AICIS dan Reaktualisasi Peradaban Kemanusiaan

Rabu, 02 November 2022 - 15:34 WIB
Dengan kata lain, kajian terhadap studi Islam perlu ditempatkan dalam ruang “integratif” yang mempertimbangkan ekspresi pihak lain (others). Karenanya, konstruksi nalar yang digunakan adalah konstruksi humanis untuk memperhatikan keluwesan yang dapat dipraktekkan dalam interaksi sosial. Sementara terobosan yang diperlukan adalah keberanian menyisir kembali dogma-dogma yang mencengkeram kemanusiaan tapi terlanjur dianggap sebagai ortodoksi Islam.

Konsolidasi Akademik

Pada pembukaan AICIS yang berlangsung di Lombok pada tanggal 20-22 Oktober 2022, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas meminta agar event AICIS tidak hanya berkutat membahas persoalan kebijakan publik (public policy), melainkan menyasar pada kajian yang relevan dalam keberlangsungan kehidupan global.

Secara eksplisit, Menteri Yaqut menyinggung pentingnya rekonstekstualisasi Islam melalui wahana-wahana akademis yang argumentatif, kaya data sekaligus kaya wacana.

Karena itu, perhelatan AICIS menjadi relevan sebagai bagian dari konsolidasi akademis untuk terus menyuarakan pembaruan komitmen keagamaan yang relevan dengan persoalan kontemporer.

Perjalanan kehidupan keagamaan di republik ini memang harus terus dikawal secara bersama agar laju-geraknya tidak berhenti di persimpangan jalan. Stagnasi berpikir akan meruntuhkan bangunan peradaban yang selama ini tengah bergerak ke arah surplus kemanusiaan: memuliakan manusia.

Pelbagai kajian dari akademisi perguruan tinggi keagamaan yang dipresentasikan pada forum AICIS ke-21 ini menjadi sangat relevan sebagai tolok ukurnya. Lahirnya pencarian warna baru bagi pengembangan kehidupan keberagamaan dengan menggunakan pelbagai pendekatan keilmuan, dapat ditemukan pada hasil riset akademisi perguruan tinggi keagamaan.

Penelitian-penelitian yang tidak hanya berputar-putar pada persoalan teknis semata, namun memberikan ruang untuk bergeser dari tempurung akademik yang kaku menuju ijtihad yang fresh untuk menjawab persoalan pelik kemanusiaan.

Kajian akademis seperti ini harus ditransformasikan secara bertahap dan cepat. Mimbar akademik AICIS menjadi wahana yang tepat untuk membuka mata sekaligus keluar dari kungkungan eksklusivitas yang meminggirkan nalar dan logika.

Paradigma truth-claim (klaim kebenaran)perlahan digeser dan digantikan oleh paradigma berpikir yang toleran, inklusif, dan pluralistik di mana keragaman yang berbeda di muka bumi ini dianggap sebagai hukum alam yang tidak bisa dinafikan begitu saja.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More