Parpol Diminta Siapkan Tokoh Muda Jadi Capres, Ini Alasannya
Selasa, 26 Januari 2021 - 16:32 WIB
JAKARTA - Direktur Center for Indonesia Reform (CIR), Hidayaturrahman mendorong partai politik (parpol) peserta pemilu untuk memajukan tokoh muda sebagai calon presiden dan wakil presiden yang akan berkontestasi pada Pilpres 2024.
Hal tersebut dianggap perlu dilakukan partai jika ingin menarik simpati pemilih muda yang jumlahnya terus bertambah.
"Berdasarkan data yang ada, jumlah pemilih muda akan terus bertambah. Karena itu, partai perlu merespons perubahan demografi ini secara cermat untuk mendapat dukungan yang sangat signifikan," ujar Hidayat dalam keterangan tertulisnya, Selasa (26/1/2021).
Dia menilai kemunculan figur muda sebagai calon presiden dan wakil presiden dalam Pilpres 2024 sangat diperlukan. Tujuannya, lanjut dia, bukan semata-mata untuk menggaet suara pemilih muda, tapi sebagai upaya membangun budaya politik yang baru.
Sebab selama ini, kata Hidayat, dinamika politik Indonesia kurang progresif akibat sebagian besar posisi strategis politik dikuasai figur lama.
"Untuk itu jika kita ingin ada penyegaran dinamika politik yang lebih konstruktif dan produktif diperlukan pemain-pemain politik muda yang dipercaya mempunyai gagasan-gagasan yang sesuai dengan kondisi kekinian. Indonesia terlalu luas untuk diurus oleh figur politik yang sudah sepuh," ujar Hidayat.
Hidayat menambahkan walaupun faktor usia capres dan cawapres mempunyai nilai strategis dalam menarik perhatian pemilih muda namun partai juga perlu memperhatikan kompetensi calon yang dijagokan. Namun, kata dia, berusia muda saja tidak cukup.
Dia melanjutkan, lebih penting dan mendasar lagi, calon presiden ke depan memiliki komitmen dan visi besar terhadap masalah lingkungan hidup, hak asasi manusia (HAM), pemerataan pertumbungan ekonomi dan pembangunan.
"Tidak sederhana soal tua dan muda, untuk calon presiden mendatang. Yang muda perlu, tapi juga ada variable lain yang juga diperlukan,” kata doktor ilmu politik dan pembangunan tersebut.
Menurut Hidayat, partai politik yang memiliki kader muda dan potensial harus berani "menjual" kadernya untuk tampil di kontestan Pilpres 2024 mendatang. “Partai politik harus bisa menjadi contoh bagi kelompok civil society dalam mendorong kader-kader muda yang visioner dan memiliki track record yang baik dan bersih,” tuturnya.
Hal tersebut dianggap perlu dilakukan partai jika ingin menarik simpati pemilih muda yang jumlahnya terus bertambah.
"Berdasarkan data yang ada, jumlah pemilih muda akan terus bertambah. Karena itu, partai perlu merespons perubahan demografi ini secara cermat untuk mendapat dukungan yang sangat signifikan," ujar Hidayat dalam keterangan tertulisnya, Selasa (26/1/2021).
Dia menilai kemunculan figur muda sebagai calon presiden dan wakil presiden dalam Pilpres 2024 sangat diperlukan. Tujuannya, lanjut dia, bukan semata-mata untuk menggaet suara pemilih muda, tapi sebagai upaya membangun budaya politik yang baru.
Sebab selama ini, kata Hidayat, dinamika politik Indonesia kurang progresif akibat sebagian besar posisi strategis politik dikuasai figur lama.
"Untuk itu jika kita ingin ada penyegaran dinamika politik yang lebih konstruktif dan produktif diperlukan pemain-pemain politik muda yang dipercaya mempunyai gagasan-gagasan yang sesuai dengan kondisi kekinian. Indonesia terlalu luas untuk diurus oleh figur politik yang sudah sepuh," ujar Hidayat.
Baca Juga
Hidayat menambahkan walaupun faktor usia capres dan cawapres mempunyai nilai strategis dalam menarik perhatian pemilih muda namun partai juga perlu memperhatikan kompetensi calon yang dijagokan. Namun, kata dia, berusia muda saja tidak cukup.
Dia melanjutkan, lebih penting dan mendasar lagi, calon presiden ke depan memiliki komitmen dan visi besar terhadap masalah lingkungan hidup, hak asasi manusia (HAM), pemerataan pertumbungan ekonomi dan pembangunan.
"Tidak sederhana soal tua dan muda, untuk calon presiden mendatang. Yang muda perlu, tapi juga ada variable lain yang juga diperlukan,” kata doktor ilmu politik dan pembangunan tersebut.
Menurut Hidayat, partai politik yang memiliki kader muda dan potensial harus berani "menjual" kadernya untuk tampil di kontestan Pilpres 2024 mendatang. “Partai politik harus bisa menjadi contoh bagi kelompok civil society dalam mendorong kader-kader muda yang visioner dan memiliki track record yang baik dan bersih,” tuturnya.
(dam)
tulis komentar anda