Masa Depan Cerah Kendaraan Listrik

Jum'at, 18 Desember 2020 - 06:00 WIB
"Jangan sampai mobil motor listrik ini dikembangkan tapi tidak siap infrastrukturnya. September tahun lalu saya ke Amerika, di sana di setiap jalan tol baru ada satu stasiun untuk nge-charge. Amerika saja istilahnya belum massif. Kita jangan sampai seperti itu, promosi tapi belum siap seluruhnya," kata Ridwan, Kamis (17/12/2020).

Pengamat otomotif Johnny Darmawan mengapresiasi langkah pemerintah mendorong KBLBB demi menghilangkan emisi karbon. Namun dia melihat pemerintah masih harus bekerja keras mewujudkan mimpi tersebut. "Itu perlu stepping, namanya elektrifikasi. Elektrifikasi itu namanya hybrid, fuel cell, hydrogen, dan sebenarnya banyak. Buntutnya semua pakai baterai. Masalahnya, sampai saat ini, kita yakin punya bahan-bahan untuk bikin baterai di Konawe dan Morowali. Akan tetapi, enggak semudah itu. Perlu teknologi," ujarnya.

Dia menerangkan kendaraan listrik dengan konvensional itu memiliki komponen yang berbeda. Kendaraan biasa memiliki 4.000-5.000 komponen. Sedangkan, kendaraan listrik diperkirakan komponennya berjumlah 200-an. Untuk sampai ke sana, menurutnya, masih membutuhkan langkah demi langkah.

"Mau digimanakan itu pabrik-pabrik mobil konvensional? Tapi tujuan akhirnya sama-sama harus ke ramah lingkungan. Itu elektrifikasi. Saya pernah baca McKenzie yang menyatakan baru di tahun 2050 terjadi namanya elektrifikasi, termasuk electric vehicle," tuturnya.

Pengembangan dan produksi kendaraan bermotor listrik juga masih terkendali dengan teknologi batera. Menurut mantan Presdir Toyota itu teknologi baterai itu belum sempurna. Kendaraan listrik, katanya, sangat sensitif terhadap temperatur panas, jalanan, dan kemacetan. Misalnya, secara teori bisa menempuh 360 kilometer, tapi dalam perjalanan ada tanjakan dan panas itu bisa berkurang.

Kian Populer di Dunia

Popularitas mobil listrik naik begitu cepat menyusul adanya insentif dari pemerintah, meningkatnya daya jelajah, harga baterai yang menurun, dan kesadaran akan lingkungan. Namun, sejauh ini, mobil listrik masih kalah jauh dari mobil konvensional. Sampai akhir 2018, keberadaannya sekitar 1 berbanding 250.

Penjualan mobil listrik secara global mencapai dua juta unit pada 2018, naik sekitar 63% dibanding setahun sebelumnya. Pangsa pasarnya dalam penjualan mobil baru sekitar 2,1%. Saat ini, ada dua jenis mobil listrik, yakni mobil bertenaga baterai (BEV) dan hybrid, kombinasi baterai dan kombustor internal (PHEV).

Pasar mobil listrik berangsur-angsur mulai mengalami pergeseran dari PHEV menuju BEV. Rasio global antara PHEV dan BEV berubah dari 44:56 pada 2012 menjadi 40:60 pada 2015 dan 31:69 pada 2018. Sejauh ini, China menjadi negara dengan penggunaan mobil listrik terbesar di dunia, yakni mencapai dua juta.

Di belakang China ada AS dengan satu juta unit, pasar terbesar berada di California yang mencapai separuh dari total penjualan nasional. Sisa lebih dari 500.000 unit terdaftar di Eropa yang dipimpin Norwegia dengan 296.000 unit. Sebanyak 10% mobil yang berlalulalang di jalan Norwegia bertenaga listrik.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More