Menyambung Karomah dan Keberkahan di Makam Sunan Gunung Jati

Jum'at, 10 Maret 2023 - 09:11 WIB
loading...
Menyambung Karomah dan Keberkahan di Makam Sunan Gunung Jati
Peziarah berdoa di makam Sunan Gunung Jati, Astana, Cirebon, Jawa Barat. Makam Sunan Gunung Jati merupakan satu dari sembilan makam para wali yang ada di Pulau Jawa. foto-foto: hendri irawan/KORAN SINDO
A A A
CIREBON - Anteran sejumlah orang terlihat menapaki anak tangga menuju sebuah puncak bukit di salah satu titik jalan Alun-Alun Ciledug, Astana, Cirebon , Jawa Barat . Sampai di puncak bukit, orang-orang tadi duduk bersila, khusyuk menghadap tembok tinggi bercat merah bata yang memagari sebuah makam di dalamnya.

baca juga: Kisah Cinta Putri Ong Tien dengan Sunan Gunung Jati

Dipimpin seorang pria paruh baya, rombongan orang-orang tadi lalu melantunkan doa dan tahlil yang ditujukan untuk si ahli kubur. Doa dan tahlil makin terdengar syahdu kala semilir angin membelai pohon-pohon besar di puncak bukit bernama Komplek Pemakaman Sunan Gunung Jati . Meski berupa bukit, tapi masyarakat setempat biasa menyebut kawasan itu Gunung Sembung.

“Selain untuk berdoa dan bersilaturahmi, ziarah kubur penting untuk selalu mengingatkan kita akan kematian. Jadi bukan untuk meminta dengan orang yang sudah meninggal dunia, itu namanya syirik,” kata Ustad Ali Mustofa, pria paruh baya yang memimpin rombongan tadi.

Menyambung Karomah dan Keberkahan di Makam Sunan Gunung Jati

Peziarah menunggu antrean di gerbang masuk makam Syekh Nurjati yang lokasinya
terpisah jalan dengan makam Sunan Gunung Jati.Syekh Nurjati adalah pendahulu
Wali Songo di Tanah Cirebon, Jawa Barat yang dikenal juga dengan
nama Syekh Datuk Kahfi atau Syekh Dzatul Kahfi.

Ali mengaku, sengaja dirinya dan rombongannya yang tergabung dalam majelis Musala Nurul Hikmah, Jelambar, Jakarta Barat, berziarah ke makam Sunan Gunung Jati, tak lain ingin merasakan langsung karomah dan keberkahan dari salah satu Wali Allah tersebut.

baca juga: Sejarah Kue Apem: Apa Hubungannya dengan Sunan Gunung Jati?

InsyaAllah ulama atau para wali yang makamnya kita ziarahi dan kita kirimkan doa bisa menyambungkan doa-doa yang kita panjatkan tadi kepada Allah SWT, dan mudah-mudahan doa yang dipanjatkan dikabulkan. Itulah yang namanya karomah dari orang yang sudah meninggal dunia,” sambung Ali Mustofa.

Dalam agama Islam, karomah para wali memang begitu diyakini. Apalagi, bagi hamba Allah yang rajin ibadah dan beramal soleh, ketika sudah meninggal dunia akan mendapat nikmat kubur dan berpotensi memiliki karomah. Bahkan, karomah orang soleh lebih terasa ketika sudah meninggal dunia.

Menyambung Karomah dan Keberkahan di Makam Sunan Gunung Jati

Antrean peziarah yang hendak salat di masjid Sunan Gunung Jati.

“Karomah Sunan Gunung Jati masih dirasakan walau beliau sudah lama meninggal dunia. Dan berkat ada makam Sunan Gunung Jati di sini, orang-orang dari jauh berdatangan, menziarahi makamnya dan mendoakannya,” ujar Imam, 38, salah seorang petugas makam Sunan Gunung Jati.

baca juga: Sejarah Sunan Gunung Jati dan Jakarta, Beda Fatahillah dan Syarif Hidayatullah

Karena ramai orang yang datang, kata Imam, alhasil masyarakat sekitar komplek makam mendapat berkah. Mereka bisa membuka usaha, berjualan souvenir, oleh-oleh, membuka rumah makan, menjadi juru parkir, bahkan ada yang berbisnis penginapan untuk peziarah yang hendak bermalam.

“Orang yang sudah meninggal dunia saja masih bisa memberi ‘makan’ sama orang yang masih hidup. Itulah salah satu karomah dari Sunan Gunung Jati,” celetuk Imam penuh makna, sambil menunjuk deretan kios dan pedagang keliling sekitar komplek makam Sunan Gunung Jati.

Menyambung Karomah dan Keberkahan di Makam Sunan Gunung Jati

Rombongan peziarah berdoa di depantembok yang di dalamnya terdapat
makam Sunan Gunung Jati.

