Guru Terus Bergerak di Era Digital
Kamis, 25 November 2021 - 10:39 WIB
Keduanya yang merupakan dua generasi berbeda ini memiliki perbedaan tajam dalam cara berpikir dan cara menggunakan pikiran untuk memproses informasi. Tidak hanya menyoal antara guru generasi X dan murid generasi Y, kini ada yang dinamakan generasi Alpha, yakni mereka yang lahir pada tahun 2010 sampai 2025 nanti.
Otak generasi ini dibentuk oleh dunia digital. Bahkan generasi Aplha, sejak lahir mereka sudah berhadapan dengan teknologi. Mereka kini sudah belajar melalui IoToys, The Internet of Toys, mainan robot, boneka, atau jam tangan yang semuanya terhubung dengan internet.
Lahir dalam zaman yang berbeda, otak mereka juga tentu berbeda dari generasi sebelumnya. Kenyataan ini adalah adalah fakta yang saat ini dapat kita ditemui di persekolahan, tidak heran jika sering terjadi kesenjangan antara peserta didik dan pendidik.
Kondisi itu dirasakan hingga sekarang dan menjadi tantangan pendidikan ke depan. Banyak guru yang gagap dalam mengejar perkembangan teknologi. Tidak hanya bermasalah dalam menggunakan teknologinya, masih banyak guru yang juga belum mampu mendalami bahwa yang dihadapinya adalah manusia dengan otak digital.
Mengenal Murid Digital
Ciri khas generasi Y dan Z dibandingkan generasi sebelumnya adalah mereka sangat dipengaruhi internet. Generasi Z bahkan sudah akrab sejak usia dini, Sejak belum mengenal baca tulis mereka sudah memainkan gawai pintar. Guru juga harus paham jika generasi ini memiliki kemampuan melakukan berbagai pekerjaan dalam waktu bersamaan.
Tidak heran apabila saat berselancar di dunia maya, banyak laman yang mereka buka dalam waktu bersamaan. Sekilas jika guru atau orang tuanya perhatikan seperti tidak fokus saat belajar online, namun ternyata ini adalah kelebihan mereka.
Berikutnya, generasi ini juga sangat peduli dengan diri mereka masing-masing. Tidak heran jika mereka gandrung dengan Intagram atau Tiktok yang dapat membuat mereka eksis.
Sebaliknya apa yang terjadi pada guru, sebagian masih menganggap media sosial sesuatu yang tabu, masih banyak yang berpikir bermain medsos tidak produktif. Sementara itu, literasi sebagian guru terhadap media sosial juga dirasa masih kurang.
Dalam proses belajar dan mengajar digital natives dan digital immigrants memiliki karakteristik yang bisa dikatakan bertolak belakang. Para guru yang didominasi digital immigrants mempertahankan karakteristiknya step by step, satu pelajaran sekali waktu, serta belajar secara individu.
Otak generasi ini dibentuk oleh dunia digital. Bahkan generasi Aplha, sejak lahir mereka sudah berhadapan dengan teknologi. Mereka kini sudah belajar melalui IoToys, The Internet of Toys, mainan robot, boneka, atau jam tangan yang semuanya terhubung dengan internet.
Lahir dalam zaman yang berbeda, otak mereka juga tentu berbeda dari generasi sebelumnya. Kenyataan ini adalah adalah fakta yang saat ini dapat kita ditemui di persekolahan, tidak heran jika sering terjadi kesenjangan antara peserta didik dan pendidik.
Kondisi itu dirasakan hingga sekarang dan menjadi tantangan pendidikan ke depan. Banyak guru yang gagap dalam mengejar perkembangan teknologi. Tidak hanya bermasalah dalam menggunakan teknologinya, masih banyak guru yang juga belum mampu mendalami bahwa yang dihadapinya adalah manusia dengan otak digital.
Mengenal Murid Digital
Ciri khas generasi Y dan Z dibandingkan generasi sebelumnya adalah mereka sangat dipengaruhi internet. Generasi Z bahkan sudah akrab sejak usia dini, Sejak belum mengenal baca tulis mereka sudah memainkan gawai pintar. Guru juga harus paham jika generasi ini memiliki kemampuan melakukan berbagai pekerjaan dalam waktu bersamaan.
Tidak heran apabila saat berselancar di dunia maya, banyak laman yang mereka buka dalam waktu bersamaan. Sekilas jika guru atau orang tuanya perhatikan seperti tidak fokus saat belajar online, namun ternyata ini adalah kelebihan mereka.
Berikutnya, generasi ini juga sangat peduli dengan diri mereka masing-masing. Tidak heran jika mereka gandrung dengan Intagram atau Tiktok yang dapat membuat mereka eksis.
Sebaliknya apa yang terjadi pada guru, sebagian masih menganggap media sosial sesuatu yang tabu, masih banyak yang berpikir bermain medsos tidak produktif. Sementara itu, literasi sebagian guru terhadap media sosial juga dirasa masih kurang.
Dalam proses belajar dan mengajar digital natives dan digital immigrants memiliki karakteristik yang bisa dikatakan bertolak belakang. Para guru yang didominasi digital immigrants mempertahankan karakteristiknya step by step, satu pelajaran sekali waktu, serta belajar secara individu.
Lihat Juga :
tulis komentar anda