NATO dan EU: Sejauh Apa Bantuan Mereka terhadap Ukraina?

Sabtu, 19 Maret 2022 - 11:09 WIB
Dunia seolah memperdebatkan akar masalah antara kedua negara ini. Apakah benar invasi yang dilakukan semata-mata untuk alasan mendemiliterisasi dan "de-Nazify" Ukraina atau terdapat alasan lain di mana yang telah lama diketahui banyak pihak adalah persaingan antara barat, baik Uni Eropa dan NATO atas Ukraina. Melihat sejarah yang ada, penulis melihat alasan mendemiliterisasi dan "de-Nazify", hanya merupakan pretext atau dalih yang dilakukan oleh Presiden Rusia.

Sudah sejak lama, semenjak runtuhnya Uni Soviet pada 1991, Putin selalu mengatakan bahwa perluasan NATO merupakan suatu ancaman dan Putin menggambarkan disintegrasi Soviet sebagai salah satu bencana terbesar abad ke-20. Setelah negara lain yang bekas Uni Soviet seperti Republik Baltik yang terdiri dari Lithuania, Latvia, dan Estonia bergabung ke NATO, begitu juga Polandia dan Romania.

Jika dilihat, memang Rusia memiliki alasan untuk khawatir, terlebih Ukraina yang walaupun belum secara resmi bergabung ke NATO, namun telah mendeklarasikan niatnya untuk bergabung dan disambut baik oleh NATO, semakin menambah kekhawatiran Rusia. Dua kepentingan Rusia terhadap Ukraina di antaranya adalah Ukraina merupakan negara yang memiliki populasi terbesar di wilayah bekas Uni-Soviet (populasi besar berarti pasar besar), yang memiliki total 44,9 juta penduduk, luas wilayah 603.700 km persegi (233.090 mil persegi), dan yang paling penting, Ukraina memiliki perbatasan dengan Rusia. Jika Barat berhasil melemparkan rezim demokrasi ke Ukraina, hal ini dikhawatirkan Rusia akan menyebarkan atau sengaja mengekspor revolusi ke negara-negara tetangga (dalam hal ini negara bekas Uni Soviet), termasuk Rusia.

Organisasi regional seperti CIS (Commonwealth Independent States), CSTO (Collective Security Treaty Organization), and (EEU) Eurasian Economic Union dibentuk oleh Rusia untuk mempertahankan pengaruhnya. Organisasi ini terbentang dari integrasi di sektor militer, politik hingga ekonomi. John Mearsheimer, dalam bukunya, The Tragedy of great power politics menyebutkan bahwa “Kekuatan besar jarang puas dengan distribusi kekuatan saat ini", sehingga kekuatan besar

Tidak ragu untuk "menggunakan kekuatan untuk mengubah keseimbangan kekuatan jika mereka pikir itu bisa dilakukan dengan harga yang wajar”. Rusia tidak puas atas dominasi AS yang ada saat ini, dan setelah berbagai peringatan yang diberikan terhadap Ukraina, maka kekuatan militer melalui invasi-lah yang dilakukan oleh Rusia. Namun faktanya untuk mempertahankan pengaruh di negara bekas Uni Soviet tidaklah semudah itu, sebab berbagai seri dari revolusi warna terjadi di wilayah ini.

Revolusi warna merupakan protes besar-besaran terhadap pemerintah yang dilakukan oleh negara-negara di wilayah bekas Uni Soviet yang terjadi di wilayah Eropa timur dan Balkan. Berbagai revolusi yang terjadi diantaranya, Rose Revolution di Georgia pada 2003, Orange Revolution di Ukraina pada 2003, Tulip Revolution di Kyrgyzstan pada 2004, dan terakhir Velvet Revolution di Armenia pada 2018. Jika ditarik kesamaan dalam revolusi warna ini, rakyat di negara tersebut ingin mengganti arah politik yang lebih demokratis.

Keinginan negara-negara ini kemudian disambut baik oleh pihak barat seperti NATO dan Uni Eropa. Dalam kasus Ukraina misalnya, berbagai upaya dilakukan oleh Uni Eropa agar arah politik negara ini berhaluan ke barat. Berbagai kerja sama dibentuk oleh UE dengan Ukraina seperti the Partnership and Cooperation Agreement pada 1994, lalu pada tahun 2004 Ukraina masuk dalam the European Neighborhood Program dan the Eastern Partnership pada tahun 2009, dan terakhir pada tahun 2014, The Association Agreement.

NATO sendiri telah memulai dialog dan kerja sama dengan Ukraina ketika negara yang baru berdiri pada 1991 ini bergabung dalam North Atlantic Cooperation Council pada 1991 dan The Partnership for Peace programme pada 1994. Hubungan diantaranya terus diperkuat dengan dibentuknya the NATO-Ukraine Commission (NUC). Kerja sama terus dilakukan dari waktu ke waktu di mana Ukraina secara aktif berkontribusi dalam operasi dan misi yang dipimpin oleh NATO. Hingga pada September 2020, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy semakin memperkuat hubungannya dengan NATO dengan dibentuknya Strategi Keamanan Nasional Baru/New National Security Strategy yang memiliki tujuan akhir untuk bergabung NATO.

Namun tampaknya serangan yang terjadi terhadap Ukraina oleh Rusia tidak serta merta secara otomatis membangunkan alarm bagi UE dan NATO untuk membantu Ukraina di bidang militer. Terlepas dari kerja sama yang telah dibangun oleh masing-masing kedua organisasi ini, UE maupun NATO harus menimbang cukup lama untuk membantu Ukraina setelah invasi dilancarkan Rusia. Lantas bantuan militer apa yang telah dilakukan oleh NATO dan UE secara langsung dalam krisis ini?

UE: Upaya Mewujudkan Kebijakan Pertahanan Eropa
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More