Lampu Kuning Impor Kedelai

Kamis, 20 Oktober 2022 - 20:44 WIB
Nilai Import Dependency Ratio (IDR) yaitu rasio ketergantungan terhadap impor kedelai Indonesia pada 015 sampai 2019 mencapai 78.44%. Tingkat ketergantungan ini sangat tinggi mendekati angka 90%, artinya sudah mendekati lampu merah.

Adapun nilai Self Sufficiency Ratio (SSR) sebesar 21.61% per tahunnya. SSR adalah nilai rasio kemampuan pemerintah menyediakan kedelai dari hasil produksi dalam negeri sebesar 9.15% dari total kebutuhan.

Menurut FAO, produksi kedelai Indonesia memang terus turun, produksi tertinggi tahun 1992 sebesar 1.86 juta ton, kemudian 2000 turun menjadi 1.01 juta ton, tahun 2010 turun lagi menjadi 907.031 ton. Data Kementrian Pertanian RI selama empat (4) tahun terakhir (2015 sampai 2019) produksi kedelai dalam negeri tidak pernah mencapai 1 juta ton.

Hal ini di perkuat dengan Outlook Pangan dari Kementerian Perdagangan tahun 2015 - 2019 bahwa produksi kedelai Indonesia terus turun, rata - rata 1.49 persen per tahun.

Situasi yang pelik ini diperparah dengan kebijakan pembangunan pertanian yang sentralistis, untuk tanaman pangan terfokus pada padi (beras), pangan lain seperti kedelai, bawang putih, sorgum sebagai subtitusi gandum dan komoditas pangan lainnya yang masih impor relatif tidak massif; juga pemerintah lebih mengutamakan usaha-usaha agrobisnis perkebunan yang berlahan luas seperti kelapa sawit.

Kendala di Lapangan

Di periode pertama pemerintahan Joko Widodo, swasembada kedelai pernah dicanangkan, tetapi sekarang tinggallah target. Setidaknya sampai 2024 Indonesia masih akan terus mengimpor jutaan ton kedelai sebagaimana di sampaikan oleh pemerintah

Hal ini berimbas pada penurunan luas panen kedelai sekitar 5% per tahun, jauh lebih tinggi dibandingkan proyeksi produktivitas kedelai yang naik 2% per tahun.

Pertama, lahan tanam kedelai banyak mengalami alih fungsi dan harus bersaing dengan tanaman strategis lain seperti padi dan jagung. Faktor lain yang mempengaruhi aspek produksi kedelai adalah petani tak memiliki benih standar (benih bermutu), teknologi dan inovasi yang minim, pupuk yang sulit saat dibutuhkan petani, maupun pengendalian hama.

Kedua, petani kurang tertarik menanam kedelai karena rendahnya produktivitas, 1 ha hanya menghasilkan 1.5 sampai 2 ton/100 hari padahal dengan luas serupa, tanaman jagung dapat menghasilkan 5 sampai 6 ton bahkan 7 ton.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More