New Normal Sosialisasi Pilkada 2020
Rabu, 03 Juni 2020 - 17:24 WIB
Nur Elya Anggraini
Anggota Bawaslu Jawa Timur
TAHAPAN Pilkada 2020 akan dimulai kembali15 Juni 2020. Tantangan yang dihadapi adalah sampainya informasi yang cepat, serentak menyeluruh kepada pemilih di 270 daerah bahwa pilkada dilakukan dengan menggunakan protokol Covid-19 . Kita perlu new normal strategi sosialisasi.
Menggunakan strategi lama dengan sosialisasi tatap muka adalah suatu yang mustahil dilakukan ditengah kita jaga jarak dan fisik. Lewat jalur sosialisasi via aplikasi pertemuan online dengan sasaran pemilih yang tersegmentasi sesuai latar belakang membutuhkan waktu lama ditengah semakin dekatnya tahapan. (Baca juga: Pilkada Digelar Desember, KPU Diminta Terapkan Protokol New Normal )
Kita perlu new normal strategi sosialisasi untuk memangkas jarak, cepat menyebar, dan sampai kepada masyarakat secara utuh dan tepat bahwa tahapan Pilkada yang dilakukan akan aman dari potensi penularan Covid-19. Rasa aman pemilih menjadi pendorong naiknya partisipasi.
Ada anggapan bahwa pilkada ditengah pandemi akan menyebabkan degradasi demokrasi. Kerawanan yang muncul adalah rendahnya partisipasi. Jika partisipasi rendah, maka legitimasi pemerintahan ikut rendah. (Baca juga: New Normal Diyakini Akan Kembali Menggerakkan Ekonomi Nasional )
Tantangan penyelenggara pemilu semakin berat untuk menaikkan partisipasi pemilih. Melampaui dari tantangan disaat kondisi normal. Penyelenggara pemilu harus bisa menembus ketakutan masyarakat terhadap Covid-19.
Keputusan sudah diambil. Penyelenggara pemilu harus menjalankan dengan sebaik-baiknya dan sehormat-hormatnya. Gugus Tugas Pencegahan Covid-19 mengizinkan pilkada dilanjutkan dengan syarat menggunakan protokol covid-19.
Pertanyaannya, sampai dimana masyarakat tahu tentang protokol covid-19 dalam pilkada? Bagaimana strategi sosialisasi pilkada dengan menggunakan Protokol covid-19? Siapa yang harus menunaikan tanggung jawab sosialisasi?
Anggota Bawaslu Jawa Timur
TAHAPAN Pilkada 2020 akan dimulai kembali15 Juni 2020. Tantangan yang dihadapi adalah sampainya informasi yang cepat, serentak menyeluruh kepada pemilih di 270 daerah bahwa pilkada dilakukan dengan menggunakan protokol Covid-19 . Kita perlu new normal strategi sosialisasi.
Menggunakan strategi lama dengan sosialisasi tatap muka adalah suatu yang mustahil dilakukan ditengah kita jaga jarak dan fisik. Lewat jalur sosialisasi via aplikasi pertemuan online dengan sasaran pemilih yang tersegmentasi sesuai latar belakang membutuhkan waktu lama ditengah semakin dekatnya tahapan. (Baca juga: Pilkada Digelar Desember, KPU Diminta Terapkan Protokol New Normal )
Kita perlu new normal strategi sosialisasi untuk memangkas jarak, cepat menyebar, dan sampai kepada masyarakat secara utuh dan tepat bahwa tahapan Pilkada yang dilakukan akan aman dari potensi penularan Covid-19. Rasa aman pemilih menjadi pendorong naiknya partisipasi.
Ada anggapan bahwa pilkada ditengah pandemi akan menyebabkan degradasi demokrasi. Kerawanan yang muncul adalah rendahnya partisipasi. Jika partisipasi rendah, maka legitimasi pemerintahan ikut rendah. (Baca juga: New Normal Diyakini Akan Kembali Menggerakkan Ekonomi Nasional )
Tantangan penyelenggara pemilu semakin berat untuk menaikkan partisipasi pemilih. Melampaui dari tantangan disaat kondisi normal. Penyelenggara pemilu harus bisa menembus ketakutan masyarakat terhadap Covid-19.
Keputusan sudah diambil. Penyelenggara pemilu harus menjalankan dengan sebaik-baiknya dan sehormat-hormatnya. Gugus Tugas Pencegahan Covid-19 mengizinkan pilkada dilanjutkan dengan syarat menggunakan protokol covid-19.
Pertanyaannya, sampai dimana masyarakat tahu tentang protokol covid-19 dalam pilkada? Bagaimana strategi sosialisasi pilkada dengan menggunakan Protokol covid-19? Siapa yang harus menunaikan tanggung jawab sosialisasi?
tulis komentar anda