Disiplinkan Prajurit Lewat Salat dan Pengajian, Jenderal Bintang 3 Ini Jawab Prabowo soal Tuduhan Islamisasi

Senin, 04 Desember 2023 - 06:11 WIB
loading...
Disiplinkan Prajurit Lewat Salat dan Pengajian, Jenderal Bintang 3 Ini Jawab Prabowo soal Tuduhan Islamisasi
Mantan Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan III (Pangkogabwilhan III) Letjen TNI (Purn) Agus Rohman memiliki segudang pengalaman masih aktif menjadi prajurit TNI AD. Foto/Kodam Pattimura
A A A
JAKARTA - Mantan Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan III (Pangkogabwilhan III) Letjen TNI (Purn) Agus Rohman memiliki segudang pengalaman masih aktif menjadi prajurit TNI AD . Jebolan Akademi Militer (Akmil) tahun 1988 membagikan sepenggal kisah ketika awal-awal menjalani karier militernya.

Pada tahun 1997, Mayor Inf Agus Rohman dipercaya untuk menduduki jabatan baru sebagai Wadanyonif Linud 328 yang bermarkas di Cilodong, Depok. Ia tidak memiliki kesulitan untuk menyesuaikan diri di jabatan tersebut karena saat berpangkat Pama.



Mayor Inf Agus Rohman bertugas di satuan jajaran Brigif Linud 17/Kujang I Kostrad, yaitu Batalyon Linud 330/Tri Dharma yang sering melaksanakan kegiatan bersama sama Yonif Linud 328.

Setelah beberapa bulan menjabat, ia menemukan banyak hal, baik hal yang positif maupun negatif menyangkut kegiatan, kondisi pangkalan, sarana prasarana, dan kondisi para prajuritnya. Mayor Inf Agus Rohman agak heran dengan perilaku personel satuannya. Pada saat itu, banyak prajurit yang bertindak kurang disiplin.

Mereka sering bepergian di malam hari. Padahal, bepergian di malam hari sangat berisiko. Mereka dapat terlibat perkelahian atau perbuatan-perbuatan lainnya yang dapat mencoreng nama satuan.

Ternyata, tindakan-tindakan kurang disiplin itu terjadi setelah Batalyon 328 tidak dipimpin lagi oleh Letkol Inf Prabowo Subianto (saat ia menjabat sebagai Danyonif L 328). Saat dipimpin oleh Letkol Inf Prabowo Subianto, personel Batalyon 328 sangat disiplin karena Letkol Inf Prabowo Subianto menerapkan peraturan yang ketat dan sanksi hukuman yang berat bila melanggar. Namun, setelah Letkol Inf Prabowo Subianto dipindahtugaskan, para prajurit merasa bebas dari tekanan aturan dan sanksi hukuman.

Ketika itu, kesetiaan dan loyalitas prajurit kepada Letkol Inf Prabowo Subianto sangat tinggi sehingga Yonif L 328 menjadi satuan elite yang sangat diandalkan di jajaran Angkatan Darat. Kepemimpinan Letkol Inf Prabowo Subianto menimbulkan kebanggaan bagi prajurit Yonif L 328.

Pada saat itu, kedisiplinan pun menjadi sangat tinggi. Kedisiplinan itu terbentuk karena Letkol Inf Prabowo Subianto senantiasa menerapkan reward dan punishment serta sangat memperhatikan kesejahteraan anggota. Namun, setelah ia tidak menjabat, kedisiplinan dan hal-hal positif lainnya yang diterapkannya menjadi menurun.

Kondisi Itulah yang dihadapi Mayor Inf Agus Rohman. Untuk membuat prajurit kembali disiplin, Mayor Inf Agus Rohman menerapkan berbagai aturan. Aturan-aturan itu tentu saja tidak hadir dari pemikiran Mayor Inf Agus Rohman. Ia kerap bertanya kepada prajurit senior yang pernah dipimpin Letkol Inf Prabowo Subianto tentang kepemimpinannya selama menjadi danyon.

Dari hasil diskusi Agus Rohman dengan para prajurit senior, ia melihat bahwa Prabowo adalah sosok yang berkarakter: karismatik, militan, berani, disegani, displin tinggi, dan dicintai anggota. Dari sana, ia melihat bahwa sosok pemimpin adalah hal yang penting dalam memimpin satuan.

Sebelum membuat aturan-aturan, Agus Rohman sebagai Wadan Yonif L 328 membuat kajian atau telaahan staf yang kemudian dikomunikasikan kepada Danyonif L 328, Letkol Inf Hamim Basari. Kemudian, Danyonif L 328 pun menyetujui saran dan masukan dari Wadan Yonif L 328, Mayor Inf Agus Rohman.

Ada tiga saran yang disampaikan kepada Danyon saat itu menyangkut tradisi atau kegiatan yang dilakukan di satuan Yonif Linud 328. Pertama, Agus Rohman merasa perlu memberlakukannya kembali apel malam pukul 21.00 WIB bagi prajurit remaja yang tinggal di barak. Apel itu diambil oleh Perwira Piket Batalyon, sebagai perwira yang bertanggung jawab kepada Danyon di luar jam dinas.

Kemudian, kedua, Agus Rohman juga merasa bahwa ia perlu mengubah kebijakan yang diberlakukan satuan, yaitu batas minimal usia menikah bagi Prajurit Remaja Yonif Linud 328 dari 27 tahun menjadi 25 tahun. Ketiga, Agus Rohman juga berkeinginan untuk memaksimalkan fasilitas yang ada, salah satunya masjid. Ia melihat masjid di batalyon belum ramai dan minim aktivitas.

