri, pemeriksaan kehamilan (ANC), konsumsi tablet tambah darah ibu hamil, pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil kurang energi kronik (KEK), pemantauan pertumbuhan balita, ASI eksklusif, pemberian MPASI kaya protein hewani bagi Baduta, tata laksana Balita dengan masalah gizi, peningkatan cakupan dan perluasan imunisasi, edukasi remaja ibu hamil dan keluarga termasuk pemicuan bebas buang air besar sembarangan (BABS).

Dari 11 intervensi spesifik di atas dapat digolongkan manjadi tiga kelompok, yaitu: (a) Intervensi prioritas, yaitu intervensi yang diidentifikasi memilik dampak paling besar pada pencegahan stunting dan ditujukan untuk menjangkau semua sasaran prioritas; (b) Intervensi pendukung, yaitu intervensi yang berdampak pada masalah gizi dan kesehatan lain yang terkait stunting dan diprioritaskan setelah intervensi prioritas dilakukan.

(c) Intervensi prioritas sesuai kondisi tertentu, yaitu intervensi yang diperlukan sesuai dengan kondisi tertentu, termasuk untuk kondisi darurat bencana (program gizi darurat). Intervensi gizi sensitif meliputi peningkatan penyediaan air bersih dan sarana sanitasi; peningkatan akses dan kualitas pelayanan gizi dan kesehatan; peningkatan kesadaran, komitmen dan praktik pengasuhan gizi ibu dan anak; dan peningkatan akses pangan bergizi. Intervensi gizi sensitif umumnya dilaksanakan lintas sektor, tidak hanya melibatkan Kementerian Kesehatan.

Untuk diketahui, stunting bukan saja kondisi yang berawal dan berakhir pada anak tersebut, saat itu. Melainkan, boleh jadi merupakan peristiwa lama yang dapat ditelusuri ke belakang, dari status gizi ibunya saat hamil sampai anak lahir (masa 1.000 HPK) dan bahkan sampai anak itu menjadi remaja atau remaja putri.

Membicarakan stunting tidak boleh melepaskan diri dari periode penting perjalanan kehidupan manusia, yaitu pada 1.000 hari pertama kehidupan (1.000 HPK). Secara sederhana, 1.000 HPK mencakup dua masa pada siklus kehidupan, yaitu masa kehamilan (dan janin tentunya) serta masa 2 tahun pertama setelah dilahirkan.

Periode ini merupakan periode dengan tingkat plastisitas yang tinggi. Janin di masa kehamilan ataupun anak di masa dua tahun pertama akan merespons apapun yang ia terima di masa ini. Jika ia kekurangan, maka tubuh akan memberi respons dengan bersikap efisien, sehingga dampak kekurangan tersebut tidak akan mempengaruhi “kinerja” metabolismenya.

Jika “efisiensi” itu terjadi di masa kehamilan, maka bayi yang dilahirkan akan membawa efisiesnsi program metabolisme semasa ia dalam kandungan dan dilahirkan dalam keadaan berat lahir yang rendah. Bayi dengan berat lahir yang rendah ini hadir dengan program metabolisme yang sesuai dengan lingkungan yang terbatas. Hasilnya, terdapat ketidaksesuaian ketika orang tua berupaya untuk menambah asupan untuk memperbaiki status gizi anak.

Bayi dengan berat lahir rendah yang tidak mendapatkan penanganan yang adekuat akan bertumbuh dengan berat badan yang kurang. Proses pertumbuhan terhambat karena asupan gizi yang tidak mencukupi, tubuh mempertahankan efisiensi sehingga pertambahan tinggi badan terhambat.

Pada titik ini, stunting menjadi sangat relevan untuk menilai perjalanan pertumbuhan seorang anak. Namun demikian, tubuh pendek bukanlah satu-satunya dampak yang dicemaskan.

Stunting adalah sebuah indikator proksi terhadap masalah lainnya yang menyertai kurangnya asupan gizi di waktu yang lama. Salah satunya adalah perkembangan otak janin yang tentunya akan mempengaruhi kecerdasan anak. Atau anemia pada bayi yang tentunya akan mempengaruhi pertumbuhan anak.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1613 seconds (0.1#10.140)