TNI AL Siapkan Taktik Gerilya?
Senin, 14 Agustus 2023 - 05:14 WIB
Dari pihak TNI AL sudah menyiapkan kekuatan alutsista untuk menghadapi ancaman perang ke depan. Kekuatan dimaksud merupakan bagian dari konsep Perisai Trisula Nusantara seperti disampaikan Menhan Prabowo Subianto dalam ‘’Dialog Kebangsaan Merajut Persatuan dan Kesatuan Bangsa dalam Kebhinekaan’’ saat memberi sambutan di Sespim Lemdiklat Polri pada 16 Juni lalu.
Perisai Samudra Nusantara yang merupakan bagian Perisai Trisula Nusantara untuk matra laut rencananya akan dilengkapi alutsista berupa 12 fregat Merah Putih yang dibekali surface to air missile (SAM) dengan daya jangkau hingga 120 km, surface to surface missile (SSM) 180 km, kapal cepat rudal atau KCR (14 unit). Selain itu TNI juga akan dibekali kapal selam serbu indonesia atau KSSI (2 unit) yang dilengkapi sub misil 12 km dan torpedo 17 km, kapal selam taktis Indonesia atau KSTI (7 unit), kapal selam autonomos (20 unit) dengan torpedo, submarine rescue vehicle (2 unit).
Ada pula pagar nusantara green juku wahana bawah air yang akan mengawasi kapal selam, orange juku berbentuk buoy pintar untuk memantau kapal selam dan permukaan, yellow juku kapal yang merupakan selam otonom dengan kercerdasan buatan. Yang menarik, Perisai Samudra Nusantara juga akan dilengkapi pertahanan pantai rudal brahmos yang bisa menjangkau target pada jarak 300 km (8 unit baterai).
baca juga: Prabowo Ingin Jumlah Kapal Perang TNI AL yang Dimodernisasi Bertambah
Strategi,taktik dan alutsista seperti apa yang perlu dimiliki TNI, khususnya TNI AL, sudah barang tentu menyesuaikan dengan tantangan dan kondisi geografis. Dari sisi tantangan, kawasan laut di sekitar Indonesia sudah masuk zona kuning karena munculnya dinamika di kawasan Indo Pasifik akibat agresifitas klaim China atas wilayah tersebut, yang diikuti pergeseraan kekuatan AS dan sekutunya di kawasan tersebut –termasuk terbentuknya aliansi AS, Inggris dan Australia dalam Aukus.
Adapun secara geografis, Indonesia berada di antara Benua Asia dan Australia, terletak di persimpangan lalu lintas laut dunia; serta diapit Samudra Hindia, Laut China Selatan dan Samudra Pasifik. Sebagai negara kepulauan, per 2021 Indonesia tercatat memiliki sekitar 17.000 pulau, menguasai perairan laut seluas 6.400.000 km2 -sebagian di antaranya laut dangkal. Selain itu, negeri ini memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada, yakni sepanjang 81.290 km.
Bila memahami kondisi geografis Indonesia yang dibatasi lautan luas yang membentengi pulau-pulau utama Indonesia, maka keberadaan kekuatan laut akan sangat mempengaruhi pertahanan Indonesia secara keseluruhan. Strategi pertempuran tepat - termasuk taktik gerilya- dan dukungan alutsista gahar yang mampu menghentikan serbuan musuh lewat wilayah laut, sama halnya mereduksi serangan yang menusuk langsung ke jantung pertahanan Indonesia di daratan seperti ibu kota negara dan tempat-tempat strategis lain.
Bagaimana Taktik Gerilya Dilakukan?
