TNI AL Siapkan Taktik Gerilya?
Senin, 14 Agustus 2023 - 05:14 WIB
Pembelian 120 FMB dari Lundin merupakan bagian dari keseluruhan alutsista matra laut yang sudah disiapkan Kemhan untuk merespons segala kemungkinan ancaman wilayah NKRI ke depan. Tentu saja, alutsista yang menjadi andalan adalah yang memiliki kemampuan strategis seperti fregat dengan SAM dan SSM yang memiliki daya jangka 120 km dan 180 km, kapal selam, dan pertahanan pantai rudal brahmos. Alutsista inilah yang memiliki kemampuan ofensif untuk menghancurkan kekuatan lawan dan memenangkan pertarungan di laut.
Namun untuk alutsista lain, seperti kapal selam taktis, kapal selam autonomos, KCR, green juku, orange juku, yellow juku serta FMB sangat relevan untuk mendukung taktik gerilya di wilayah laut. Kapal selam berukuran mini dan kapal perang yang kecil dan mampu bergerak cepat yang dibekali rudal maupun torpedo sangat tepat untuk mendukung taktik hit and run untuk menghadapi kekuatan musuh yang lebih besar, seperti dilengkapi fregat, kapal selam, bahkan hingga kapal induk.
Alutsista kecil dan lincah akan dengan mudah muncul dan menghilang di pangkalan, dalam ini di gugusan pulau-pulau atau karang yang tersebar di wilayah laut Indonesia. Begitu pun kapal selam mini akan mudah muncul dan menghilang di semua medan dasar laut, termasuk laut dangkal. Bila dalam persektif matra darat dukungan rakyat memunculkan konsep kemanunggalan TNI-rakyat, maka dalam gerilya laut kemanunggulan yang terjadi adalah kemanunggalan TNI AL dengan kondisi alam dan laut.
baca juga: Membangun Otot TNI AL
Dengan kapasitas tersebut dan dukungan kondisi geografis lautan Indonesia, taktik gerilya yang dilakukan TNI AL akan mampu menebar ancaman dan menghancurkan kekuatan musuh di banyak tempat, membuat musuh kewalahan, terkuras tenaganya, hingga terpukul psikologisnya karena tidak pernah merasa aman.
Keberadaan green juku, orange juku dan yellow juku akan sangat membantu kapal utama untuk mendukung serangan karena jenis alutsista tersebut berperan menjadi mata telinga untuk mengawasi keberadaan kapal musuh, baik di permukaan maupun di bawah laut. Tentu itu tidak cukup untuk melakukan pengawasan lebih luas. Karena itulah TNI juga memiliki maritime partrol aircraft (MPA) dan merencanakan akusisi pesawat intai strategis untuk mendukung pengawasan dari udara.
Dari berbagai jenis alutsista yang bisa dimanfaatkan untuk mendukung taktik gerilya, keberadaan FMB sangat penting. Betapa tidak, kapal tersebut memiliki kapasitas yang sangat diandalkan: dibekali rudal Nasams dengan daya tembak mencapai 250 km, memiliki kecepatan 55 knot, mampu berlayar sejauh 500 selama 2 minggu secara senyap tanpa bisa terdeteksi radar.
baca juga: Arti dan Sejarah Doktrin TNI AL Jalesveva Jayamahe
Kemampuannya tersebut bisa dimanfaatkan untuk melaksanakan perang asimetris menghadapi kekuatan lebih besar. Bayangkan, kapal sekelas fregat bisa disergap oleh FMB yang sangat lincah dan dibekali dua rudal buatan Norwegia yang disematkan di setiap kapal.
