Cara Memanfaatkan Peluang di Tengah Krisis Pandemi
Sabtu, 17 Oktober 2020 - 12:40 WIB
Menurut Eva, budidaya edible flower tidak membutuhkan banyak ruang, sehingga banyak diminati hobbies. Bahkan bisa ikut membantu program pemerintah dalam pengembangan urban farming.
"Saya optimistis dengan usaha ini, karena semakin banyak kalangan yang menaruh minat terhadap edible flowers," kata Eva yang kini memiliki 8 orang pekerja.
Eva menyarankan, berdasarkan pengalaman selama ini, waktu terbaik untuk memetik bunga-bunga segar yang dapat dimakan itu adalah di pagi hari. Biasanya pekerja di 'Eve Edible Flowers' memanen bunga mulai pukul 05.30 sampai 07.00 Wib.
Bunga yang telah dipetik, segera disortasi, dikemas dan langsung diberangkatkan pagi itu juga ke suplier-suplier yang akan memasok bunga itu dalam keadaan segar ke hotel atau restoran. "Bunga-bunga tersebut dapat dimakan utuh seluruh bagiannya, tapi ada juga yang sebaiknya hanya bagian kelopaknya saja," katanya.
Namun demikian, Eva mengakui, masih mengandalkan benih impor yang memang khusus untuk edible flower. Jenis bunga yang dibudidayakan antara lain pansy (Viola x wittrockiana), viola (viola odorata), dianthus (Dianthus caryophyllus), cosmos (Cosmos sulphureus), marygold (Calendula officinalis), geranium (Pelargonium cucullatum), elderflowers (Sambucus canadensis), torenia (Torenia fournieri) dan lain-lain.
Eva mengungkapkan, beberapa tahun terakhir, hotel, restoran dan catering ternama di Indonesia sudah menambah edible flower atau microgreen (sayuran muda) dalam hidangan mereka. Edible flower dan microgreen adalah bagian dari komponen hidangan.
Setiap edible flower dan microgreen memiliki warna dan rasa yang berbeda dan unik. Kehadirannya akan membuat sajian menjadi lebih menarik dan terlihat beda dari yang lain.
Karena pasar terbesar edible flower adalah dari Horeka (hotel, restauran dan catering), maka penjualannya juga terkena dampak langsung dari wabah Covid-19. Saat ini Eva berharap dapat memanfaatkan sebaik mungkin bunga-bunga tersebut untuk diolah menjadi makanan yang cukup memiliki daya jual dan mudah dibuat seperti edible flowers cookies.
Hal ini semata-mata supaya bisa tetap membayar gaji semua pekerjanya, karena Eva masih berharap untuk bisa terus mempekerjakan mereka semua. "Saya berharap semoga musibah Covid-19 ini cepat berlalu, sehingga perekonomian bisa kembali pulih. Tidak bisa dipungkiri banyak sekali sektor ekonomi yang terkena imbasnya, terutama mereka yang bermain di kebutuhan sekunder seperti ini," tuturnya.
"Saya optimistis dengan usaha ini, karena semakin banyak kalangan yang menaruh minat terhadap edible flowers," kata Eva yang kini memiliki 8 orang pekerja.
Eva menyarankan, berdasarkan pengalaman selama ini, waktu terbaik untuk memetik bunga-bunga segar yang dapat dimakan itu adalah di pagi hari. Biasanya pekerja di 'Eve Edible Flowers' memanen bunga mulai pukul 05.30 sampai 07.00 Wib.
Bunga yang telah dipetik, segera disortasi, dikemas dan langsung diberangkatkan pagi itu juga ke suplier-suplier yang akan memasok bunga itu dalam keadaan segar ke hotel atau restoran. "Bunga-bunga tersebut dapat dimakan utuh seluruh bagiannya, tapi ada juga yang sebaiknya hanya bagian kelopaknya saja," katanya.
Namun demikian, Eva mengakui, masih mengandalkan benih impor yang memang khusus untuk edible flower. Jenis bunga yang dibudidayakan antara lain pansy (Viola x wittrockiana), viola (viola odorata), dianthus (Dianthus caryophyllus), cosmos (Cosmos sulphureus), marygold (Calendula officinalis), geranium (Pelargonium cucullatum), elderflowers (Sambucus canadensis), torenia (Torenia fournieri) dan lain-lain.
Eva mengungkapkan, beberapa tahun terakhir, hotel, restoran dan catering ternama di Indonesia sudah menambah edible flower atau microgreen (sayuran muda) dalam hidangan mereka. Edible flower dan microgreen adalah bagian dari komponen hidangan.
Setiap edible flower dan microgreen memiliki warna dan rasa yang berbeda dan unik. Kehadirannya akan membuat sajian menjadi lebih menarik dan terlihat beda dari yang lain.
Karena pasar terbesar edible flower adalah dari Horeka (hotel, restauran dan catering), maka penjualannya juga terkena dampak langsung dari wabah Covid-19. Saat ini Eva berharap dapat memanfaatkan sebaik mungkin bunga-bunga tersebut untuk diolah menjadi makanan yang cukup memiliki daya jual dan mudah dibuat seperti edible flowers cookies.
Hal ini semata-mata supaya bisa tetap membayar gaji semua pekerjanya, karena Eva masih berharap untuk bisa terus mempekerjakan mereka semua. "Saya berharap semoga musibah Covid-19 ini cepat berlalu, sehingga perekonomian bisa kembali pulih. Tidak bisa dipungkiri banyak sekali sektor ekonomi yang terkena imbasnya, terutama mereka yang bermain di kebutuhan sekunder seperti ini," tuturnya.
(maf)
tulis komentar anda