Serangan 9/11 yang Menggoncang Dunia (6)

Senin, 21 September 2020 - 10:29 WIB
Ketegangan antarkelompok Muslim itu sempat terasa di kemudian hari. Bahkan saya sendiri ikut merasakan di tataran lokal kota New York. Betapa dalam pertemuan-pertemuan imam kerap ada jarak (gap) antara Muslim Arab, khususnya dan Afro Amerika.

Di New York misalnya, Majelis Shura Imam yang saat itu dipimpin oleh Imam Al-Amin, seorang Imam Afro dari Long Island berseberangan tajam dengan Imam Mohammaed Gami’a, Imam Islamic Cultural Center atau 96th Street Mosque asal Mesir. Keadaan ini menjadikan sebagian Imam asal Timur Tengah mendirikan “Imams Council” di kemudian hari.

Saya sendiri sesungguhnya saat itu agak berat mengambil sikap. Selain karena memang baru, belum punya suara yang didengarkan, juga hanya dikenal sebagai Imam masjid Indonesia yang memang kurang dikenal. Walaupun kenyataannya saya banyak dilibatkan oleh Pemerintah Kota New York dalam berbagai acara-acara besar pasca 9/11 di kota ini.

Keadaan seperti itu berlanjut hingga sekitar akhir 2002. Pada September tahun itu saya untuk kedua kalinya terpilih sebagai Chairman Muslim Day Parade atau Ketua Parade Muslim Internasional di kota New York. Salah satu hal yang saya lakukan saat itu sebagai ketua adalah membentuk Advisory Council (Majlis Penasehat) yang melibatkan semua tokoh-tokoh utama Imam di kota New York.

Alhamdulillah, ternyata usaha itu cukup berdampak kepada upaya rekonsiliasi antar kelompok Komunitas Muslim, minimal pada tingkatan kota New York. Di Majlis Penasehat itu duduk Imam Siraj (Afro), Imam Al-Amin (Afro dan Salafi oriented), Imam Mohamed Gam’a (Imam Islamic Center, seorang profesor dari Al-Azhar), Imam Bayram Mulich (Bosnia/Eropa), dan beberapa Imam/tokoh dari Asia Selatan.

Dari pertemuan ke pertemuan yang saya pimpin ketika itu, ketegangan dapat kita kurangi. Bahkan Imam Siraj Wahhaj yang pernah tidak mau datang ke Islamic Cultural Center New York karena dianggap masjid Arab, mulai hadir pada pertemuan-pertemuan yang kita adakan di masjid tersebut.

Singkatnya, ketegangan dan friksi yang terjadi akibat pilpres tahun 2000 itu mulai redah. Walaupun MANA tetap eksis namun keberadaannya tidak lagi di pandang sebagai resistensi kepada organisasi Islam lainnya yang memang dianggap di dominasi oleh imigran Muslim.

Bush di Islamic Center

Kembali ke kunjungan Presiden Bush di Islamic Center DC. Pastinya kunjungan itu menjadi sorotan yang luar biasa di media dan publik. Bisa dibatangkan Islam yang saat itu banyak dicurigai sebagai inspirasi teror, dan Muslim dianggap musuh Amerika, kini pusatnya (Islamic Center) dikunjungi oleh Presiden negara ini.

Bagaimana keadaan di saat kunjungan itu dan apa saja yang disampaikan Presiden Bush? (Bersambung....)!
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More