Makam Sunan Gunung Jati merupakan satu dari sembilan makam para wali yang ada di Pulau Jawa. Makam para wali atau disebut juga Wali Songo , ini sering dijadikan sebagai tempat untuk wisata religi atau tempat untuk berziarah, sekaligus sebagai jejak sejarah penyebaran Islam di Indonesia.

baca juga: Pangeran Bratakelana, Putra Sunan Gunung Jati yang Tewas Dibunuh Bajak Laut

Khusus di area komplek makam Sunan Gunung Jati, sebetulnya terdapat dua bukit atau gunung kecil yang dipisah jalan raya. Yang pertama, yakni gunung Sembung yang di atasnya tadi menjadi komplek pemakaman Sunan Gunung Jati. Satunya lagi adalah Gunung Jati, yang di atasnya menjadi komplek pemakaman Syekh Nurjati.

Diketahui, Syekh Nurjati adalah pendahulu Wali Songo di Tanah Cirebon, Jawa Barat yang dikenal juga dengan nama Syekh Datuk Kahfi atau Syekh Dzatul Kahfi. Ia menjadi tokoh utama penyebar agama Islam yang pertama di Cirebon.

Sunan Gunung Jati sendiri adalah sultan sekaligus salah satu dari sembilan wali. Makanya, kedudukan Sunan Gunung Jati bukan hanya sebagai pemimpin agama saja, melainkan juga sebagai pemimpin sebuah wilayah dalam hal ini wilayah Cirebon.

Menyambung Karomah dan Keberkahan di Makam Sunan Gunung Jati

Peziarah mengambil air dari sumber mata air dalam komplek makam Syekh Nurjati.

Lokasi makam Sunan Gunung Jati yang mudah dijangkau karena di pinggir jalan, membuat makam Sunan Gunung Jati menjadi salah satu tempat ziarah yang paling sering dikunjungi di Jawa Barat. Peziarah yang datang ke makam Sunan Gunung Jati bukan hanya didominasi oleh warga sekitar Jawa Barat saja, namun dari berbagai daerah yang ada di Indonesia.

baca juga: Karomah Sunan Gunung Jati, Sembuhkan Tumor Tanpa Operasi hingga Kuasai 99 Bahasa

Selain itu, mereka yang datang bukan hanya dari kalangan umat Islam saja, tidak sedikit dari mereka yang beragama Buddha, dan Konghucu datang berziarah ke makam tersebut. Tentu ada alasan kuat kenapa orang-orang di luar agama Islam berkunjung ke komplek makam Sunan Gunung Jati. Salah satu alasannya karena di kawasan makam terdapat makam istri Sunan Gunung Jati, yang bernama Putri Ong Tien Nio. Sang putri diketahui berasal dari Cina, tepatnya keturunan Dinasti Kaisar Ming.

Menyambung Karomah dan Keberkahan di Makam Sunan Gunung Jati

Peziarah beristiharat di sebuah penginapan usai berziarah ke makam Sunan Gunung Jati.

Saat ini, jalan menuju makam Sunan Gunung Jati sangat mudah diakses dari berbagai kota, sekalipun dari Jakarta bahkan dari luar Jawa Barat. Karena terdapat jalan tol yang bisa memangkas waktu tempuh perjalanan. Secara administratif, lokasi Makam Sunan Gunung Jati masuk ke dalam wilayah Kabupaten Cirebon. Namun karena jaraknya hanya 3 kilometer dari Kota Cirebon, terkadang orang-orang menganggap sebagai bagian dari Kota Cirebon.

Jarak makam Sunan Gunung Jati dari alun-alun Kotamadya Cirebon sekitar 4 kilometer, dengan waktu tempuh sekitar 1,5 jam perjalanan menggunakan kendaraan pribadi. Para pengunjung bisa menggunakan opsi menggunakan kendaraan pribadi, maupun kendaraan umum. Bahkan tidak sedikit juga yang datang dengan menggunakan jasa bus travel.

baca juga: Kisah Pernikahan Sunan Gunung Jati dengan Nyai Kawunganten yang Melahirkan Dinasti Banten

Saat memasuki komplek makam, pengunjung diminta seikhlasnya untuk bersedekah, memberikan uang kepada juru kunci yang ada di kawasan makam tersebut. Selain itu, para pengunjung juga disarankan untuk menyiapkan uang bagi para kaum papa yang banyak meminta-minta sepanjang lokasi sebelum masuk kawasan.

Sejarah Makam Sunan Gunung Jati

Diketahui bahwa Sunan Gunung Jati berasal dari keturunan Syarif Abdullah Umdatuddin, dan Nyai Rara Santang. Rara Santang sendiri adalah putri dari Prabu Siliwangi. Sunan Gunung Jati diperkirakan lahir antara 1448 – 1450 Masehi.

Menyambung Karomah dan Keberkahan di Makam Sunan Gunung Jati

Peziarah dari Majelis Musola Nurul Hikmah, Jakarta, jauh-jauh datang ke Cirebon
untuk berziarah ke makam Sunan Gunung Jati.

