Cita-Cita Kartini yang Kian Terasa Jauh?
Kamis, 21 April 2022 - 14:34 WIB
Sampai 2020, sebanyak 623.407 orang pekerja perempuan terdampak pandemi Covid-19.
Cita-cita yang Kian Jauh?
Fakta-fakta yang telah disampaikan di atas, sedikitnya membuat kita bertanya: kapankah tiba masanya perempuan Indonesia mendapatkan pemenuhan dan perlindungan hak-hak dasarnya secara layak dari negara?
Setiap peringatan Hari Kartini kita lantang meneriakkan semangatnya, tapi pada sisi yang lain ada masalah dasar yang belum teratasi; hilangnya nyawa demi nyawa perempuan Indonesia.
Hingga saat ini sebagai anak bangsa, kita masih memiliki ketakutan jika ada seseorang yang hamil. Kita masih menyimpan pertanyaan-pertanyaan "apakah ibunya akan selamat? apakah anaknya akan selamat? apakah gizi akan terpenuhi dengan baik?” dan seterusnya.
Tingginya angka kematian ibu ini sangat disayangkan, karena hilangnya seorang ibu dalam keluarga sama saja dengan hilangnya pendidik pertama dalam keluarga. Mayoritas keluarga di Indonesia, sosok ibulah yang paling dekat dengan anak-anaknya. Mereka tidak hanya memberikan kasih sayang, tapi juga mendidik agar anak-anaknya siap untuk menjalani kehidupan.
Seorang ibu bersama anggota keluarga lainnya juga yang memberikan perlindungan baik fisik maupun mental. Dengan begitu seorang anak akan lebih siap untuk berbaur dan menjadi anggota masyarakat yang lebih luas. Umumnya seorang ibu jugalah yang memiliki wewenang untuk menentukan asupan makanan apa yang dikonsumsi anggota keluarga. Sehat atau tidaknya makanan yang dikonsumsi biasanya tergantung dari seorang ibu. Oleh karena itu, bisa dibayangkan betapa mengkhwatirkannya apabila banyak anak-anak di Indonesia yang tumbuh tanpa kehadiran seorang ibu. Padahal, anak-anak ini jugalah yang menjadi generasi untuk melanjutkan cita-cita bangsa, termasuk cita-cita seorang RA Kartini.
Selamat Hari Kartini. Selamat berjuang terus untuk memenuhi dan melindungi hak-hak perempuan!
Baca Juga: koran-sindo.com(bmm)
Cita-cita yang Kian Jauh?
Fakta-fakta yang telah disampaikan di atas, sedikitnya membuat kita bertanya: kapankah tiba masanya perempuan Indonesia mendapatkan pemenuhan dan perlindungan hak-hak dasarnya secara layak dari negara?
Setiap peringatan Hari Kartini kita lantang meneriakkan semangatnya, tapi pada sisi yang lain ada masalah dasar yang belum teratasi; hilangnya nyawa demi nyawa perempuan Indonesia.
Hingga saat ini sebagai anak bangsa, kita masih memiliki ketakutan jika ada seseorang yang hamil. Kita masih menyimpan pertanyaan-pertanyaan "apakah ibunya akan selamat? apakah anaknya akan selamat? apakah gizi akan terpenuhi dengan baik?” dan seterusnya.
Tingginya angka kematian ibu ini sangat disayangkan, karena hilangnya seorang ibu dalam keluarga sama saja dengan hilangnya pendidik pertama dalam keluarga. Mayoritas keluarga di Indonesia, sosok ibulah yang paling dekat dengan anak-anaknya. Mereka tidak hanya memberikan kasih sayang, tapi juga mendidik agar anak-anaknya siap untuk menjalani kehidupan.
Seorang ibu bersama anggota keluarga lainnya juga yang memberikan perlindungan baik fisik maupun mental. Dengan begitu seorang anak akan lebih siap untuk berbaur dan menjadi anggota masyarakat yang lebih luas. Umumnya seorang ibu jugalah yang memiliki wewenang untuk menentukan asupan makanan apa yang dikonsumsi anggota keluarga. Sehat atau tidaknya makanan yang dikonsumsi biasanya tergantung dari seorang ibu. Oleh karena itu, bisa dibayangkan betapa mengkhwatirkannya apabila banyak anak-anak di Indonesia yang tumbuh tanpa kehadiran seorang ibu. Padahal, anak-anak ini jugalah yang menjadi generasi untuk melanjutkan cita-cita bangsa, termasuk cita-cita seorang RA Kartini.
Selamat Hari Kartini. Selamat berjuang terus untuk memenuhi dan melindungi hak-hak perempuan!
Baca Juga: koran-sindo.com(bmm)
Lihat Juga :
tulis komentar anda