Akses Lapangan Kerja Disabilitas

Sabtu, 03 Desember 2022 - 12:37 WIB
Pekerja penyandang disabilitas yang berpendidikan SMP ke bawah mencapai 82,43 %, sedangkan pekerja non disabilitas yang berpendidikan SMP ke bawah 60,71%. Perbedaan lain yang menonjol antara pekerja disabilitas dan non disabilitas adalah status pekerjaan. Lebih dari separuh pekerja disabilitas (57,07%) membuka usaha sendiri yang umumnya bersifat informal.

Pekerja disabilitas yang bekerja sebagai buruh/karyawan formal (tetap dan dibayar) hanya 22,25%. Sementara itu, pada pekerja non disabilitas sebarannya cenderung berkebalikan.

Proporsi buruh/karyawan formal non disabilitas mencapai 42,67% dan yang berusaha sendiri 34,53%. Kesulitan penyandang disabilitas dalam mengakses pekerjaan formal diungkap oleh beberapa pihak, antara lain oleh pengelola situs pencari lowongan pekerja bagi penyandang disabilitas.

Untuk lowongan pekerjaan yang dibuka pun penyandang disabilitas memiliki kecenderungan yang besar untuk ditolak dalam proses perekrutan, meski kandidat difabel bisa bersaing dari sisi kualifikasi dan dipanggil untuk wawancara, namun saat pengambilan keputusan untuk memilih kandidat, "hampir bisa dipastikan" kandidat difabel akan tersingkir karena stigma yang masih kuat tentang kemampuan kerja kelompok difabel.

Keterlibatan pihak swasta juga diperlukan untuk menciptaan peluang kerja bagi para difabel. Microsoft bisa menjadi contoh bagaimana mereka melakukannya. Perusahaan berbasis di Amerika Serikat itu telah meluncurkan Microsoft Enabler sebagai program barunya.

Program ini dibuat untuk membantu menciptakan lapangan kerja inklusif bagi para penyandang disabilitas di Asia Pasifik dengan menghilangkan hambatan dalam mempekerjakan tenaga kerja yang beragam.

Data dari United Nations ESCAP menunjukkan, ada lebih dari satu miliar penyandang disabilitas di seluruh dunia. ESCAP menyebut jumlah ini bisa mendorong peningkatan 1-7% dalam PDB di Asia Pasifik melalui peningkatan produktivitas ekonomi.

Melihat fakta tersebut, maka kita perlu melakukan studi banding terkait program serupa yang telah diterapkan di lima negara yaitu Korea, Selandia Baru, Filipina, Singapura, dan Thailand yang kemudian akan diperluas ke negara lain.
(ynt)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More