Jelang 91 Tahun, GP Ansor Perkuat Toleransi Ekonomi melalui BUMA dan Koperasi untuk Resiliensi Daerah
loading...
A
A
A
TASIKMALAYA - Di tengah momentum menuju usia ke-91 tahun, Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) mengambil langkah strategis memperkuat konsolidasi organisasi melalui pemberdayaan ekonomi kader.
Ketua Umum PP GP Ansor Addin Jauharudin mengatakan, program ini menjadi bagian dari transformasi organisasi untuk membangun "Ansor Masa Depan" yang mandiri dan berdaya saing.
"Ansor mandiri menjadi kebutuhan kita semuanya. Ketika kita sepaham dan membangun kekuatan tim dengan kesadaran sama, jaringan yang kita miliki akan menjadi rantai pasok bisnis yang menjadi penopang Nahdlatul Ulama (NU)," ujar Addin dalam acara Ansor Bershalawat dan Rakercab serta Pelantikan PAC GP Ansor se-Kabupaten Tasikmalaya, Kamis (26/12/2024).
Menurut dia, implementasi program ini ditandai dengan pembentukan Badan Usaha Milik Ansor (BUMA) sebagai motor penggerak ekonomi di tingkat pusat. Di level akar rumput, GP Ansor mengembangkan jaringan koperasi yang berperan sebagai agregator ekonomi kader.
Selain itu, GP Ansor juga menegaskan pentingnya toleransi ekonomi sebagai fondasi utama dalam pemberdayaan ekonomi kader.
“Dalam membangun kemandirian ekonomi, kita harus menjunjung tinggi prinsip toleransi ekonomi yaitu menciptakan kerja sama lintas kelompok tanpa memandang latar belakang agama, suku, maupun identitas lainnya. Prinsip ini memungkinkan kader GP Ansor untuk menjadi jembatan harmoni dalam rantai pasok ekonomi nasional," ungkap Addin.
Program ini menjadi semakin strategis mengingat sebaran kader GP Ansor yang luas di berbagai sektor, mulai dari birokrasi, legislatif, hingga penyelenggara pemilu.
“Dengan infrastruktur sosial dan politik yang mengakar, pemberdayaan ekonomi diharapkan dapat memberikan dampak signifikan bagi kesejahteraan kader sekaligus memperkuat posisi organisasi,” katanya.
Selain pemberdayaan ekonomi, GP Ansor juga memperkuat kapasitas kader melalui program pelatihan dan sertifikasi kompetensi. Langkah ini sejalan dengan konsep BISA (Bisnis, Inovasi, SDM, dan Anak Muda) yang menjadi pilar pengembangan organisasi dalam menghadapi bonus demografi 2034.
"Jika berwirausaha, tingkatkan keterampilannya dan membangun dengan percaya diri. Kita perlu memastikan kader-kader siap menghadapi tantangan masa depan," tambahnya.
Melalui pendekatan toleransi ekonomi ini, GP Ansor tidak hanya berfokus pada internal organisasi tetapi juga turut membangun keadilan ekonomi yang inklusif. Dengan demikian, setiap usaha yang dijalankan kader diharapkan mampu memperkuat hubungan sosial-ekonomi antara berbagai kelompok masyarakat.
GP Ansor juga mendorong modernisasi sistem tata kelola organisasi, termasuk pengembangan institusi pendidikan nasional dan internasional. Melalui berbagai inisiatif tersebut, GP Ansor membuktikan komitmennya dalam membangun organisasi yang kuat, mandiri, serta berdaya saing tinggi menuju Indonesia Emas.
Ketua Umum PP GP Ansor Addin Jauharudin mengatakan, program ini menjadi bagian dari transformasi organisasi untuk membangun "Ansor Masa Depan" yang mandiri dan berdaya saing.
Baca Juga
"Ansor mandiri menjadi kebutuhan kita semuanya. Ketika kita sepaham dan membangun kekuatan tim dengan kesadaran sama, jaringan yang kita miliki akan menjadi rantai pasok bisnis yang menjadi penopang Nahdlatul Ulama (NU)," ujar Addin dalam acara Ansor Bershalawat dan Rakercab serta Pelantikan PAC GP Ansor se-Kabupaten Tasikmalaya, Kamis (26/12/2024).
Menurut dia, implementasi program ini ditandai dengan pembentukan Badan Usaha Milik Ansor (BUMA) sebagai motor penggerak ekonomi di tingkat pusat. Di level akar rumput, GP Ansor mengembangkan jaringan koperasi yang berperan sebagai agregator ekonomi kader.
Selain itu, GP Ansor juga menegaskan pentingnya toleransi ekonomi sebagai fondasi utama dalam pemberdayaan ekonomi kader.
“Dalam membangun kemandirian ekonomi, kita harus menjunjung tinggi prinsip toleransi ekonomi yaitu menciptakan kerja sama lintas kelompok tanpa memandang latar belakang agama, suku, maupun identitas lainnya. Prinsip ini memungkinkan kader GP Ansor untuk menjadi jembatan harmoni dalam rantai pasok ekonomi nasional," ungkap Addin.
Program ini menjadi semakin strategis mengingat sebaran kader GP Ansor yang luas di berbagai sektor, mulai dari birokrasi, legislatif, hingga penyelenggara pemilu.
“Dengan infrastruktur sosial dan politik yang mengakar, pemberdayaan ekonomi diharapkan dapat memberikan dampak signifikan bagi kesejahteraan kader sekaligus memperkuat posisi organisasi,” katanya.
Selain pemberdayaan ekonomi, GP Ansor juga memperkuat kapasitas kader melalui program pelatihan dan sertifikasi kompetensi. Langkah ini sejalan dengan konsep BISA (Bisnis, Inovasi, SDM, dan Anak Muda) yang menjadi pilar pengembangan organisasi dalam menghadapi bonus demografi 2034.
"Jika berwirausaha, tingkatkan keterampilannya dan membangun dengan percaya diri. Kita perlu memastikan kader-kader siap menghadapi tantangan masa depan," tambahnya.
Melalui pendekatan toleransi ekonomi ini, GP Ansor tidak hanya berfokus pada internal organisasi tetapi juga turut membangun keadilan ekonomi yang inklusif. Dengan demikian, setiap usaha yang dijalankan kader diharapkan mampu memperkuat hubungan sosial-ekonomi antara berbagai kelompok masyarakat.
GP Ansor juga mendorong modernisasi sistem tata kelola organisasi, termasuk pengembangan institusi pendidikan nasional dan internasional. Melalui berbagai inisiatif tersebut, GP Ansor membuktikan komitmennya dalam membangun organisasi yang kuat, mandiri, serta berdaya saing tinggi menuju Indonesia Emas.
(jon)