TNI AL Siapkan Taktik Gerilya?
Senin, 14 Agustus 2023 - 05:14 WIB
baca juga: Dua Kapal Cepat Rudal KRI Kapak dan Panah Perkuat Armada TNI AL
CEO PT PAL Kaharuddin Djenod meyakinkan FMB sangat cocok untuk Indonesia. Digambarkan bahwa Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki banyak wilayah perairan. Karena itu untuk menjaganya bukan hanya dibutuhkan kapal-kapal besar, tapi juga kapal kecil berkecepatan tinggi, mampu mengakses wilayah perairan dangkal, dan memiliki kemampuan tembak besar. Admin chanel youtube menyebutnya kapal jenis ini tepat untuk gerilya laut.
Bila pembelian dilakukan dengan jumlah yang sangat besar, pembelian FMB tentu memantik pertanyaan apakah benar TNI AL menyiapkan taktik gerilya untuk menghadapi peperangan di laut? Bila konsep gerilya selama ini dipahami untuk medan darat, apakah mungkin diimplementasikan di medan laut? Dalam konteks Indonesia, apakah gerilya tersebut tepat digunakan untuk memenangkan pertempuran?
Pemikiran Nasution dan Proyeksi Kekuatan Laut
Konsep dan implementasi taktik gerilya dan antigerilya sudah menyatu dalam filosopi TNI dan sistem pertahanan Indonesia secara luas. Adalah Jenderal AH Nasution yang membuat panduan taktik tersebut melalui buku Pokok-Pokok Gerilya atau "Fundamental of Guerilla Warfare”. Pemikirannya dipelajari dan menjadi panduan pendidikan militer di seluruh dunia, dan secara sempurna dimanifestasikan dalam perang Vietnam yang berhasil melumpuhkan kekuatan adidaya Amerika Serikat (AS).
baca juga: Mengenal KRI Bung Karno-369, Kapal Perang Baru yang Diresmikan TNI AL
Secara garis besar, gerilya muncul dari pemahaman bahwa perang bukan semata tugas angkatan bersenjata, tapi juga rakyat semesta dengan berbagai sektor kehidupan yang melingkupinya. Perang gerilya mutlak dilakukan untuk menghadapi musuh yang jauh lebih kuat, terorganisir dan modern atau si lemah versus si kuat.
Taktik gerilya diarahkan untuk mengikat musuh sebanyak-banyaknya; membuat lelah, memeras darah, keringat dan urat saraf sebanyak mungkin. Tujuan ini dilakukan dengan taktik muncul dan menghilang atau hit and run, sehingga musuh tidak mudah menemukan posisi, tapi sebaliknya merasakan serangan dari banyak tempat. Gerilya juga meyakini musuh yang besar harus dihindari, atau diganggu dari banyak posisi, sedangkan musuh yang kecil harus dikepung dan dihancurkan serta alat-alatnya dirampas.
Agar dapat secara cepat muncul, menghilang, sulit ditemukan dan seolah berada di banyak tempat, taktik gerilya membutuhkan pangkalan yang dekat kedudukan musuh. Pangkalan ideal adalah sulit didatangi musuh, bisa menjadi tempat persembunyian dan bisa untuk menyingkir secara aman aman dari serbuan besar-besaran. Tentu saja pangkalan tersebut harus dipahami secara baik dan ditempati oleh rakyat yang bersemangat mendukung perjuangan yang kemudian memunculkan istilah kemanunggalan TNI-Rakyat dan menjadi pokok gerilya.
baca juga: TNI AL Bakal Kedatangan Kapal Perang Penyapu Ranjau dari Jerman Akhir Tahun Ini
CEO PT PAL Kaharuddin Djenod meyakinkan FMB sangat cocok untuk Indonesia. Digambarkan bahwa Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki banyak wilayah perairan. Karena itu untuk menjaganya bukan hanya dibutuhkan kapal-kapal besar, tapi juga kapal kecil berkecepatan tinggi, mampu mengakses wilayah perairan dangkal, dan memiliki kemampuan tembak besar. Admin chanel youtube menyebutnya kapal jenis ini tepat untuk gerilya laut.
Bila pembelian dilakukan dengan jumlah yang sangat besar, pembelian FMB tentu memantik pertanyaan apakah benar TNI AL menyiapkan taktik gerilya untuk menghadapi peperangan di laut? Bila konsep gerilya selama ini dipahami untuk medan darat, apakah mungkin diimplementasikan di medan laut? Dalam konteks Indonesia, apakah gerilya tersebut tepat digunakan untuk memenangkan pertempuran?
Pemikiran Nasution dan Proyeksi Kekuatan Laut
Konsep dan implementasi taktik gerilya dan antigerilya sudah menyatu dalam filosopi TNI dan sistem pertahanan Indonesia secara luas. Adalah Jenderal AH Nasution yang membuat panduan taktik tersebut melalui buku Pokok-Pokok Gerilya atau "Fundamental of Guerilla Warfare”. Pemikirannya dipelajari dan menjadi panduan pendidikan militer di seluruh dunia, dan secara sempurna dimanifestasikan dalam perang Vietnam yang berhasil melumpuhkan kekuatan adidaya Amerika Serikat (AS).
baca juga: Mengenal KRI Bung Karno-369, Kapal Perang Baru yang Diresmikan TNI AL
Secara garis besar, gerilya muncul dari pemahaman bahwa perang bukan semata tugas angkatan bersenjata, tapi juga rakyat semesta dengan berbagai sektor kehidupan yang melingkupinya. Perang gerilya mutlak dilakukan untuk menghadapi musuh yang jauh lebih kuat, terorganisir dan modern atau si lemah versus si kuat.
Taktik gerilya diarahkan untuk mengikat musuh sebanyak-banyaknya; membuat lelah, memeras darah, keringat dan urat saraf sebanyak mungkin. Tujuan ini dilakukan dengan taktik muncul dan menghilang atau hit and run, sehingga musuh tidak mudah menemukan posisi, tapi sebaliknya merasakan serangan dari banyak tempat. Gerilya juga meyakini musuh yang besar harus dihindari, atau diganggu dari banyak posisi, sedangkan musuh yang kecil harus dikepung dan dihancurkan serta alat-alatnya dirampas.
Agar dapat secara cepat muncul, menghilang, sulit ditemukan dan seolah berada di banyak tempat, taktik gerilya membutuhkan pangkalan yang dekat kedudukan musuh. Pangkalan ideal adalah sulit didatangi musuh, bisa menjadi tempat persembunyian dan bisa untuk menyingkir secara aman aman dari serbuan besar-besaran. Tentu saja pangkalan tersebut harus dipahami secara baik dan ditempati oleh rakyat yang bersemangat mendukung perjuangan yang kemudian memunculkan istilah kemanunggalan TNI-Rakyat dan menjadi pokok gerilya.
baca juga: TNI AL Bakal Kedatangan Kapal Perang Penyapu Ranjau dari Jerman Akhir Tahun Ini
Lihat Juga :
tulis komentar anda