Menyambung Karomah dan Keberkahan di Makam Sunan Gunung Jati
loading...
A
A
A
“Karomah Sunan Gunung Jati masih dirasakan walau beliau sudah lama meninggal dunia. Dan berkat ada makam Sunan Gunung Jati di sini, orang-orang dari jauh berdatangan, menziarahi makamnya dan mendoakannya,” ujar Imam, 38, salah seorang petugas makam Sunan Gunung Jati.
baca juga: Sejarah Sunan Gunung Jati dan Jakarta, Beda Fatahillah dan Syarif Hidayatullah
Karena ramai orang yang datang, kata Imam, alhasil masyarakat sekitar komplek makam mendapat berkah. Mereka bisa membuka usaha, berjualan souvenir, oleh-oleh, membuka rumah makan, menjadi juru parkir, bahkan ada yang berbisnis penginapan untuk peziarah yang hendak bermalam.
“Orang yang sudah meninggal dunia saja masih bisa memberi ‘makan’ sama orang yang masih hidup. Itulah salah satu karomah dari Sunan Gunung Jati,” celetuk Imam penuh makna, sambil menunjuk deretan kios dan pedagang keliling sekitar komplek makam Sunan Gunung Jati.
Rombongan peziarah berdoa di depantembok yang di dalamnya terdapat
makam Sunan Gunung Jati.
Makam Sunan Gunung Jati merupakan satu dari sembilan makam para wali yang ada di Pulau Jawa. Makam para wali atau disebut juga Wali Songo , ini sering dijadikan sebagai tempat untuk wisata religi atau tempat untuk berziarah, sekaligus sebagai jejak sejarah penyebaran Islam di Indonesia.
baca juga: Pangeran Bratakelana, Putra Sunan Gunung Jati yang Tewas Dibunuh Bajak Laut
Khusus di area komplek makam Sunan Gunung Jati, sebetulnya terdapat dua bukit atau gunung kecil yang dipisah jalan raya. Yang pertama, yakni gunung Sembung yang di atasnya tadi menjadi komplek pemakaman Sunan Gunung Jati. Satunya lagi adalah Gunung Jati, yang di atasnya menjadi komplek pemakaman Syekh Nurjati.
Diketahui, Syekh Nurjati adalah pendahulu Wali Songo di Tanah Cirebon, Jawa Barat yang dikenal juga dengan nama Syekh Datuk Kahfi atau Syekh Dzatul Kahfi. Ia menjadi tokoh utama penyebar agama Islam yang pertama di Cirebon.
Sunan Gunung Jati sendiri adalah sultan sekaligus salah satu dari sembilan wali. Makanya, kedudukan Sunan Gunung Jati bukan hanya sebagai pemimpin agama saja, melainkan juga sebagai pemimpin sebuah wilayah dalam hal ini wilayah Cirebon.
baca juga: Sejarah Sunan Gunung Jati dan Jakarta, Beda Fatahillah dan Syarif Hidayatullah
Karena ramai orang yang datang, kata Imam, alhasil masyarakat sekitar komplek makam mendapat berkah. Mereka bisa membuka usaha, berjualan souvenir, oleh-oleh, membuka rumah makan, menjadi juru parkir, bahkan ada yang berbisnis penginapan untuk peziarah yang hendak bermalam.
“Orang yang sudah meninggal dunia saja masih bisa memberi ‘makan’ sama orang yang masih hidup. Itulah salah satu karomah dari Sunan Gunung Jati,” celetuk Imam penuh makna, sambil menunjuk deretan kios dan pedagang keliling sekitar komplek makam Sunan Gunung Jati.
Rombongan peziarah berdoa di depantembok yang di dalamnya terdapat
makam Sunan Gunung Jati.
Makam Sunan Gunung Jati merupakan satu dari sembilan makam para wali yang ada di Pulau Jawa. Makam para wali atau disebut juga Wali Songo , ini sering dijadikan sebagai tempat untuk wisata religi atau tempat untuk berziarah, sekaligus sebagai jejak sejarah penyebaran Islam di Indonesia.
baca juga: Pangeran Bratakelana, Putra Sunan Gunung Jati yang Tewas Dibunuh Bajak Laut
Khusus di area komplek makam Sunan Gunung Jati, sebetulnya terdapat dua bukit atau gunung kecil yang dipisah jalan raya. Yang pertama, yakni gunung Sembung yang di atasnya tadi menjadi komplek pemakaman Sunan Gunung Jati. Satunya lagi adalah Gunung Jati, yang di atasnya menjadi komplek pemakaman Syekh Nurjati.
Diketahui, Syekh Nurjati adalah pendahulu Wali Songo di Tanah Cirebon, Jawa Barat yang dikenal juga dengan nama Syekh Datuk Kahfi atau Syekh Dzatul Kahfi. Ia menjadi tokoh utama penyebar agama Islam yang pertama di Cirebon.
Sunan Gunung Jati sendiri adalah sultan sekaligus salah satu dari sembilan wali. Makanya, kedudukan Sunan Gunung Jati bukan hanya sebagai pemimpin agama saja, melainkan juga sebagai pemimpin sebuah wilayah dalam hal ini wilayah Cirebon.