Tentu kita tidak bisa membayangkan taktik gerilya dilakukan seperti era perang kemerdekaan dimana alutsista TNI sangat minimalis, dengan mayoritas senjata yang dibawa prajurit dan laskar kala itu berupa bambu runcing. Implementasi gerilya di medan laut tentu sangat berbeda dengan daratan. Karena itu, definisi tentang variabel yang dibutuhkan untuk mendukung taktik gerilya berbeda satu sama lain.
baca juga: Panglima TNI Perintahkan Para Kepala Staf Modernisasi Alutsista sesuai Anggaran
Perisai Samudra Nusantara yang merupakan bagian Perisai Trisula Nusantara untuk matra laut rencananya akan dilengkapi alutsista berupa 12 fregat Merah Putih yang dibekali surface to air missile (SAM) dengan daya jangkau hingga 120 km, surface to surface missile (SSM) 180 km, kapal cepat rudal atau KCR (14 unit). Selain itu TNI juga akan dibekali kapal selam serbu indonesia atau KSSI (2 unit) yang dilengkapi sub misil 12 km dan torpedo 17 km, kapal selam taktis Indonesia atau KSTI (7 unit), kapal selam autonomos (20 unit) dengan torpedo, submarine rescue vehicle (2 unit).
Ada pula pagar nusantara green juku wahana bawah air yang akan mengawasi kapal selam, orange juku berbentuk buoy pintar untuk memantau kapal selam dan permukaan, yellow juku kapal yang merupakan selam otonom dengan kercerdasan buatan. Yang menarik, Perisai Samudra Nusantara juga akan dilengkapi pertahanan pantai rudal brahmos yang bisa menjangkau target pada jarak 300 km (8 unit baterai).
baca juga: Prabowo Ingin Jumlah Kapal Perang TNI AL yang Dimodernisasi Bertambah
Strategi,taktik dan alutsista seperti apa yang perlu dimiliki TNI, khususnya TNI AL, sudah barang tentu menyesuaikan dengan tantangan dan kondisi geografis. Dari sisi tantangan, kawasan laut di sekitar Indonesia sudah masuk zona kuning karena munculnya dinamika di kawasan Indo Pasifik akibat agresifitas klaim China atas wilayah tersebut, yang diikuti pergeseraan kekuatan AS dan sekutunya di kawasan tersebut –termasuk terbentuknya aliansi AS, Inggris dan Australia dalam Aukus.
Adapun secara geografis, Indonesia berada di antara Benua Asia dan Australia, terletak di persimpangan lalu lintas laut dunia; serta diapit Samudra Hindia, Laut China Selatan dan Samudra Pasifik. Sebagai negara kepulauan, per 2021 Indonesia tercatat memiliki sekitar 17.000 pulau, menguasai perairan laut seluas 6.400.000 km2 -sebagian di antaranya laut dangkal. Selain itu, negeri ini memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada, yakni sepanjang 81.290 km.
Bila memahami kondisi geografis Indonesia yang dibatasi lautan luas yang membentengi pulau-pulau utama Indonesia, maka keberadaan kekuatan laut akan sangat mempengaruhi pertahanan Indonesia secara keseluruhan. Strategi pertempuran tepat - termasuk taktik gerilya- dan dukungan alutsista gahar yang mampu menghentikan serbuan musuh lewat wilayah laut, sama halnya mereduksi serangan yang menusuk langsung ke jantung pertahanan Indonesia di daratan seperti ibu kota negara dan tempat-tempat strategis lain.
Bagaimana Taktik Gerilya Dilakukan?
Tentu kita tidak bisa membayangkan taktik gerilya dilakukan seperti era perang kemerdekaan dimana alutsista TNI sangat minimalis, dengan mayoritas senjata yang dibawa prajurit dan laskar kala itu berupa bambu runcing. Implementasi gerilya di medan laut tentu sangat berbeda dengan daratan. Karena itu, definisi tentang variabel yang dibutuhkan untuk mendukung taktik gerilya berbeda satu sama lain.
baca juga: Panglima TNI Perintahkan Para Kepala Staf Modernisasi Alutsista sesuai Anggaran
Lihat Juga :
tulis komentar anda