Deretan Jenderal Bintang 5 di Dunia, 3 dari Indonesia

Senin, 26 September 2022 - 06:12 WIB
7. Jenderal Angkatan Darat dan Angkatan Udara Henry H. Arnold

Dia adalah satu-satunya perwira yang pernah memegang dua pangkat bintang lima di banyak cabang dan merupakan satu-satunya orang yang pernah menjadi Jenderal Angkatan Udara. Sebelum Perang Dunia II, dia adalah Kepala Korps Udara dan menjadi komandan Angkatan Udara Angkatan Darat Amerika Serikat ketika perang pecah.



Foto: We Are The Mighty

Arnold merupakan salah satu pilot militer pertama yang pernah dilatih oleh Wright Brothers sendiri. Jika Billy Mitchell adalah Bapak Angkatan Udara, Arnold membantu membesarkannya. Dia mengambil sebuah organisasi kecil dan mengubahnya menjadi angkatan udara terbesar dan terkuat di dunia selama tahun-tahun Perang Dunia II. Dia lahir di Gladwyne, Pennsylvania pada 25 Juni 1886 dan meninggal di usia 63 tahun di Sonoma, California pada 15 Januari 1950.

8. Laksamana Armada William Halsey, Jr.

Dia memulai Perang Dunia II yang mengganggu pergerakan armada Jepang di Pasifik dengan kapal andalannya, Enterprise. Dia kemudian diangkat menjadi komandan semua pasukan Amerika Serikat di Pasifik Selatan dan komandan armada ketiga Angkatan Laut.



Foto: We Are The Mighty

Halsey mendapatkan pangkat tersebut setelah perang berakhir tetapi membawa Angkatan Laut pada pelayaran niat baik dari negara-negara sahabat. Pria yang akrab disapa Bull Halsey ini lahir pada 30 Oktober 1882 dan meninggal pada 16 Agustus 1959.

9. Jenderal Angkatan Darat Omar Nelson Bradley

Dia adalah jenderal bintang lima terakhir. Sejumlah jabatan pernah dia emban seperti Kepala Staf Gabungan Amerika Serikat dan Kepala Staf Angkatan Darat Amerika Serikat. Dia bertempur bersama yang terbesar di Angkatan Darat Amerika Serikat di bawah komando Dwight Eisenhower. Dia unggul selama pendaratan D-Day dan kampanye Eropa berikutnya.



Foto: We Are The Mighty

Dia akhirnya memerintahkan 1,3 juta prajurit saat mereka menginvasi benteng Eropa majelis terbesar pasukan Amerika Serikat di bawah satu komandan. Pria kelahiran Clark, Missouri pada 12 Februari 1893 ini meninggal dunia di usia 88 tahun pada 8 April 1981 di New York. Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional Arlington.

10. Soedirman

Pada usia 31 tahun, Soedirman atau Sudirman sudah menjadi seorang jenderal. Pria kelahiran Bodas Karangjati, Rembang, Purbalingga, 24 Januari 1916 ini memulai karier militernya dengan menjadi tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor begitu tamat pendidikan. Sudirman langsung menjadi Komandan Batalyon di Kroya.

Dilansir dari laman resmi Perpustakaan Nasional perpusnas.go.id, Sudirman kemudian menjadi Panglima Divisi V/Banyumas sesudah TKR terbentuk, dan akhirnya terpilih menjadi Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia (Panglima TNI) pada 2 November 1954. Dia mendapat pangkat jenderal pada 18 Desember 1945 melalui pelantikan presiden.



Foto: Istimewa

Sudirman terkenal dengan perang gerilya pada Agresi Militer II yang dilakukan Belanda di Yogyakarta. Ketika itu, Presiden Soekarno dan wakilnya Moh Hatta, serta beberapa anggota kabinet ditawan penjajah.

Namun Sudirman dengan tanggung jawabnya sebagai pemimpin militer mencoba melawan penjajah tersebut dengan bergerilya selama kurang lebih tujuh bulan dengan berpindah-pindah dari hutan ke hutan, gunung ke gunung. Padahal kondisinya kala itu sedang buruk akibat penyakit TBC yang dideritanya. Walaupun harus ditandu, namun semangat Sudirman untuk membebaskan Indonesia dari penjajah sangat besar.

Jenderal besar ini mengembuskan napas terakhirnya pada 29 Januari 1950. Dia meninggal dunia di Magelang pada usia 34 tahun dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta. Ia dinobatkan sebagai Pahlawan Pembela Kemerdekaan.