Nama asli Sunan Gunung Jati adalah Syarif Hidayatullah, atau disebut juga Sayyid Al-Kamil. Pada 1470, Sunan Gunung Jati menginjakkan kaki di Cirebon. Dan baru pada 1479, beliau diangkat sebagai Raja Cirebon ke-2, atau Kesultanan Cirebon. Sunan Gunung Jati wafat di usia 120 tahun, tepatnya di tahun 1568 Masehi.

baca juga: Masjid Agung Sang Cipta Rasa, Dibangun dalam Semalam Zaman Sunan Gunung Jati

Makam Sunan Gunung Jati terletak di area pemakaman yang paling tinggi, atau biasa disebut dengan pintu ke-9. Untuk menuju lokasi utama makam Sunan Gunung Jati terdapat akses berupa tangga, dan melalui beberapa pintu utama yang berjumlah 9 pintu.

Menyambung Karomah dan Keberkahan di Makam Sunan Gunung Jati

Peziarah berdoa di makam Syech Nurjati yang letaknya terpisah jalan dengan
makam Sunan Gunung Jati.

“Hanya saja, tidak sembarang orang bisa masuk dan diijinkan ke lokasi utama Makam Sunan Gunung Jati. Salah-satu yang diperbolehkan adalah keturunan Sunan Gunung Jati,” kata Kadi, 43, petugas di komplek makam Sunan Gunung Jati.

baca juga: Gagalnya Sunan Gunung Jati Mengislamkan Prabu Siliwangi dan Asal Usul Penduduk Baduy Dalam

Selain itu, bagi para peziarah yang datang biasanya dianjurkan untuk mandi di lokasi tujuh sumur. Lokasinya berada di seberang kawasan Makam Sunan Gunung Jati. Adapun nama 9 pintu utama yang ada di kawasan Makam Sunan Gunung Jati, yakni Pintu Pasujudan, Pintu Gapura, Pintu Krapyak, Pintu Ratnakomala, Pintu Jinem, Pintu Rararog, Pintu Kaca, Pintu Bacem, dan Pintu Teratai.


Berkah Mengalir hingga Daerah Tetangga


Setiap menjelang bulan Ramadan dan hari-hari besar Islam, hal yang lazim banyak umat muslim berziarah ke makam Sunan Gunung Jati. Bahkan, jumlah pengunjung setiap tahunnya semakin meningkat dan dengan sendirinya menciptakan pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar.

Menyambung Karomah dan Keberkahan di Makam Sunan Gunung Jati

Peziarah menikmati alam pegunungan Wisata Guci, Tegal, Jawa Tengah,
usai berziarahdari makam Sunan Gunung Jati.

Dengan adanya wisata religi komplek pemakaman Sunan Gunung Jati di Desa Astana, Cirebon, dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar dengan membuka usaha untuk merubah kehidupan yang lebih baik lagi. Malah, berkah dari ziarah kubur Sunan Gunung Jati mengalir jauh hingga ke daerah-daerah sekitar Cirebon. Salah satunya destinasi wisata Guci, Tegal, Jawa Tengah.

baca juga: Rara Tepasan, Istri Sunan Gunung Jati yang Menghilangkan Budaya Sunda di Keraton Cirebon

Usai berziarah ke makam Sunan Gunung Jati, rombongan peziarah yang rata-rata mengendarai bus kebanyakan melipir ke kawasan wisata yang terletak di kaki gunung Slamet ini, yang hanya berjarak sekitar 40 km dari Cirebon atau 1,5 jam perjalanan jika mengendarai mobil.

Di kawasan pegunungan berhawa sejuk ini, para peziarah melepas penat sembari menikmati keindahan alam dan mandi air panas alami yang bersumber dari Gunung Slamet. Peziarah juga ada yang asyik berburu makanan tradisional, bergembira ria di wahana permainan, hingga menyewa vila atau rumah-rumah penduduk yang dijadikan penginapan, sebelum akhirnya berbelanja oleh-oleh khas daerah Guci, Tegal untuk dibawa pulang.

Menyambung Karomah dan Keberkahan di Makam Sunan Gunung Jati

Gerbang masuk kawasan wisata Guci, Tegal, Jawa Tengah. Kawasan pegunungan
berhawa sejuk ini menjadi salah satu pilihan berwisata usai berziarah dari makam
Sunan Gunung Jati, Cirebon.

“Alhamdulillah, rata-rata orang-orang yang datang ke sini menginap dan berbelanja oleh-oleh. Biasa Sabtu dan Minggu, atau hari-hari libur tanggal merah banyak yang datang. Mereka menikmati keindahan alam terutama mandi air panas yang mengalir alami dari gunung Slamet,” kata Asep, warga setempat yang membuka usaha angkringan di kawasan wisata Guci.
(hdr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1617 seconds (0.1#10.140)