Guru dan SDM Menuju 2045
Senin, 29 November 2021 - 21:54 WIB
Sejalan dengan semakin luasnya akses dan meningkatnya Angka Partisipasi Sekolah (APS), jumlah guru juga terus meningkat secara signifikan, terutama sejak pelaksanaan otonomi daerah, namun belum diikuti dengan pendayagunaan guru secara efisien. Data menunjukkan bahwa pertumbuhan jumlah guru jauh lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan jumlah murid, yang berakibat pada terus mengecilnya rasio guru-murid. Tingkat rasio guru-murid yang makin rendah merupakan indikator kuat inefisiensi dalam pemanfaatan guru.
Salah satu problematika lain dalam pendidikan di Indonesia adalah kesenjangan, termasuk kesenjangan tenaga pengajar. Rasio jumlah guru dan siswa kita ini sekitar 1:20. Artinya, secara parsial menunjukkan bahwa berdasarkan jumlah seolah sudah memadai, namun fakta masalahnya ada pada sebarannya yang tidak merata. Oleh sebab itu, upaya pemerataan pendidikan perlu terus dilakukan dan dievaluasi. Pemerataan pendidikan tersebut tidak terbatas pada pemerataan jumlah guru, namun juga kualitas guru hingga sarana dan prasarana pendidikan. Program pemetaan dan pemerataan pendidikan dan guru harus segera dilakukan oleh pemerintah mengingat salah satu permasalahan pendidikan di Indonesia adalah kekurangan guru di daerah 3T (terluar, terdepan, dan tertinggal) agar segera teratasi.
Era Reformasi telah membawa perubahan-perubahan mendasar dalam kehidupan pendidikan. Tujuan desentralisasi pendidikan adalah untuk memperbaiki proses pengambilan keputusan dengan melibatkan lebih banyak stakeholders di daerah, untuk menghasilkan integrasi sekolah dengan masyarakat lokal secara terus menerus, untuk mendekatkan sekolah dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat, dan akhirnya untuk memperbaiki motivasi, kehadiran dan pencapaian murid. Menurut Fiske (1996) desentralisasi Pendidikan, juga memiliki ancaman seperti perbenturan kepentingan antara pemerintah pusat dan daerah, menurunnya mutu pendidikan, inefisiensi dalam pengelolaan pendidikan, hingga terjadinya ketimpangan dalam pemerataan pendidikan.
Solusi Keberhasilan Pendidikan Indonesia
2045 adalah tahun di mana 100 tahun Indonesia merdeka. Pada saat itu, diharapkan Indonesia sudah bertransformasi menjadi bangsa unggul. PDB per kapita diharapkan USD23.000 dan ekonomi Indonesia tidak lagi bertumpu pada produk komoditas. Seluruh proses transformasi ini, bisa berjalan dengan baik dan lancar jika SDM yang tersedia sesuai yang kita harapkan. Sehingga, menemukan solusi dari akar permasalahan yang dihadapi pendidikan kita, sangatlah mendesak.
Selama ini, rendahnya standar kualitas keterampilan dan kompetensi kerja yang dimiliki oleh SDM di Indonesia kerap mengakibatkan calon tenaga kerja sulit menembus lowongan-lowongan yang disediakan pasar kerja dan dunia industri di Tanah Air. Kini, sudah saatnya pemerintah perlu segera melakukan adjustment untuk bisa menciptakan kurikulum pendidikan yang dapat berjalan searah dengan keahlian yang dibutuhkan oleh industri yang terus berjalan cepat dan dinamis.
Sekolah vokasi dan SMK adalah salah satu wadah yang efektif untuk mencetak generasi dengan berbagai keahlian khusus yang dibutuhkan dalam dunia kerja. Sekolah yang memfokuskan pada keahlian ini diharapkan mampu melahirkan generasi yang mampu menjawab keahlian yang dibutuhkan industri, terutama untuk menyongsong revolusi industri 4.0.
Perbaikan kurikulum pendidikan, peningkatan kualitas guru, serta perbaikan infrastruktur Pendidikan adalah kunci utama keberhasilan dalam dunia pendidikan. Guru merupakan salah satu profesi yang akan terus ada dan tidak tergantikan oleh robot sekalipun. Oleh sebab itu, sebagai sumber ilmu para guru harus terus mengembangkan pengetahuan mereka untuk mendorong peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia, seiring dengan perbaikan kurikulum dan sistim pendidikan yang terus dilakukan pemerintah.
