Jokowi dan Climate Super Power
Kamis, 04 November 2021 - 11:20 WIB
Dana Besar di Depan Mata
Sebuah laporan baru-baru ini dari kepresidenan COP26 menunjukkan bahwa dunia akan memenuhi berbagai target ini sampai 2023. Dunia juga akan menyetujui mobilisasi uang dari lembaga keuangan, terutama bank pembangunan, untuk mengisi kesenjangan dan mendanai pemulihan hijau global.
Dunia telah menyediakan dana besar untuk atasi perubahan iklim. Dana itu dikontribusikan oleh anggota negara kaya dari G20 sendiri. Nilainya sebesar USD100 miliar yang akan dicairkan setiap tahun dan akan dimulai tahun depan.
Selain itu akan disediakan dana melalui komitmen lembaga keuangan multilateral IMF akan mengalokasikan dana USD650 miliar (562.179 juta euro) untuk menghadapi krisis akibat pandemi.
Perjanjian G20 Italy juga menegaskan kembali komitmen negara-negara kaya untuk mentransfer USD100 miliar per tahun dalam pendanaan iklim ke Global South. Sebuah perjanjian yang ada yang belum terpenuhi.
Jadi sebetulnya seluruh dunia sudah memiliki kemauan yang sama untuk membiayai pemulihan lingkungan, terutama negara Industri maju yang tidak mau berhadapan dengan bencana yang makin parah akibat climate change.
Apa yang Akan G20 Lakukan?
Perdana Menteri Italia Mario Draghi, yang memimpin pertemuan di Roma, memuji kesepakatan akhir tersebut. Dia mengatakan bahwa untuk pertama kalinya semua negara G20 telah sepakat tentang pentingnya membatasi pemanasan global pada tingkat 1,5 derajat celcius yang menurut para ilmuwan sangat penting untuk dihindari.
Dilansir Aljazeera.com, pernyataan terakhir para pemimpin G20 adalah janji untuk menghentikan pembiayaan pembangkit listrik tenaga batu bara di luar negeri pada akhir tahun ini tetapi tidak menetapkan tanggal persisnya. Namun berjanji untuk melakukannya "sesegera mungkin".
G20 juga berjanji untuk menghapus subsidi bahan bakar minyak, namun belum menetapkan tanggal untuk menghapus subsidi bahan bakar fosil secara menyeluruh. Para pemimpin G20 mengatakan mereka akan melakukannya dalam jangka menengah.
Sebuah laporan baru-baru ini dari kepresidenan COP26 menunjukkan bahwa dunia akan memenuhi berbagai target ini sampai 2023. Dunia juga akan menyetujui mobilisasi uang dari lembaga keuangan, terutama bank pembangunan, untuk mengisi kesenjangan dan mendanai pemulihan hijau global.
Dunia telah menyediakan dana besar untuk atasi perubahan iklim. Dana itu dikontribusikan oleh anggota negara kaya dari G20 sendiri. Nilainya sebesar USD100 miliar yang akan dicairkan setiap tahun dan akan dimulai tahun depan.
Selain itu akan disediakan dana melalui komitmen lembaga keuangan multilateral IMF akan mengalokasikan dana USD650 miliar (562.179 juta euro) untuk menghadapi krisis akibat pandemi.
Perjanjian G20 Italy juga menegaskan kembali komitmen negara-negara kaya untuk mentransfer USD100 miliar per tahun dalam pendanaan iklim ke Global South. Sebuah perjanjian yang ada yang belum terpenuhi.
Jadi sebetulnya seluruh dunia sudah memiliki kemauan yang sama untuk membiayai pemulihan lingkungan, terutama negara Industri maju yang tidak mau berhadapan dengan bencana yang makin parah akibat climate change.
Apa yang Akan G20 Lakukan?
Perdana Menteri Italia Mario Draghi, yang memimpin pertemuan di Roma, memuji kesepakatan akhir tersebut. Dia mengatakan bahwa untuk pertama kalinya semua negara G20 telah sepakat tentang pentingnya membatasi pemanasan global pada tingkat 1,5 derajat celcius yang menurut para ilmuwan sangat penting untuk dihindari.
Dilansir Aljazeera.com, pernyataan terakhir para pemimpin G20 adalah janji untuk menghentikan pembiayaan pembangkit listrik tenaga batu bara di luar negeri pada akhir tahun ini tetapi tidak menetapkan tanggal persisnya. Namun berjanji untuk melakukannya "sesegera mungkin".
G20 juga berjanji untuk menghapus subsidi bahan bakar minyak, namun belum menetapkan tanggal untuk menghapus subsidi bahan bakar fosil secara menyeluruh. Para pemimpin G20 mengatakan mereka akan melakukannya dalam jangka menengah.
tulis komentar anda