Kontribusi Konsumen dalam Mendorong Penggunaan Energi Berkelanjutan
loading...
A
A
A
Ketiga, hak untuk memilih, konsumen berhak memilih apakah ia akan membeli barang/produk tersebut atau tidak. Keempat, hak untuk didengar, konsumen memiliki hak untuk didengar pendapat dan keluhannya terkait barang/jasa yang digunakannya.
Tema Hari Konsumen
Sejak awal, Hari Hak Konsumen Sedunia telah mendapatkan popularitas yang luar biasa. Perayaan hari itu dikaitkan dengan tema tertentu setiap tahunnya. Tema yang diangkat dan mendesak dihadapi konsumen secara global pada 2022 yaitu “Fair Digital Finance”. Di negara berkembang, proporsi pemilik akun yang mengirim dan menerima pembayaran secara digital telah meningkat dari 57% pada 2014 menjadi 70% pada 2017. Dengan adanya keuangan digital, muncul peluang baru yang menguntungkan konsumen.
Namun, hal ini juga memunculkan risiko baru yang dapat menyebabkan ketertinggalan bagi sebagian konsumen, khususnya kelompok yang paling rentan. Oleh karena itu, Hari Hak Konsumen Sedunia ini memicu percakapan global pertama tentang visi konsumen untuk keuangan digital yang adil.
Pada 2021, tema yang diangkat pada Hari Hak Konsumen dunia adalah “Tackle Plastic Pollution” atau Atasi Polusi Plastik. Kondisi saat ini mengharuskan konsumen menghadapi krisis polusi plastik global. Di samping manfaat plastik yang berguna dalam kehidupan sehari-hari, konsumsi dan produksi plastik menjadi tidak berkelanjutan.
Laporan Pew Charitable Trusts & SYSTEMIQ pada 2020, hasil perhitungan aliran bahan plastik ke lautan bertambah tiga kali lipat pada 2040 apabila tidak dilakukan inovasi besar dan perubahan kebijakan. Selain itu, pandemi global Covid-19 menambah maraknya penggunaan plastik sekali pakai termasuk masker wajah, bubble wrap hasil pengemasan dan pengiriman barang online, sarung tangan, dan kemasan makanan.
Konsumen Berkelanjutan menjadi tema dari Hari Hak Konsumen Sedunia pada 2020. Organisasi konsumen di seluruh dunia bergabung untuk menggemakan perubahan global guna mencegah kerusakan lingkungan. Lebih dari 160 anggota dari 100 negara mengikuti kampanye #SustainableConsumer. Kondisi saat ini mendorong upaya untuk mengatasi krisis global perubahan iklim dan hilangnya keanekaragaman hayati.
Tema hari hak konsumen di atas tidak lepas dari adanya isu konsumen yang terjadi pada kurun waktu tertentu. Isu konsumen atau permasalahan yang dihadapi konsumen berkaitan dengan perilaku konsumen dalam menggunakan barang/jasa maupun pengetahuan konsumen terhadap barang/jasa.
Satu di antara alat ukur yang mengindikasikan kemampuan konsumen adalah Indeks Keberdayaan Konsumen atau IKK yang merupakan parameter yang menunjukkan seberapa berdaya konsumen ketika berinteraksi dengan pelaku usaha, termasuk kritis dan mau bersuara ketika mengalami kekecewaan terhadap barang/jasa yang dibelinya.
Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh ASEAN Secretariat Jakarta, pada 2020, IKK ASEAN yaitu sebesar 63,7% (82.9 poin dari 130 poin) terkategori sedang. Pada survei tersebut, terdapat tiga komponen keberdayaan yang diukur. Pada komponen kesadaran, konsumen ASEAN mendapatkan skor tertinggi dalam hal hak dan tanggung jawab konsumen, dan terendah dalam pengajuan ganti rugi dan program advokasi konsumen.
Pada komponen kemampuan konsumen, konsumen ASEAN mendapatkan skor tertinggi pada keterampilan numerik dan keuangan, serta keterampilan untuk mendeteksi penipuan dan iklan yang menyesatkan. Namun, mendapatkan skor terendah pada keterampilan konsumsi berkelanjutan. Terakhir, pada komponen perilaku konsumen, konsumen ASEAN cenderung untuk membandingkan produk, membaca deskripsi produk sebelum membeli, tetapi kurang dalam partisipasi dalam asosiasi konsumen serta kurang berkontribusi dalam pembuatan kebijakan konsumen.
