Budaya Baca di Tengah Gempuran Media Sosial
Rabu, 17 Mei 2023 - 22:04 WIB
Arief Rosyid Hasan
Ketum PB HMI 2013-2015
Founder Menteng Podcast
HARI Buku Nasional tidak sekedar sebagai pengingat betapa pentingnya buku dalam kehidupan, juga sebagai penanda bahwa kita harus mengabadikannya dalam sebuah gerakan mendaras buku bersama generasi muda di Menteng. Ini juga sekaligus menjawab sebuah pertanyaan di tengah zaman yang serba digital hari ini, yaitu apakah kehadiran buku masih relevan di saat perkembangan tekhnologi telah mampu mendigitalisasi teks-teks?
Kehadiran buku memberikan pengaruh yang besar dalam tradisi perkembangan ilmu pengetahuan. Munculnya perpustakaan besar di beberapa zaman menandai warisan ilmu pengetahuan dari masa ke masa. Bahkan, dalam buku Fernando Baez berjudul “Penghancuran Buku Dari masa Ke Masa” (2015) mengungkap sejarah kelam bagaimana buku dibakar dan ilmu pengetahuan dihancurkan.
Bagi Baez, orang-orang yang menghancurkan buku tidak lain bertujuan menghabisi memori penyimpannya, artinya warisan gagasan-gagasan dari suatu kebudayaan secara keseluruhan. Dalam catatan sejarah, penghancuran buku dimulai pada tahun 4000-an sebelum masehi (SM), yang dibuktikan dengan temuan arkeologis berupa banyaknya tablet yang ditemukan pecah atau hancur. Selain itu, ada perpustakaan terkenal bernama perpustakaan Alexandria yang berada di Mesir Selatan, menjadi perpustakaan pertama yang penuh dengan tragedi-tragedi penghancuran akibat berbagai perang.
Di belahan dunia lain, pada masa kekhalifahan Abbasiyah berdiri perpustakaan terbesar yang bernama Darul Hikmah (Rumah Kebijakan). Buku-buku yang merupakan salinan dan hasil terjemahan buku-buku kuno dari berbagai bahasa dikumpulkan di perpustakaan tersebut. Namun, perpustakaan itu juga berakhir tragis. Sejarawan mencatat sungai tigris berwarna hitam karena begitu banyak buku yang dibakar saat serangan spektakuler tentara Hulagu Khan.
Sejarah penghancuran buku dari masa ke masa menunjukkan bahwa kehadiran buku dan perpustakaan tidak hanya penanda kemajuan ilmu pengetahuan di suatu tempat atau masa, tapi juga menunjukan peradaban yang unggul. Sebab, mereka yang menguasai ilmu pengetahuan, yang memiliki adab pada akhirnya mengantarkan manusia mencapai keunggulannya. Kualitas itu yang membentuk peradaban besar di dunia.
Ketum PB HMI 2013-2015
Founder Menteng Podcast
HARI Buku Nasional tidak sekedar sebagai pengingat betapa pentingnya buku dalam kehidupan, juga sebagai penanda bahwa kita harus mengabadikannya dalam sebuah gerakan mendaras buku bersama generasi muda di Menteng. Ini juga sekaligus menjawab sebuah pertanyaan di tengah zaman yang serba digital hari ini, yaitu apakah kehadiran buku masih relevan di saat perkembangan tekhnologi telah mampu mendigitalisasi teks-teks?
Kehadiran buku memberikan pengaruh yang besar dalam tradisi perkembangan ilmu pengetahuan. Munculnya perpustakaan besar di beberapa zaman menandai warisan ilmu pengetahuan dari masa ke masa. Bahkan, dalam buku Fernando Baez berjudul “Penghancuran Buku Dari masa Ke Masa” (2015) mengungkap sejarah kelam bagaimana buku dibakar dan ilmu pengetahuan dihancurkan.
Bagi Baez, orang-orang yang menghancurkan buku tidak lain bertujuan menghabisi memori penyimpannya, artinya warisan gagasan-gagasan dari suatu kebudayaan secara keseluruhan. Dalam catatan sejarah, penghancuran buku dimulai pada tahun 4000-an sebelum masehi (SM), yang dibuktikan dengan temuan arkeologis berupa banyaknya tablet yang ditemukan pecah atau hancur. Selain itu, ada perpustakaan terkenal bernama perpustakaan Alexandria yang berada di Mesir Selatan, menjadi perpustakaan pertama yang penuh dengan tragedi-tragedi penghancuran akibat berbagai perang.
Di belahan dunia lain, pada masa kekhalifahan Abbasiyah berdiri perpustakaan terbesar yang bernama Darul Hikmah (Rumah Kebijakan). Buku-buku yang merupakan salinan dan hasil terjemahan buku-buku kuno dari berbagai bahasa dikumpulkan di perpustakaan tersebut. Namun, perpustakaan itu juga berakhir tragis. Sejarawan mencatat sungai tigris berwarna hitam karena begitu banyak buku yang dibakar saat serangan spektakuler tentara Hulagu Khan.
Sejarah penghancuran buku dari masa ke masa menunjukkan bahwa kehadiran buku dan perpustakaan tidak hanya penanda kemajuan ilmu pengetahuan di suatu tempat atau masa, tapi juga menunjukan peradaban yang unggul. Sebab, mereka yang menguasai ilmu pengetahuan, yang memiliki adab pada akhirnya mengantarkan manusia mencapai keunggulannya. Kualitas itu yang membentuk peradaban besar di dunia.
Lihat Juga :
tulis komentar anda