Posisi penting FMB mengingatkan langkah yang diambil Iran. Negeri mullah tersebut telah menimbun ribuan kapal jenis sama untuk menghadapi berbagai ancaman serbuan di wilayah laut yang mengelilingi negara mereka -di Teluk Persia, Laut Oman dan Selat Hormuz-, termasuk menghadapi kapal perang Amerika Serikat.Di antara kapal dimaksud adalah Seraj-1 yang diadaptasi dari kapal cepat British Bladerunner 51 made in Afrika Selatan. Seraj yang mampu melaju 55 hingga 72 knot itu dibekalisistem peluncur roket ganda dan senapan mesin anti-pesawat berat di haluan.
Namun untuk alutsista lain, seperti kapal selam taktis, kapal selam autonomos, KCR, green juku, orange juku, yellow juku serta FMB sangat relevan untuk mendukung taktik gerilya di wilayah laut. Kapal selam berukuran mini dan kapal perang yang kecil dan mampu bergerak cepat yang dibekali rudal maupun torpedo sangat tepat untuk mendukung taktik hit and run untuk menghadapi kekuatan musuh yang lebih besar, seperti dilengkapi fregat, kapal selam, bahkan hingga kapal induk.
Alutsista kecil dan lincah akan dengan mudah muncul dan menghilang di pangkalan, dalam ini di gugusan pulau-pulau atau karang yang tersebar di wilayah laut Indonesia. Begitu pun kapal selam mini akan mudah muncul dan menghilang di semua medan dasar laut, termasuk laut dangkal. Bila dalam persektif matra darat dukungan rakyat memunculkan konsep kemanunggalan TNI-rakyat, maka dalam gerilya laut kemanunggulan yang terjadi adalah kemanunggalan TNI AL dengan kondisi alam dan laut.
baca juga: Membangun Otot TNI AL
Dengan kapasitas tersebut dan dukungan kondisi geografis lautan Indonesia, taktik gerilya yang dilakukan TNI AL akan mampu menebar ancaman dan menghancurkan kekuatan musuh di banyak tempat, membuat musuh kewalahan, terkuras tenaganya, hingga terpukul psikologisnya karena tidak pernah merasa aman.
Keberadaan green juku, orange juku dan yellow juku akan sangat membantu kapal utama untuk mendukung serangan karena jenis alutsista tersebut berperan menjadi mata telinga untuk mengawasi keberadaan kapal musuh, baik di permukaan maupun di bawah laut. Tentu itu tidak cukup untuk melakukan pengawasan lebih luas. Karena itulah TNI juga memiliki maritime partrol aircraft (MPA) dan merencanakan akusisi pesawat intai strategis untuk mendukung pengawasan dari udara.
Dari berbagai jenis alutsista yang bisa dimanfaatkan untuk mendukung taktik gerilya, keberadaan FMB sangat penting. Betapa tidak, kapal tersebut memiliki kapasitas yang sangat diandalkan: dibekali rudal Nasams dengan daya tembak mencapai 250 km, memiliki kecepatan 55 knot, mampu berlayar sejauh 500 selama 2 minggu secara senyap tanpa bisa terdeteksi radar.
baca juga: Arti dan Sejarah Doktrin TNI AL Jalesveva Jayamahe
Kemampuannya tersebut bisa dimanfaatkan untuk melaksanakan perang asimetris menghadapi kekuatan lebih besar. Bayangkan, kapal sekelas fregat bisa disergap oleh FMB yang sangat lincah dan dibekali dua rudal buatan Norwegia yang disematkan di setiap kapal.
Posisi penting FMB mengingatkan langkah yang diambil Iran. Negeri mullah tersebut telah menimbun ribuan kapal jenis sama untuk menghadapi berbagai ancaman serbuan di wilayah laut yang mengelilingi negara mereka -di Teluk Persia, Laut Oman dan Selat Hormuz-, termasuk menghadapi kapal perang Amerika Serikat.Di antara kapal dimaksud adalah Seraj-1 yang diadaptasi dari kapal cepat British Bladerunner 51 made in Afrika Selatan. Seraj yang mampu melaju 55 hingga 72 knot itu dibekalisistem peluncur roket ganda dan senapan mesin anti-pesawat berat di haluan.
Lihat Juga :
tulis komentar anda