Ternyata, sebagian orang menganggap bahwa aturan membaca surah Yasin pada Kamis malam adalah upaya Islamisasi di tubuh Batalyon Infanteri L 328. Itu adalah tuduhan yang serius bagi Agus Rohman.

Agus Rohman pun dipanggil oleh Pangkostrad Letjen TNI Prabowo Subianto untuk memberi keterangan perihal perubahan-perubahan yang terjadi di Batalyon 328.

"Mengapa kamu mengubah tradisi Batalyon 328?" tanya Pangkostrad Prabowo Subianto dikutip dari buku biografinya berjudul "Panglima dari Bandung Selatan, 88 Praktik Kepemimpinan Ala Mayjen TNI H Agus Rohman, S.I.P., M.I.P", Senin (4/12/2023).



"Apel malam itu dulu tidak ada. Kenapa sekarang ada?" lanjutnya.

"Siap! Untuk aturan apel malam, apel malam dilakukan untuk mendisiplinkan prajurit," tegas Agus Rohman.

Ia menjelaskan bahwa banyak prajurit yang kurang disiplin selepas Prabowo Subianto tidak lagi menjabat sebagai Komandan Batalyon.

Prabowo pun mengangguk. Ia dapat menerima argumentasi yang dikemukakan oleh Agus Rohman.

"Lalu, kenapa kamu mengubah aturan menikah?" tanya Prabowo lagi.

"Siap! Saya sudah menghitung. Jadi, jika prajurit yang berpangkat tamtama atau bintara menikah pada umur 28 atau 29 tahun, dan jika ia langsung diberi keturunan, pada saat prajurit itu pensiun, ia masih memiliki tanggungan. Anaknya masih membutuhkan biaya untuk kuliah, sedangkan pada saat itu, kepala keluarga atau prajurit sudah pensiun. Jika itu terjadi, ini akan menjadi beban bagi prajurit itu sendiri," jelas Agus Rohman.

Pada saat itu, bintara dan tamtama pensiun pada usia 48 tahun sehingga apabila prajurit itu menikah pada usia 27 tahun dan baru bisa mendapatkan keturunan pada usia 28 tahun, anak pertama parajurit itu baru berusia 20 tahun. Jika anak itu menempuh kuliah, tentu belum selesai. Pada masa itu, tentu sang anak membutuhkan biaya sementara penghasilan orang tuanya menurun.

Lagi-lagi, Letjen TNI Prabowo Subianto mengangguk. Ia dapat menerima argumentasi yang dikemukakan oleh Mayor Inf Agus Rohman.

"Baik, sekarang tolong jelaskan tentang tuduhan adanya upaya Islamisasi yang kamu lakukan?" tegas Prabowo.

"Siap, izin menjelaskan Panglima! Dalam hal ini mungkin tidak tepat dikatakan Islamisasi. Saya hanya menerapkan peraturan kepada prajurit yang beragama Islam saja untuk melaksanakan yasinan setiap malam Jumat, tidak kepada prajurit non-Islam. Karena dari tiga batalyon jajaran Brigif 17 dan Denma Brigif 17 yang belum ada program yasinan malam Jumat hanya Yonif L 328 saja," tuturnya.

Ketika itu, Masjid Ar Rahmah Yonif Linud 328 baru selesai dibangun dengan megahnya melalui swadaya satuan. Dalam pikiran Agus Rohman, terbersit pikiran untuk memanfaatkannya semaksimal mungkin dengan kegiatan keagamaan berupa kegiatan pengajian yasinan bersama bagi prajurit yang beragama Islam setiap malam Jumat.

Sementara itu, prajurit yang beragama lain menyesuaikan dengan agamanya masing-masing.

"Oh, begitu, ya?" tanya Pangkostrad sambil mengangguk.

"Menurut saya, ini penting dilakukan karena merupakan bagian dari peningkatan keimanan dan ketakwaan prajurit sebagai bentuk pengamalan dari Pancasila sila ke-1 dan Sapta Marga ke-3, Kami ksatria Indonesia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta membela kejujuran, kebenaran, dan keadilan!".

"Bagus itu, apalagi Gus?" kata Prabowo.

"Siap Panglima, saya berkeinginan untuk mengajak seluruh prajurit muslim agar bisa melaksanakan itu. Setelah Salat Magrib membaca surah Yasin, dilanjutkan Salat Isya berjamaah dan ditutup dengan apel malam sebagai sarana penyampaian informasi kegiatan besok dan persiapan istirahat malam."

"Oh, iya, kamu bawa tradisi ini dari Yonif L 330, ya?" kata Prabowo.

"Siap, Panglima! Hal yang positif saya bawa agar prajurit paham agama sehingga mental spiritual mereka semakin mantap," ungkap Agus Rohman.



Dia menjelaskan bahwa hal itu dilakukan untuk membuat prajurit taat kepada Allah SWT. Selain itu, ia melihat bahwa masih banyak prajurit yang belum terampil mengaji. Padahal, sebagai muslim, ia harus bisa mengaji karena Al-Qur'an adalah pedoman hidupnya.

Lagi-lagi, Letjen TNI Prabowo Subianto mengangguk. Ia dapat menerima argumentasi yang dikemukakan oleh Mayor Inf Agus Rohman.
(kri)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3081 seconds (0.1#10.140)