Monev Pemulihan Ekonomi Nasional

Senin, 15 Februari 2021 - 05:35 WIB
Badan Pusat Statistik (BPS) merilis realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2020 yang terkontraksi minus 2,07%, dengan pertumbuhan ekonomi Kuartal IV-2020 sebesar minus 2,19% (yoy). Meski demikian, pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2020 masih lebih baik dibandingkan beberapa negara di dunia seperti Singapura (minus 5,8%), Filipina (minus 9,5%), Amerika Serikat (minus 3,5%) dan Uni Eropa (minus 6,4%).

BPS mencatat bahwa anjloknya pertumbuhan ekonomi sejalan dengan masih lemahnya konsumsi rumah tangga sepanjang 2020 yang hanya tumbuh minus 2,63%. Hingga pada kuartal IV/2020, penjualan eceran masih terkontraksi 17,39%. Padahal, jika dibandingkan dengan kuartal IV/2019 penjualan eceran berhasil tumbuh 1,39%.

Kontraksi penjualan eceran di 2020 terjadi pada penjualan makanan, minuman, dan tembakau, sandang, suku cadang dan aksesori, bahan bakar kendaraan, peralatan informasi dan telekomunikasi, barang budaya dan rekreasi, serta barang lainnya. Komponen penjualan wholesale mobil penumpang dan sepeda motor juga masih mengalami kontraksi. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi rumah tangga masih sangat rendah sehingga menjadi kewajiban kita semua untuk memperkuat demand (permintaan).

Fokus Daya Beli Masyarakat

Besarnya kontribusi konsumsi rumah tangga dalam mendorong roda perekonomian nasional mutlak mengharuskan program PEN 2021 untuk fokus dalam memacu daya beli masyarakat. Hal ini mengingat bahwa konsumsi rumah tangga memiliki kontribusi hingga 57% dari produk domestik bruto (PDB) nasional. Kini, bagi kelas menengah hingga bawah pemerintah perlu terus menjaga daya beli mereka melalui berbagai program bantuan sosial, perlindungan sosial, maupun penguatan UMKM. Untuk kelas menengah dan atas pemerintah perlu mendorong kepercayaan konsumen untuk bersedia membelanjakan uang mereka.

Pemerintah saat ini perlu memprioritaskan berbagai program untuk dapat mendorong sisi permintaan (demand), mengingat bahwa setinggi apa pun sisi penawaran (supply) namun jika tak diimbangi dengan permintaan masyarakat justru akan menjadi hal yang sia-sia. Pada pemulihan ekonomi 2021 saat ini perlu ada pengalihan dari supply side (penawaran) kepada demand side (permintaan) karena kecepatan demand side tersebutlah yang akan menumbuhkan supply side.

Pemerintah juga perlu bersinergi dalam meningkatkan belanja. Belanja kementerian/lembaga dan pemda diutamakan untuk menyerap produk-produk dalam negeri, baik produk pertanian maupun produk UMKM yang berdampak langsung meningkatkan daya beli. Semakin banyak dana yang digulirkan ke masyarakat maka akan mempercepat pemulihan daya beli. Selain itu, penyerapan anggaran pemerintah juga perlu segera diubah dari pola sebelum terjadi pandemi. Jika sebelum pandemi pemerintah lebih banyak melakukan kegiatan belanja di akhir tahun, saat ini pemerintah perlu segera mengoptimalkan realisasi belanja pemerintah pusat dan pemerintah daerah sejak awal tahun.

Peningkatan sisi permintaan yang sangat terpukul akibat pandemi Covid-19 masih akan menjadi pekerjaan rumah pemerintah dalam memacu pemulihan ekonomi. Meski demikian, tak ada yang tak mungkin jika segala usaha dan kerja sama antara pemerintah (pusat dan daerah) dan masyarakat bergotong-royong membangkitkan ekonomi nasional yang masih berada dalam lingkaran ketidakpastian akibat pandemi Covid 19. Semoga.
(bmm)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More