Rasisme & Ketimpangan Sosial di Amerika
Rabu, 10 Juni 2020 - 06:33 WIB
National Partnership for Women and Families (2020) mencatat bahwa perempuan warga Amerika keturunan Hispanik atau Amerika Latin biasanya dibayar hanya 54 sen untuk setiap dolar yang dibayarkan kepada pria kulit putih atau kelompok non-Hispanik.
Gaji tahunan rata-rata untuk pekerjaan penuh waktu seorang keturunan Amerika Latin di Amerika Serikat sepanjang tahun adalah USD33.540 (sekitar Rp472 juta), sementara gaji tahunan rata-rata untuk seorang pria kulit putih, non-Hispanik, adalah USD61.576 (Rp867 juta). Ada perbedaan sebesar USD28.036 (Rp394 juta) per tahun.
Upah perempuan kulit hitam agak lebih baik dibandingkan perempuan latin, meskipun tetap rendah dan terdiskriminasi dibandingkan kulit putih, baik laki-laki maupun perempuan.
Angka itu menjelaskan bahwa warga kulit putih menikmati struktur ketimpangan yang terjadi di Amerika karena menguntungkan mereka dari sisi pengupahan. Di sisi lain, kelompok minoritas, terutama kelompok minoritas Amerika Latin, banyak dirugikan.
Warga AS keturunan Amerika Latin secara demografis menduduki urutan kedua terbanyak atau 18,3% dari total penduduk AS sebanyak 329 juta pada 2019. Kelompok kulit hitam menempati urutan ketiga, sebesar 13,4%, sisanya kelompok etnis Asia.
Apabila kesenjangan upah yang dialami oleh kelompok minoritas dihapuskan, misalnya besar kesenjangan yang dialami oleh perempuan pekerja warga keturunan Amerika Latin seperti contoh di atas, maka mereka bisa mendapatkan fasilitas dan pendidikan yang dapat membuka mobilitas vertikal mereka. Misalnya, mereka bisa mendapatkan tiga tahun tambahan biaya kuliah di universitas negeri selama empat tahun, atau biaya masuk perguruan tinggi swasta selama dua tahun.
Biaya ini dapat membantu mahasiswa keturunan Amerika Latin yang kesulitan membiayai kuliahnya. Mereka juga bisa menempatkan anak mereka selama 36 bulan agar mereka bisa bekerja atau mendapatkan tambahan 20 bulan tambahan premi untuk asuransi kesehatan dari perusahaan.
Dengan kata lain, kita dapat menjelaskan bahwa struktur demografi penduduk dan struktur pengupahan menjadi saling melengkapi dan memfasilitasi menguatnya paham rasialisme di AS terlepas dari semakin membesarnya kelompok-kelompok di masyarakat Amerika yang menyadari bahwa paham rasialis ini melanggar hak asasi manusia (HAM) kulit berwarna.
Kelompok mayoritas konservatif kulit putih menyadari keuntungan demografis ini sehingga mereka sangat khawatir dengan besarnya arus migrasi, terutama dari masyarakat Amerika Latin. Mereka khawatir bahwa semakin besarnya masyarakat Amerika Latin yang berimigrasi ke AS akan mengubah struktur demografi AS.
Mereka khawatir bahwa kelompok yang dulu minoritas secara demografi akan semakin bertambah jumlahnya dan mengganggu privilese mereka sebagai kelompok mayoritas. Kekhawatiran ini yang kemudian dilihat oleh elite-elite politik sebagai kesempatan untuk mendulang suara pemilih.
Gaji tahunan rata-rata untuk pekerjaan penuh waktu seorang keturunan Amerika Latin di Amerika Serikat sepanjang tahun adalah USD33.540 (sekitar Rp472 juta), sementara gaji tahunan rata-rata untuk seorang pria kulit putih, non-Hispanik, adalah USD61.576 (Rp867 juta). Ada perbedaan sebesar USD28.036 (Rp394 juta) per tahun.
Upah perempuan kulit hitam agak lebih baik dibandingkan perempuan latin, meskipun tetap rendah dan terdiskriminasi dibandingkan kulit putih, baik laki-laki maupun perempuan.
Angka itu menjelaskan bahwa warga kulit putih menikmati struktur ketimpangan yang terjadi di Amerika karena menguntungkan mereka dari sisi pengupahan. Di sisi lain, kelompok minoritas, terutama kelompok minoritas Amerika Latin, banyak dirugikan.
Warga AS keturunan Amerika Latin secara demografis menduduki urutan kedua terbanyak atau 18,3% dari total penduduk AS sebanyak 329 juta pada 2019. Kelompok kulit hitam menempati urutan ketiga, sebesar 13,4%, sisanya kelompok etnis Asia.
Apabila kesenjangan upah yang dialami oleh kelompok minoritas dihapuskan, misalnya besar kesenjangan yang dialami oleh perempuan pekerja warga keturunan Amerika Latin seperti contoh di atas, maka mereka bisa mendapatkan fasilitas dan pendidikan yang dapat membuka mobilitas vertikal mereka. Misalnya, mereka bisa mendapatkan tiga tahun tambahan biaya kuliah di universitas negeri selama empat tahun, atau biaya masuk perguruan tinggi swasta selama dua tahun.
Biaya ini dapat membantu mahasiswa keturunan Amerika Latin yang kesulitan membiayai kuliahnya. Mereka juga bisa menempatkan anak mereka selama 36 bulan agar mereka bisa bekerja atau mendapatkan tambahan 20 bulan tambahan premi untuk asuransi kesehatan dari perusahaan.
Dengan kata lain, kita dapat menjelaskan bahwa struktur demografi penduduk dan struktur pengupahan menjadi saling melengkapi dan memfasilitasi menguatnya paham rasialisme di AS terlepas dari semakin membesarnya kelompok-kelompok di masyarakat Amerika yang menyadari bahwa paham rasialis ini melanggar hak asasi manusia (HAM) kulit berwarna.
Kelompok mayoritas konservatif kulit putih menyadari keuntungan demografis ini sehingga mereka sangat khawatir dengan besarnya arus migrasi, terutama dari masyarakat Amerika Latin. Mereka khawatir bahwa semakin besarnya masyarakat Amerika Latin yang berimigrasi ke AS akan mengubah struktur demografi AS.
Mereka khawatir bahwa kelompok yang dulu minoritas secara demografi akan semakin bertambah jumlahnya dan mengganggu privilese mereka sebagai kelompok mayoritas. Kekhawatiran ini yang kemudian dilihat oleh elite-elite politik sebagai kesempatan untuk mendulang suara pemilih.
tulis komentar anda