Di sisi lain, tugas guru tidak hanya mengajar, tapi juga membimbing, mengarahkan, memotivasi, dan mengevaluasi proses belajar siswanya agar kelas menjadi manusia yang unggul dan sukses dalam kehidupannya. Tanpa disadari, berbekal kemampuan mendidik, guru dapat menciptakan para siswa menjadi sumber daya manusia unggulan yang mampu bersaing dimanapun dan kapanpun. Semoga.
Salah satu problematika lain dalam pendidikan di Indonesia adalah kesenjangan, termasuk kesenjangan tenaga pengajar. Rasio jumlah guru dan siswa kita ini sekitar 1:20. Artinya, secara parsial menunjukkan bahwa berdasarkan jumlah seolah sudah memadai, namun fakta masalahnya ada pada sebarannya yang tidak merata. Oleh sebab itu, upaya pemerataan pendidikan perlu terus dilakukan dan dievaluasi. Pemerataan pendidikan tersebut tidak terbatas pada pemerataan jumlah guru, namun juga kualitas guru hingga sarana dan prasarana pendidikan. Program pemetaan dan pemerataan pendidikan dan guru harus segera dilakukan oleh pemerintah mengingat salah satu permasalahan pendidikan di Indonesia adalah kekurangan guru di daerah 3T (terluar, terdepan, dan tertinggal) agar segera teratasi.
Era Reformasi telah membawa perubahan-perubahan mendasar dalam kehidupan pendidikan. Tujuan desentralisasi pendidikan adalah untuk memperbaiki proses pengambilan keputusan dengan melibatkan lebih banyak stakeholders di daerah, untuk menghasilkan integrasi sekolah dengan masyarakat lokal secara terus menerus, untuk mendekatkan sekolah dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat, dan akhirnya untuk memperbaiki motivasi, kehadiran dan pencapaian murid. Menurut Fiske (1996) desentralisasi Pendidikan, juga memiliki ancaman seperti perbenturan kepentingan antara pemerintah pusat dan daerah, menurunnya mutu pendidikan, inefisiensi dalam pengelolaan pendidikan, hingga terjadinya ketimpangan dalam pemerataan pendidikan.
Solusi Keberhasilan Pendidikan Indonesia
2045 adalah tahun di mana 100 tahun Indonesia merdeka. Pada saat itu, diharapkan Indonesia sudah bertransformasi menjadi bangsa unggul. PDB per kapita diharapkan USD23.000 dan ekonomi Indonesia tidak lagi bertumpu pada produk komoditas. Seluruh proses transformasi ini, bisa berjalan dengan baik dan lancar jika SDM yang tersedia sesuai yang kita harapkan. Sehingga, menemukan solusi dari akar permasalahan yang dihadapi pendidikan kita, sangatlah mendesak.
Selama ini, rendahnya standar kualitas keterampilan dan kompetensi kerja yang dimiliki oleh SDM di Indonesia kerap mengakibatkan calon tenaga kerja sulit menembus lowongan-lowongan yang disediakan pasar kerja dan dunia industri di Tanah Air. Kini, sudah saatnya pemerintah perlu segera melakukan adjustment untuk bisa menciptakan kurikulum pendidikan yang dapat berjalan searah dengan keahlian yang dibutuhkan oleh industri yang terus berjalan cepat dan dinamis.
Sekolah vokasi dan SMK adalah salah satu wadah yang efektif untuk mencetak generasi dengan berbagai keahlian khusus yang dibutuhkan dalam dunia kerja. Sekolah yang memfokuskan pada keahlian ini diharapkan mampu melahirkan generasi yang mampu menjawab keahlian yang dibutuhkan industri, terutama untuk menyongsong revolusi industri 4.0.
Perbaikan kurikulum pendidikan, peningkatan kualitas guru, serta perbaikan infrastruktur Pendidikan adalah kunci utama keberhasilan dalam dunia pendidikan. Guru merupakan salah satu profesi yang akan terus ada dan tidak tergantikan oleh robot sekalipun. Oleh sebab itu, sebagai sumber ilmu para guru harus terus mengembangkan pengetahuan mereka untuk mendorong peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia, seiring dengan perbaikan kurikulum dan sistim pendidikan yang terus dilakukan pemerintah.
Di sisi lain, tugas guru tidak hanya mengajar, tapi juga membimbing, mengarahkan, memotivasi, dan mengevaluasi proses belajar siswanya agar kelas menjadi manusia yang unggul dan sukses dalam kehidupannya. Tanpa disadari, berbekal kemampuan mendidik, guru dapat menciptakan para siswa menjadi sumber daya manusia unggulan yang mampu bersaing dimanapun dan kapanpun. Semoga.
(kri)
tulis komentar anda