Mudik 2022 dan Rindu yang Tertunda
Selasa, 10 Mei 2022 - 11:16 WIB
Pemudik di Pulau Jawa selalu paling besar jumlahnya. Penyebabnya mungkin karena sebagian besar penduduk di daerah mencari nafkah di Jakarta. Nah, dalam mengantisipasi kehebohan arus mudik dan balik ini, pemerintah telah menyiapkan rekayasa lalu lintas sebaik mungkim. Juga dibuat prediksi mengenai titik-titik kemacetan yang sedang dan bakal terjadi di ruas-ruas jalan tol dan arteri yang akan dilakui pemudik. Untuk itu, Kementerian Perhubungan bersama Kepolisian RI menerapkan berbagai alternatif guna mengantisipasi kemacetan seperti penerapan one way, contraflow di jalan tol Jakarta Cikampek hingga Tol Kalilangkung Semarang yang bersifat situasional.
Namun, seperti kita tahu rekayasa lalu lintas itu bukan tanpa hambatan Kebijakan penerapan satu arah dari Jakarta ke Tol Kalikangkung justru menimbulkan persoalan baru dengan ditutupnya tol lain menuju Jakarta yang menyebabkan antrean panjang hingga puluhan kilometer. Masyarakat yang terjebak dalam kemacetan berjam-jam mengeluhkan situasi ini dan minta pemerintah mencari jalan keluar. Ini tentu menjadi pekerjaan rumah yang perlu dievaluasi di tahun mendatang.
Pengamat transportasi mengatakan, efek pemberlakuan one way belum diantisipasi dengan baik dan ini harus menjadi evaluasi yang penting.
Persoalan Merak – Bakauheni
Tidak hanya di Tol Cipularang, keributan dan antrean sepanjang 10 km terjadi di Pelabuhan penyeberangan Merak – Bakauheni karena berbagai kendala seperti banyaknya volume kendaraan yang akan menyeberang dan keterbatasan kapal ferry.
Informasi yang diterima penulis, semrawutnya penyeberangan Merak – Bakauheni terjadi karena tiga persoalan yaitu cuaca buruk, sistem ticketing online yang sempat down dan antusiasme mudik dengan kendaraan pribadi yang sangat luar biasa tinggi.
Persoalan Pelabuhan Penyeberangan Merak-Bakauheni tentu menjadi pembelajaran untuk arus mudik di tahun mendatang. Pihak terkait perlu menyiapkan alternatif penyeberangan laut. Juga perlunya dibangun posko Informasi yang bisa saja melibatkan berbagai elemen, termasuk mahasiswa sebagai sumber informasi dil lapangan.
Wisata Pantai Menjadi Pilihan
Bagi mereka yang tidak mudik, biasanya menyerbu bebagai tempat wisata yang ada di sekitar Jakarta. Tak heran, kawasan pantai seperti Pantai Ancol diserbu puluhan ribu warga.
Di daerah, tempat wisata menjadi sarana bagi masyarat lokal untuk mengeruk keuntungan dari para pelancong. Maka tak heran jika ada oknum yang mengambil kesempatan dengan mengenakan tarif yang mencekik leher untuk sekadar masuk tempat wisata dan lokasi kuliner.
Namun, seperti kita tahu rekayasa lalu lintas itu bukan tanpa hambatan Kebijakan penerapan satu arah dari Jakarta ke Tol Kalikangkung justru menimbulkan persoalan baru dengan ditutupnya tol lain menuju Jakarta yang menyebabkan antrean panjang hingga puluhan kilometer. Masyarakat yang terjebak dalam kemacetan berjam-jam mengeluhkan situasi ini dan minta pemerintah mencari jalan keluar. Ini tentu menjadi pekerjaan rumah yang perlu dievaluasi di tahun mendatang.
Pengamat transportasi mengatakan, efek pemberlakuan one way belum diantisipasi dengan baik dan ini harus menjadi evaluasi yang penting.
Persoalan Merak – Bakauheni
Tidak hanya di Tol Cipularang, keributan dan antrean sepanjang 10 km terjadi di Pelabuhan penyeberangan Merak – Bakauheni karena berbagai kendala seperti banyaknya volume kendaraan yang akan menyeberang dan keterbatasan kapal ferry.
Informasi yang diterima penulis, semrawutnya penyeberangan Merak – Bakauheni terjadi karena tiga persoalan yaitu cuaca buruk, sistem ticketing online yang sempat down dan antusiasme mudik dengan kendaraan pribadi yang sangat luar biasa tinggi.
Persoalan Pelabuhan Penyeberangan Merak-Bakauheni tentu menjadi pembelajaran untuk arus mudik di tahun mendatang. Pihak terkait perlu menyiapkan alternatif penyeberangan laut. Juga perlunya dibangun posko Informasi yang bisa saja melibatkan berbagai elemen, termasuk mahasiswa sebagai sumber informasi dil lapangan.
Wisata Pantai Menjadi Pilihan
Bagi mereka yang tidak mudik, biasanya menyerbu bebagai tempat wisata yang ada di sekitar Jakarta. Tak heran, kawasan pantai seperti Pantai Ancol diserbu puluhan ribu warga.
Di daerah, tempat wisata menjadi sarana bagi masyarat lokal untuk mengeruk keuntungan dari para pelancong. Maka tak heran jika ada oknum yang mengambil kesempatan dengan mengenakan tarif yang mencekik leher untuk sekadar masuk tempat wisata dan lokasi kuliner.
Lihat Juga :
tulis komentar anda