Pendidikan Kebencanaan Mendesak Diperkuat
Jum'at, 22 Januari 2021 - 05:57 WIB
Setahun sudah permendikbud tersebut dilahirkan, tetapi tak terlihat upaya nyata di lapangan. Padahal, menurut pakar mitigasi bencana Eko Teguh Paripurno, pendidikan kebencanaan ini menjadi bagian dari pembangunan yang berkelanjutan. Masyarakat perlu diajarkan pengelolaan risiko bencana secara komprehensif. Dia menyebut setiap upaya pembangunan selalu memiliki risiko.
Contohnya, membangun rumah itu akan mempengaruhi kondisi bangunan terdekat. Bangunan terdekat akan kekurangan sinar matahari. Atau ketika memasang air conditioner (AC), tetangga akan terkena uap panasnya. Dosen Universitas Pembangunan Nasional menerangkan pendidikan pengelolaan risiko bencana itu bisa masuk ke mata pelajaran yang ada, seperti matematika, olahraga, dan agama.
Materi kebencanaan juga bisa dibuat dalam mata pelajaran khusus. “Kenapa penting? Prinsip dasarnya sebuah proses pembangunan pasti berisiko sehingga perlu memilih dan memilah dari awal. Kampanye saya, selalu dimulai sejak di perencanaan. Harus ada upaya-upaya untuk mencegah dan mengurangi risiko,” ujarnya.
Eko Teguh memaparkan jika masih ada risiko, langkah selanjutnya adalah mitigasi dan kesiapsiagaan. Pendidikan kebencanaan di perguruan tinggi juga harus dimulai sejak masuk hingga keluar dari kampus. Pada tahap awal, pendidikan kebencanaan dimulai dengan kuliah-kuliah umum dan mata kuliah pengantar.
Pada semester satu itu harus ada mata kuliah kebencanaan. Pada semester 2, 3, dan 4, materi kebencanaan disisipkan dalam mata kuliah, enggak ada mata kuliah khusus. “Berikutnya nyisip ke biologi, lingkungan, dan vulkanologi. Lalu memberikan ruang diskusi mahasiswa di unit-unit kegiatan mahasiswa,” terangnya.
Contohnya, membangun rumah itu akan mempengaruhi kondisi bangunan terdekat. Bangunan terdekat akan kekurangan sinar matahari. Atau ketika memasang air conditioner (AC), tetangga akan terkena uap panasnya. Dosen Universitas Pembangunan Nasional menerangkan pendidikan pengelolaan risiko bencana itu bisa masuk ke mata pelajaran yang ada, seperti matematika, olahraga, dan agama.
Materi kebencanaan juga bisa dibuat dalam mata pelajaran khusus. “Kenapa penting? Prinsip dasarnya sebuah proses pembangunan pasti berisiko sehingga perlu memilih dan memilah dari awal. Kampanye saya, selalu dimulai sejak di perencanaan. Harus ada upaya-upaya untuk mencegah dan mengurangi risiko,” ujarnya.
Eko Teguh memaparkan jika masih ada risiko, langkah selanjutnya adalah mitigasi dan kesiapsiagaan. Pendidikan kebencanaan di perguruan tinggi juga harus dimulai sejak masuk hingga keluar dari kampus. Pada tahap awal, pendidikan kebencanaan dimulai dengan kuliah-kuliah umum dan mata kuliah pengantar.
Pada semester satu itu harus ada mata kuliah kebencanaan. Pada semester 2, 3, dan 4, materi kebencanaan disisipkan dalam mata kuliah, enggak ada mata kuliah khusus. “Berikutnya nyisip ke biologi, lingkungan, dan vulkanologi. Lalu memberikan ruang diskusi mahasiswa di unit-unit kegiatan mahasiswa,” terangnya.
(ynt)
tulis komentar anda