Langkah Menuju Transformasi Ekonomi Hijau

Senin, 01 Agustus 2022 - 07:57 WIB
Candra Fajri Ananda. FOTO/Dok SINDO
Pandemi Covid-19 memberikan perubahan luar biasa terhadap perekonomian serta berbagai tatanan kehidupan masyarakat dunia. Menurut OECD, pandemi telah memicu resesi ekonomi terparah dalam seabad terakhir dan mengakibatkan kerusakan besar pada sektor kesehatan, lapangan kerja dan kesejahteraan manusia.

Meski demikian, di balik kesulitan tersebut nyatanya pandemi memberikan kesempatan bagi beberapa sektor di Indonesia untuk bertransformasi dan tumbuh kian stabil dan berkeadilan melalui transformasi ekonomi hijau.

Isu berkelanjutan atau sustainability semakin gencar digaungkan pascapandemi. Peristiwa ini telah memberikan pembelajaran yang penting bahwa pengelolaan sumber daya perlu mengutamakan prinsip-prinsip keberlanjutan, berkeadilan bagi pembangunan Indonesia menuju Indonesia emas 2045.

Ekonomi di masa yang akan datang perlu berevolusi, mengingat selama ini ekonomi hanya berfokus pada keuntungan pengelola, perusahaan tanpa memperhatikan kerusakan yang ditimbulkan akibat proses produksi yang dilakukan. Hal ini dikenal dengan ekonomi linear, dan harus dikurangi untuk menuju ekonomi sirkular.



Kondisi tersebut akan menyeimbangkan antara keuntungan ekonomi, lingkungan sosial dan sumber daya, tapi juga meminimalkan limbah yang dapat mencemari lingkungan. Sehingga, apapun yang digunakan akan dapat diolah dan digunakan kembali sebagai input produksi.

Pemulihan ekonomi pascapandemi dapat dijadikan momentum pemerintah untuk menerapkan aspek yang sejalan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs). SDGs merupakan kesepakatan pembangunan global pada 2015 yang fokus pada agenda pembangunan berkelanjutan berdasarkan hak asasi manusia dan kesetaraan, serta bertujuan mengurangi kemiskinan, kesenjangan dan melindungi lingkungan.

Dilema Pembangunan-Peningkatan Emisi

Perubahan iklim merupakan ancaman besar bagi kehidupan dan pembangunan global dimana salah satu pemicunya adalah emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Beragam aktivitas manusia menyebabkan peningkatan konsentrasi GRK di atmosfer bumi.

Pada prinsipnya, efek rumah kaca sama dengan kondisi yang terjadi pada rumah kaca, di mana panas matahari terjebak di atmosfer bumi dan menyebabkan suhu bumi menjadi hangat. Gas-gas di atmosfer yang dapat menangkap panas matahari disebut gas rumah kaca.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More