FIFA dan Harga Diri Bangsa
loading...
A
A
A
SAIFUR ROHMAN
Pengajar Program Doktor bidang Filsafat di Universitas Negeri Jakarta.
Banyak pihak menyayangkan keputusan FIFA yang mencabut status Indonesia sebagai tuan rumah penyelenggaraan Piala Dunia U-20 pada Rabu (29/03) lalu. Keputusan itu menyusul polemik yang berkembang di tanah air.
Polemik dimaksud di antaranya diduga karena adanya penolakan sejumlah pihak yang tidak ingin kedatangan tim Israel di ajang perebutan Piala Dunia U-20 tersebut.
Kendati mencoret Indonesia dari daftar tuan rumah Piala Dunia U-20, dalam keterangan resminya FIFA menyatakan akan terus melakukan pendampingan terhadap persepakbolaan Indonesia yang sedang melakukan transformasi pasca tragedi Oktober 2022 lalu.
Kontroversi pembatalan tuan rumah itu pun lalu menuai tanya, bagaimana pemerintah menyikapi keputusan FIFA? Apa hubungan penolakan itu dengan harga diri dan politik kebangsaan kita?
Ajang olahraga internasional selama ini dianggap sebagai satu media promosi Indonesia sebagai negara-bangsa. Pendeknya, inilah fusi dari kebanggaan, kesenangan, hingga kepentingan politik sehingga tidak perlu mempermasalahkan berapa pun biaya yang dihabiskan.
Pada zaman Orde Lama, ekonomi Indonesia sempat ambruk akibat proyek mercusuar untuk mendanai penyelenggaraan Ganefo (Games of the New Emerging Forces) pada 1962. Ganefo adalah pesta olahraga negara-negara berkembang sebagai respons Presiden Soekarno atas dominasi politik negara-negara Barat dalam keputusan-keputusan keolahragaan.
Akibatnya, organisasi olahraga dunia melakukan skorsing untuk Indonesia sehingga tidak bisa mengikuti Olimpiade Musim Panas 1964 di Tokyo.
Beberapa tahun sebelumnya, Tim Indonesia pernah menolak bertanding dengan Israel pada 1958 dalam rangka kualifikasi Piala Dunia. Kendati pada saat itu konon peluang Indoneia sangat besar, Bung Karno tetap memerintahkan untuk penolakan.
Sebelumnya, Tim Indonesia menang atas China di leg pertama 2-0 dan kalah pada leg kedua 4-3. Jadi Tim Indonesia punya kesempatan dipertemukan dengan Israel yang menjadi juara di kualifikasi zona Asia Barat. Pada 1962 Bung Karno melarang Israel mengikuti Asian Games karena Israel dinilai sebagai penjajah Palestina.
Pengajar Program Doktor bidang Filsafat di Universitas Negeri Jakarta.
Banyak pihak menyayangkan keputusan FIFA yang mencabut status Indonesia sebagai tuan rumah penyelenggaraan Piala Dunia U-20 pada Rabu (29/03) lalu. Keputusan itu menyusul polemik yang berkembang di tanah air.
Polemik dimaksud di antaranya diduga karena adanya penolakan sejumlah pihak yang tidak ingin kedatangan tim Israel di ajang perebutan Piala Dunia U-20 tersebut.
Kendati mencoret Indonesia dari daftar tuan rumah Piala Dunia U-20, dalam keterangan resminya FIFA menyatakan akan terus melakukan pendampingan terhadap persepakbolaan Indonesia yang sedang melakukan transformasi pasca tragedi Oktober 2022 lalu.
Kontroversi pembatalan tuan rumah itu pun lalu menuai tanya, bagaimana pemerintah menyikapi keputusan FIFA? Apa hubungan penolakan itu dengan harga diri dan politik kebangsaan kita?
Ajang olahraga internasional selama ini dianggap sebagai satu media promosi Indonesia sebagai negara-bangsa. Pendeknya, inilah fusi dari kebanggaan, kesenangan, hingga kepentingan politik sehingga tidak perlu mempermasalahkan berapa pun biaya yang dihabiskan.
Pada zaman Orde Lama, ekonomi Indonesia sempat ambruk akibat proyek mercusuar untuk mendanai penyelenggaraan Ganefo (Games of the New Emerging Forces) pada 1962. Ganefo adalah pesta olahraga negara-negara berkembang sebagai respons Presiden Soekarno atas dominasi politik negara-negara Barat dalam keputusan-keputusan keolahragaan.
Akibatnya, organisasi olahraga dunia melakukan skorsing untuk Indonesia sehingga tidak bisa mengikuti Olimpiade Musim Panas 1964 di Tokyo.
Beberapa tahun sebelumnya, Tim Indonesia pernah menolak bertanding dengan Israel pada 1958 dalam rangka kualifikasi Piala Dunia. Kendati pada saat itu konon peluang Indoneia sangat besar, Bung Karno tetap memerintahkan untuk penolakan.
Sebelumnya, Tim Indonesia menang atas China di leg pertama 2-0 dan kalah pada leg kedua 4-3. Jadi Tim Indonesia punya kesempatan dipertemukan dengan Israel yang menjadi juara di kualifikasi zona Asia Barat. Pada 1962 Bung Karno melarang Israel mengikuti Asian Games karena Israel dinilai sebagai penjajah Palestina.