Persepsi Negatif Polemik PDIP-Ganjar: Kader Banteng Haram Mimpi Nyapres
Minggu, 30 Mei 2021 - 17:11 WIB
JAKARTA - Politikus PDIP Effendi Simbolon mengaitkan polemik Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebagai urusan partai dengan kader yang dianggap lupa diri. Tetapi Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia (PPI) Adi Prayitno menilai wajar ketegangan PDIP dengan Ganjar dikaitkan dengan Pilpres 2024.
Sebab menurut dia, polemik ini diawali sindiran Puan Maharani dalam sebuah acara resmi DPP PDIP. Dalam forum itu Puan seakan menegaskan posisinya sebagai pengurus penting di DPP. Hal itu diterjemahkan ketua PDIP Jawa Tengah Bambang Pacul dengan menyebut Ganjar lebih aktif di medsos, mikir tentang pilpres dan tidak memikirkan yang lain.
"Hari Sabtu itu Bambang Pacul langsung menyerang Ganjar soal pencapresan tidak mungkin orang tidak akan berspekulasi dengan Pilpres," kata Adi dalam webinar yang bertajuk "Puan Iri Hati atau Ganjar Tak Tahu Diri" di kanal Youtube, Minggu (30/5/2021).
Menurut dia, bila teguran PDIP memang berkaitan dengan sikap Ganjar yang dianggap kacang yang lupa kulit, seharusnya PDIP menjadikannya sebagai isu utama, bukan catatan kaki semata. Dengan begitu publik pun tidak lagi mengaitkan prahara ini dengan Pilpres 2024, yang menempatkan Puan dan Ganjar sebagai seteru.
"Nah, narasi yang disampaikan Bang Effendi Simbolon hari ini mesti menjadi mainstream, sehingga publik berhenti mengeluarkan head to head Ganjar dan Puan," imbuhnya.
Yang pasti, sudah terlanjur terbentuk persepsi publik akibat polemik PDIP dengan Ganjar. Masyarakat menangkap seolah-olah kader PDIP haram untuk bermimpi sebagai capres, sebelum ada restu Megawati Soekarniputri. "Kan itu yang kemudian berkembang. Apa salah seorang kader partai entah dari kepala daerah, atau anggota dewan mimpi indahnya itu jadi capres di 2024?" ungkapnya.
"Kalau memang ada tren PDIP di internal banyak politisi air mancur, kacang lupa kulitnya, mestinya Bambang Pacul juga ngomong, model Ganjar juga banyak ini, dibuka satu, dua tiga. Jadi jangan seakan-akan kacang lupa kulitnya ini hanya untuk Ganjar," tambah Adi.
Sebab menurut dia, polemik ini diawali sindiran Puan Maharani dalam sebuah acara resmi DPP PDIP. Dalam forum itu Puan seakan menegaskan posisinya sebagai pengurus penting di DPP. Hal itu diterjemahkan ketua PDIP Jawa Tengah Bambang Pacul dengan menyebut Ganjar lebih aktif di medsos, mikir tentang pilpres dan tidak memikirkan yang lain.
"Hari Sabtu itu Bambang Pacul langsung menyerang Ganjar soal pencapresan tidak mungkin orang tidak akan berspekulasi dengan Pilpres," kata Adi dalam webinar yang bertajuk "Puan Iri Hati atau Ganjar Tak Tahu Diri" di kanal Youtube, Minggu (30/5/2021).
Menurut dia, bila teguran PDIP memang berkaitan dengan sikap Ganjar yang dianggap kacang yang lupa kulit, seharusnya PDIP menjadikannya sebagai isu utama, bukan catatan kaki semata. Dengan begitu publik pun tidak lagi mengaitkan prahara ini dengan Pilpres 2024, yang menempatkan Puan dan Ganjar sebagai seteru.
"Nah, narasi yang disampaikan Bang Effendi Simbolon hari ini mesti menjadi mainstream, sehingga publik berhenti mengeluarkan head to head Ganjar dan Puan," imbuhnya.
Yang pasti, sudah terlanjur terbentuk persepsi publik akibat polemik PDIP dengan Ganjar. Masyarakat menangkap seolah-olah kader PDIP haram untuk bermimpi sebagai capres, sebelum ada restu Megawati Soekarniputri. "Kan itu yang kemudian berkembang. Apa salah seorang kader partai entah dari kepala daerah, atau anggota dewan mimpi indahnya itu jadi capres di 2024?" ungkapnya.
"Kalau memang ada tren PDIP di internal banyak politisi air mancur, kacang lupa kulitnya, mestinya Bambang Pacul juga ngomong, model Ganjar juga banyak ini, dibuka satu, dua tiga. Jadi jangan seakan-akan kacang lupa kulitnya ini hanya untuk Ganjar," tambah Adi.
(muh)
tulis komentar anda