Tema Hari Konsumen
Sejak awal, Hari Hak Konsumen Sedunia telah mendapatkan popularitas yang luar biasa. Perayaan hari itu dikaitkan dengan tema tertentu setiap tahunnya. Tema yang diangkat dan mendesak dihadapi konsumen secara global pada 2022 yaitu “Fair Digital Finance”. Di negara berkembang, proporsi pemilik akun yang mengirim dan menerima pembayaran secara digital telah meningkat dari 57% pada 2014 menjadi 70% pada 2017. Dengan adanya keuangan digital, muncul peluang baru yang menguntungkan konsumen.
Namun, hal ini juga memunculkan risiko baru yang dapat menyebabkan ketertinggalan bagi sebagian konsumen, khususnya kelompok yang paling rentan. Oleh karena itu, Hari Hak Konsumen Sedunia ini memicu percakapan global pertama tentang visi konsumen untuk keuangan digital yang adil.
Pada 2021, tema yang diangkat pada Hari Hak Konsumen dunia adalah “Tackle Plastic Pollution” atau Atasi Polusi Plastik. Kondisi saat ini mengharuskan konsumen menghadapi krisis polusi plastik global. Di samping manfaat plastik yang berguna dalam kehidupan sehari-hari, konsumsi dan produksi plastik menjadi tidak berkelanjutan.
Laporan Pew Charitable Trusts & SYSTEMIQ pada 2020, hasil perhitungan aliran bahan plastik ke lautan bertambah tiga kali lipat pada 2040 apabila tidak dilakukan inovasi besar dan perubahan kebijakan. Selain itu, pandemi global Covid-19 menambah maraknya penggunaan plastik sekali pakai termasuk masker wajah, bubble wrap hasil pengemasan dan pengiriman barang online, sarung tangan, dan kemasan makanan.
Konsumen Berkelanjutan menjadi tema dari Hari Hak Konsumen Sedunia pada 2020. Organisasi konsumen di seluruh dunia bergabung untuk menggemakan perubahan global guna mencegah kerusakan lingkungan. Lebih dari 160 anggota dari 100 negara mengikuti kampanye #SustainableConsumer. Kondisi saat ini mendorong upaya untuk mengatasi krisis global perubahan iklim dan hilangnya keanekaragaman hayati.
Tema hari hak konsumen di atas tidak lepas dari adanya isu konsumen yang terjadi pada kurun waktu tertentu. Isu konsumen atau permasalahan yang dihadapi konsumen berkaitan dengan perilaku konsumen dalam menggunakan barang/jasa maupun pengetahuan konsumen terhadap barang/jasa.
Satu di antara alat ukur yang mengindikasikan kemampuan konsumen adalah Indeks Keberdayaan Konsumen atau IKK yang merupakan parameter yang menunjukkan seberapa berdaya konsumen ketika berinteraksi dengan pelaku usaha, termasuk kritis dan mau bersuara ketika mengalami kekecewaan terhadap barang/jasa yang dibelinya.
Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh ASEAN Secretariat Jakarta, pada 2020, IKK ASEAN yaitu sebesar 63,7% (82.9 poin dari 130 poin) terkategori sedang. Pada survei tersebut, terdapat tiga komponen keberdayaan yang diukur. Pada komponen kesadaran, konsumen ASEAN mendapatkan skor tertinggi dalam hal hak dan tanggung jawab konsumen, dan terendah dalam pengajuan ganti rugi dan program advokasi konsumen.
Pada komponen kemampuan konsumen, konsumen ASEAN mendapatkan skor tertinggi pada keterampilan numerik dan keuangan, serta keterampilan untuk mendeteksi penipuan dan iklan yang menyesatkan. Namun, mendapatkan skor terendah pada keterampilan konsumsi berkelanjutan. Terakhir, pada komponen perilaku konsumen, konsumen ASEAN cenderung untuk membandingkan produk, membaca deskripsi produk sebelum membeli, tetapi kurang dalam partisipasi dalam asosiasi konsumen serta kurang berkontribusi dalam pembuatan kebijakan konsumen.