11. Abdul Haris (AH) Nasution

Pria kelahiran Kotanopan, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara pada 3 Desember 1918 ini memiliki jiwa perjuangan yang tinggi. Dilansir dari laman resmi TNI, tni.mil.id, dia pernah menjadi Guru HIS Partikelir Bengkulu, Kepala Staf Komandemen I/Jawa Barat, Komandan Divisi I/Jawa Barat.

Dia juga pernah menjadi Panglima Divisi III TKR, Panglima Divisi I/SIliwangi, Wakil Panglima Besar Angkatan Perang Mobil, Wakil Panglima Besar Angkatan Perang/Kepala Staf Operatif, Panglima Markas Besar Komando Djawa (MBKD), Panglima Tentara dan Teritorium Djawa (PTTD), Kepala Staf Angkatan Darat.



Foto: Kemendikbud

Lalu, pernah menjadi Menteri Keamanan Pertahanan, Menteri Keamanan Nasional, Wakil Menteri Pertama/Koordinator bidang Pertahanan-Keamanan, Menteri Koordinator Kompartemen Pertahanan Keamanan, Wakil Panglima Besar Komando Operasi Tertinggi (Koti)/Kepala Staf Angkatan Bersenjata, dan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) pada 21 Juni 1966 hingga 1972.

Saat menjabat Menteri Pertahanan dan Keamanan merangkap Kepala Staf Angkatan Bersenjata, Jenderal Abdul Haris (AH) Nasution pernah lolos dari pasukan Gerakan 30 September 1965 yang antara lain dari pasukan pengawalan presiden Tjakrabirawa.

Jenderal AH Nasution melarikan diri naik ke atas pagar tembok Kedutaan Besar Irak yang berada di sebelah rumah dan bersembunyi di belakang drum di pekarangan Kedutaan Besar Irak di Jalan Teuku Umar Nomor 38, Jakarta Pusat saat rumah dinasnya dikepung pada 1 Oktober 1965 sekitar pukul 04.00 WIB.

Ajudannya, Kapten Pierre Tendean dan putri bungsunya, Ade Irma Suryani Nasution menjadi korban kekejaman peristiwa Gerakan 30 September 1965 atau G30S PKI.

12. Soeharto

Dilansir dari laman resmi TNI, tni.mil.id, Muhammad Soeharto lahir di Dusun Kemusuk, Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Bantul, Yogyakarta 8 Juni 1921 dan meninggal di usia 86 tahun di Jakarta pada 27 Januari 2008. Di dunia internasional, Soeharto dijuluki The Smiling General atau Sang Jenderal yang Tersenyum karena raut mukanya yang selalu tersenyum di hadapan pers dalam setiap acara resmi kenegaraan.

Soeharto adalah Presiden ke-2 menggantikan Soekarno pada 1967-1998. Dia pernah menjadi pemimpin militer pada masa pendudukan Jepang dan Belanda dengan pangkat terakhir Mayor Jenderal.



Foto: Istimewa

Dia diterima sebagai siswa di sekolah militer di Gombong, Jawa Tengah pada 1 Juni 1940. Soeharto terpilih menjadi prajurit teladan di Sekolah Bintara, Gombong serta resmi menjadi anggota TNI pada 5 Oktober 1945.

Dia juga sempat dikirim ke Bandung untuk menjadi tentara cadangan di Markas Besar Angkatan Darat selama seminggu saat Perang Dunia II pada 1942. Selain itu, Soeharto setelah berpangkat sersan tentara KNIL juga pernah menjadi komandan peleton, komandan kompi di dalam militer yang disponsori Jepang yang dikenal sebagai tentara PETA, komandan resimen dengan pangkat mayor, dan komandan batalyon berpangkat letnan kolonel.

Soeharto juga pernah memimpin Brigade Garuda Mataram dalam operasi penumpasan pemberontakan Andi Azis di Sulawesi. Tak hanya itu, Soeharto juga pernah menjabat Komandan Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) Sektor Kota Makassar yang bertugas mengamankan kota dari gangguan eks KNIL/KL.

Saat pangkatnya menjadi mayor jenderal, Soeharto ditarik ke markas besar ABRI oleh Jenderal A.H. Nasution. Soeharto pada pertengahan 1962 diangkat sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) hingga 1965.

Soeharto, AH Nasution, dan Soedirman dianugerahi pangkat jenderal bintang 5 berdasarkan Keppres No. 44/ABRI/1997, No. 45/ABRI/1997, dan No 46/ABRI/1997 tertanggal 30 September 1997. Penghargaan bintang 5 itu diberikan bertepatan dengan Hari Ulang Tahun Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) ke-52 pada 5 Oktober 1997.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More