Tangkal Pandemi dengan Biota Laut

Senin, 15 Februari 2021 - 06:19 WIB
“Yang sedang kita buat ini, selain mengandung minyak ikan, virgin coconut oil (VCO), kita tambahkan empat ekstrak dari hewan dan tumbuhan laut. Kita harapkan dengan dicampur jadi satu ada efek sinergis dari masing-masing komponen sehingga ketika kita konsumsi khasiatnya jadi lebih kuat,” papar peneliti yang akrab disapa Kustia ini.

Produk herbal yang dikenal selama ini terdiri dari jamu, obat herbal terstandar (OHT), dan fitofarmaka, yakni obat dari bahan alam yang sudah dibuktikan khasiat dan keamanannya melalui uji klinis. Di Indonesia sebuah hasil riset belum banyak yang menjadi produk fitofarmaka. Pemicunya perlu dukungan biaya yang besar karena harus ada penelitian lanjutan (uji klinis).

“Kami belum sampai ke sana (OHT dan fitofarmaka), ini suplemen, produk akhirnya suplemen,” tegasnya.



Demikian pula mengenai uji kemanan dan uji khasiatnya. Riset yang dilakukan Kustia dan tim peneliti IPB belum sampai pada level uji klinis. Uji khasiat yang dilakukan hanya berupa in vitro, yakni menguji di luar tubuh makhluk hidup. Meski disadari hasil uji in vivo (menguji ke hewan), hasilnya relatif lebih presisi, sehingga ketika produk dikonsumsi akan lebih meyakinkan, namun hal tersebut belum dilakukan karena pertimbangan biaya.

“Sebagai uji awal terkait khasiat kami lakukan in vitro (pengujian di laboratorium). Karena tergetnya untuk imunitas, maka kami cek bagaimana kemampuan hasil ekstraksi biota laut tersebut untuk imunostimulan, bagaimana ia menstimulasi imunitas,” papar peneliti dari Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Lautan (PKSPL-IPB) ini.

Untuk diketahui, penggabungan empat komponen biota laut untuk diekstraksi dan dibuat menjadi suplemen belum banyak dilakukan. Bahkan, bisa jadi riset peneliti IPB ini yang pertama. Kustia mengatakan, sejauh yang dia ketahui penelitian untuk produk serupa masih sebatas biota laut saja, misalnya hanya teripang dan spirulina (mikroalga).

Penelitian ini menjadi salah satu bagian dari Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 yang digelar oleh Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN). Adapun suplemen yang dihasilkan nanti masuk dalam kategori riset dan inovasi di bidang pencegahan Covid-19.

Kustia berharap tahapan pengembangan suplemen imunitas dari biota laut itu segera selesai dengan harapan bisa dikonsumsi dalam waktu yang tidak terlalu lama. Total waktu penelitian dari formulasi hingga pengembangan sekitar enam bulan. Setelah itu diharapkan produk suplemen sudah layak konsumsi. Pihaknya juga sudah memiliki mitra industri untuk produksi suplemen. Industri diyakini tidak memiliki kendala karena sebelumnya sudah mengantongi izin berupa produksi obat tradisional. Mitra industri yang dipilih juga memiliki kemampuan teknologi produksi emulsi.

“Kami berharap hasil riset ini sesuai prediksi. Penggabungan berbagai komponen biota laut menjadi suplemen juga diharapkan betul-betul dapat meningkatkan imunitas, dengan begitu kami bisa ikut berkontribusi bagi kesehatan masyarakat secara luas,” tandasnya.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More