Kepemimpinan Apimorvi: Manifesto HMI Reborn
Sabtu, 06 Maret 2021 - 17:00 WIB
Keenam, menjadi pemimpin harus responsif dengan setiap perubahan dan persoalan yang ada, baik itu yang sifatnya internal organisasi maupun eksternal masyarakat. Pemimpin responsif lebih fleksibel, dinamis, gesit dan lebih menyatu dengan massa yang dipimpinnya. Karakter ini sangat penting, sebab, jiwa responsif akan mudah menggerakkan pemimpin bertindak cepat dan ditopang oleh “bawahannya”. Selain itu pemimpin responsif cenderung berorientasi pada aspek pencegahan. Mengapa demikian? Karena setiap masalah yang ada mendapat penanganan lebih cepat!
(Baca: Jawaban Artidjo ketika Mahfud MD Sampaikan Protes KAHMI soal Anas Urbaningrum)
Ketujuh, seorang pemimpin haruslah visioner. Visioner memiliki makna seseorang harus punya wawasan luas ke depan. Keputusan organisasi yang dibuatnya tidak hanya membawa dampak untuk hari ini saja, melainkan terus hingga masa mendatang. Mereka yang dapat membaca arah perkembangan zaman yang dapat membentangkan asa untuk organisasi dan insan di dalamnya. Dalam konteks tujuan HMI, menjadi seorang pemimpin harus mampu merumuskan roadmap berkenaan dengan orientasi besar organisasi.
Kedelapan, pemimpin ideologis. Pemimpin ideologis adalah mereka yang punya pendirian dan konsistensi terhadap nilai-nilai, cita-cita dan tujuan kolektif. Pemimpin ideologis dituntut untluk mengerahkan sumber daya kekuatan para pengikutnya demi mendobrak kebuntuan. Pemimpin ideologis adalah ia yang anti terhadap kemapanan. Dan, HMI bukanlah organisasi pro status-quo.
Perkuat Sinergitas dan Kolaborasi
Jika kedelapan nilai tadi itu dapat dimanifestasikan ke dalam diri pemimpin HMI mulai dari level Komisariat, Cabang, Badko hingga PB maka bukan hal mustahil HMI Reborn dapat menjawab tantangan zaman.
HMI Reborn dengan demikian tidak boleh silau mata dengan segala ikhwal terkait algoritmanya, Internet of Things (IoT), robot, AI (kecerdasan artifisial), komputasi awan dan sejenisnya yang menjadi ciri Industri 4.0. Apalagi era disrupsi sendiri tidak lantas menghilangkan fakta adanya ketimpangan kepemilikan dan akses produksi, serta relasi kekuasaan yang timpang (unequal).
HMI memegang tanggung jawab dalam mengawal agenda-agenda kebangsaan. Implikasinya bagi HMI adalah inklusivitas. Berjejaring dengan individu atau organisasi lainnya dalam rangka mempererat sinergi untuk kolaborasi menjadi penting dilakukan supaya peranan HMI dapat lebih maksimal. Adalah kenaifan jika memahami HMI sebagai organisasi kemahasiswaan dan kepemudaan mempunyai surplus sumber daya. HMI pada dirinya terdapat keterbatasan. Untuk itu bersinergi dengan pihak lainnya merupakan keharusan di tengah keterbatasan yang ada. *
(Baca: Jawaban Artidjo ketika Mahfud MD Sampaikan Protes KAHMI soal Anas Urbaningrum)
Ketujuh, seorang pemimpin haruslah visioner. Visioner memiliki makna seseorang harus punya wawasan luas ke depan. Keputusan organisasi yang dibuatnya tidak hanya membawa dampak untuk hari ini saja, melainkan terus hingga masa mendatang. Mereka yang dapat membaca arah perkembangan zaman yang dapat membentangkan asa untuk organisasi dan insan di dalamnya. Dalam konteks tujuan HMI, menjadi seorang pemimpin harus mampu merumuskan roadmap berkenaan dengan orientasi besar organisasi.
Kedelapan, pemimpin ideologis. Pemimpin ideologis adalah mereka yang punya pendirian dan konsistensi terhadap nilai-nilai, cita-cita dan tujuan kolektif. Pemimpin ideologis dituntut untluk mengerahkan sumber daya kekuatan para pengikutnya demi mendobrak kebuntuan. Pemimpin ideologis adalah ia yang anti terhadap kemapanan. Dan, HMI bukanlah organisasi pro status-quo.
Perkuat Sinergitas dan Kolaborasi
Jika kedelapan nilai tadi itu dapat dimanifestasikan ke dalam diri pemimpin HMI mulai dari level Komisariat, Cabang, Badko hingga PB maka bukan hal mustahil HMI Reborn dapat menjawab tantangan zaman.
HMI Reborn dengan demikian tidak boleh silau mata dengan segala ikhwal terkait algoritmanya, Internet of Things (IoT), robot, AI (kecerdasan artifisial), komputasi awan dan sejenisnya yang menjadi ciri Industri 4.0. Apalagi era disrupsi sendiri tidak lantas menghilangkan fakta adanya ketimpangan kepemilikan dan akses produksi, serta relasi kekuasaan yang timpang (unequal).
HMI memegang tanggung jawab dalam mengawal agenda-agenda kebangsaan. Implikasinya bagi HMI adalah inklusivitas. Berjejaring dengan individu atau organisasi lainnya dalam rangka mempererat sinergi untuk kolaborasi menjadi penting dilakukan supaya peranan HMI dapat lebih maksimal. Adalah kenaifan jika memahami HMI sebagai organisasi kemahasiswaan dan kepemudaan mempunyai surplus sumber daya. HMI pada dirinya terdapat keterbatasan. Untuk itu bersinergi dengan pihak lainnya merupakan keharusan di tengah keterbatasan yang ada. *
(muh)
tulis komentar anda