Jokowi dan Climate Super Power

Kamis, 04 November 2021 - 11:20 WIB
Diberitakan CNN bahwa Komunike terakhir Kelompok 20 akan mengakhiri pendanaan batubara pada tahun 2021 dan mencakup komitmen bahasa atau kata yang sama untuk menjaga batas 1,5 derajat Celcius dari pemanasan global dalam jangkauan semua negara G20.

Ini juga harus mencakup pengakuan pertama kali atas "kontribusi signifikan" emisi metana terhadap perubahan iklim dan kebutuhan untuk pengurangannya. AS dan UE memimpin Global Methane Pledge, yang telah ditandatangani oleh lebih dari 60 negara, setuju untuk mengurangi emisi metana hingga 30% selama dekade ini. Emisi metana sebagian besar berasal dari infrastruktur bahan bakar fosil yang bocor serta peternakan.

Beberapa negara memang masih merasa keberatan. Australia telah mengatakan tidak akan menandatangani janji tersebut. Namun penghasil metana utama lainnya, termasuk Indonesia dari kebun kebun kelapa sawit, namun telah menandatangani kesepakatan untuk mengurangi bahkan siap mengakhiri.

Memang beberapa produsen atau konsumen utama batubara menunjukkan perlawanan terhadap bahasa iklim dalam draft komunike G20 seputar dekarbonisasi, terutama seputar penggunaan batubara. Jepang memimpin sekelompok negara pada pertemuan G-7 pada bulan Juni untuk melunakkan bahasa seputar sistem tenaga dekarbonisasi. Negara itu bersama dengan China, India, Australia, dan Rusia ingin memastikan bahasa dalam komunike G20 saat ini tidak terlalu keras.

Jepang bersikeras bahwa komunike tersebut mengatakan bahwa sistem tenaga listrik harus menghilangkan karbon pada tahun 2030-an agar lebih lunak. Itu mendapat dukungan dari China dan India, konsumen batu bara terbesar di dunia; Australia, pengekspor batu bara terbesar di dunia berdasarkan nilai; serta Rusia, eksportir dan konsumen utama lainnya.

Jokowi Dapat Buktikan Kepemimpinannya

Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan kesepakatan sebelumnya merupakan sinyal bagus untuk COP26, tetapi Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengisyaratkan dia ingin melihat lebih banyak ambisi.

Tidak diragukan lagi bahwa Kanada, bersama dengan sejumlah negara lain, akan menyukai bahasa yang lebih kuat dan komitmen yang lebih kuat dalam memerangi perubahan iklim daripada yang lain (Reuters.com).

Memang China sebagai penghasil CO2 terbesar di dunia, telah menetapkan target tanggal 2060. Pencemar besar lainnya seperti India dan Rusia juga belum berkomitmen pada tanggal target 2050. Mereka mengulur waktu terlalu lama. Padahal Pakar PBB mengatakan bahwa bahkan jika rencana nasional saat ini sepenuhnya dilaksanakan, dunia sedang menuju pemanasan global 2,7C, dengan konsekuensi bencana yang besar.

Bagaimana dengan pemimpin COP 26 Indonesia ? tampaknya Indonesia harus menunjukkan ketegasanya dalam menjalankan agenda yang telah disepakati dan penting bagi Indonesia, seperti pemulihan hutan, pembatasan penggunaan energi kotor dan menekan polusi. Akan ada hambatan dari penghasil dan konsumen batubara serta peternakan dan perkebunan besar yang akan meminta relaksasi atau kemudahan dan tetap ingin mempertahankan energi kotor dan emisi buangan mereka demi pertumbuhan ekonomi. Mereka telah mengajukan tawaran itu lewat UU Cipta Kerja.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More