Meredam Kerentanan Ekonomi di Masa Pembatasan Sosial
Rabu, 16 September 2020 - 10:55 WIB
Di sisi lain, Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro, mengatakan angka kemiskinan akan terus naik hingga September 2020, di mana pada Maret 2020 angka kemiskinan telah meningkat menjadi 26,42 persen akibat dampak pandemi Covid-19. Sementara itu, indikator lain juga mencatatkan penurunan.
Indeks kedalaman kemiskinan yang menggambarkan jarak rata-rata pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan mengalami kenaikan dari 1,5 menjadi 1,61 poin. Indeks keparahan kemiskinan yang mengukur ketimpangan pengeluaran antara penduduk miskin juga meningkat. Dari 0,36 poin menjadi 0,38 poin.
PSBB jilid dua juga menimbulkan kekhawatiran bagi pelaku usaha kecil, salah satunya Tati Royati. Pengusaha roti skala rumahan itu mengaku, pekan ini ia dan komunitas usaha mikronya merencanakan pembukaan ruang pemasaran produk. Selama PSBB kali ini, tempat tersebut harus ditutup dan Tati harus memasarkan produknya dari rumah lagi. Sehingga, Tati memanfaatkan masa PSBB ini untuk mempromosikan usahanya secara daring.
“Alhamdulillah, saya langsung ada undangan untuk melatih pembuatan roti Kamis nanti melalui aplikasi. Semoga, perlahan tapi pasti produk saya tetap bisa diketahui masyarakat melalui proses ini,” cerita Tati.
Sejak awal pandemi Covid-19 lalu, ACT terus bergerak melakukan berbagai aksi kemanusiaan hingga bantuan modal usaha untuk pelaku usaha ultra mikro. Hal ini terus dilakukan meskipun PSBB jilid dua kembali diberlakukan karena Institute for Development of Economics and Finance (Indef) memproyeksi angka kemiskinan bakal kembali mengalami peningkatan pada periode September 2020.
Peningkatan angka kemiskinan akan sama seperti peningkatan jumlah penduduk miskin yang terjadi pada periode September 2019 hingga Maret 2020 lalu, yakni jumlah penduduk miskin naik 1,63 juta jiwa atau 0,56 persen selama pandemi. Indef pun memperkirakan, dengan kenaikan jumlah penduduk miskin tersebut, angka kemiskinan Indonesia akan kembali double digit, yakni di kisaran 10,34 persen. Selanjutnya, di www.Indonesiadermawan.id.
Indeks kedalaman kemiskinan yang menggambarkan jarak rata-rata pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan mengalami kenaikan dari 1,5 menjadi 1,61 poin. Indeks keparahan kemiskinan yang mengukur ketimpangan pengeluaran antara penduduk miskin juga meningkat. Dari 0,36 poin menjadi 0,38 poin.
PSBB jilid dua juga menimbulkan kekhawatiran bagi pelaku usaha kecil, salah satunya Tati Royati. Pengusaha roti skala rumahan itu mengaku, pekan ini ia dan komunitas usaha mikronya merencanakan pembukaan ruang pemasaran produk. Selama PSBB kali ini, tempat tersebut harus ditutup dan Tati harus memasarkan produknya dari rumah lagi. Sehingga, Tati memanfaatkan masa PSBB ini untuk mempromosikan usahanya secara daring.
“Alhamdulillah, saya langsung ada undangan untuk melatih pembuatan roti Kamis nanti melalui aplikasi. Semoga, perlahan tapi pasti produk saya tetap bisa diketahui masyarakat melalui proses ini,” cerita Tati.
Sejak awal pandemi Covid-19 lalu, ACT terus bergerak melakukan berbagai aksi kemanusiaan hingga bantuan modal usaha untuk pelaku usaha ultra mikro. Hal ini terus dilakukan meskipun PSBB jilid dua kembali diberlakukan karena Institute for Development of Economics and Finance (Indef) memproyeksi angka kemiskinan bakal kembali mengalami peningkatan pada periode September 2020.
Peningkatan angka kemiskinan akan sama seperti peningkatan jumlah penduduk miskin yang terjadi pada periode September 2019 hingga Maret 2020 lalu, yakni jumlah penduduk miskin naik 1,63 juta jiwa atau 0,56 persen selama pandemi. Indef pun memperkirakan, dengan kenaikan jumlah penduduk miskin tersebut, angka kemiskinan Indonesia akan kembali double digit, yakni di kisaran 10,34 persen. Selanjutnya, di www.Indonesiadermawan.id.
(ars)
tulis komentar anda