Perjuangan Besar Nahdlatul Ulama: Menuju Kebangkitan Intelektual, Teknokrasi, dan Kewirausahaan
Selasa, 28 Februari 2023 - 12:03 WIB
Bab tiga dari buku ini membahas tentang pentingnya transformasi pola pikir dalam tubuh NU, khususnya terkait dengan tiga hal yaitu bidang khidmah atau dedikasi, makna program, dan hubungan antartingkatan kepengurusan.
Dalam bab ini penulis mengajak Nahdliyin untuk memperluas ranah dedikasi yang dilakukan oleh NU. Menurutnya, NU harus dapat memperluas sasaran khidmahnya agar dapat menjangkau lebih banyak masyarakat dan memperbaiki kondisi sosial. Dalam hal ini, NU harus dapat berkolaborasi dengan berbagai pihak dan melibatkan masyarakat dalam proses pengembangan dan pelaksanaan program khidmah.
Bagi penulis, NU harus mampu memberikan makna yang jelas dan relevan terkait dengan program-program khidmah yang dilakukan. Program-program khidmah harus dirancang berdasarkan kebutuhan dan harapan masyarakat, serta memperhatikan konteks sosial dan budaya yang ada di masyarakat. Selain itu, NU harus mampu mengoptimalkan kinerja dan sinergi antar tingkatan kepengurusan, sehingga pelaksanaan program khidmah dapat dilakukan secara efektif dan efisien.
Dalam konteks buku ini, inklusivikasi khidmah (dedikasi/pengabdian) diartikan sebagai kemampuan NU untuk memadukan ketiga jalur tersebut dalam menghadapi berbagai tantangan dan perubahan sosial, ekonomi, dan politik yang terus berkembang. Hal ini dilakukan agar NU mampu memberikan kontribusi positif dan nyata bagi pembangunan masyarakat dan negara.
Dalam bab empat, Gus Yahya menyatakan bahwa untuk tetap relevan di masa depan, NU perlu memperkuat kapasitas kader-kader yang ada, terutama untuk menghadapi tantangan yang semakin kompleks dan beragam. Untuk itu, Gus Yahya mengusulkan tiga jalur kebangkitan bagi NU, yaitu kebangkitan intelektual, kebangkitan teknokrasi, dan kebangkitan kewirausahaan.
Adapun bab terakhir, Gus Yahya membahas konsep makrifat yang berkaitan dengan pemahaman yang mendalam tentang organisasi, serta hubungannya dengan takdir peradaban. Makrifat dalam konteks NU mengacu pada pemahaman yang mendalam tentang organisasi, bukan sekadar pemahaman teknis atau formal tentang struktur dan tata kelola organisasi. Penulis menekankan bahwa NU harus memiliki pemahaman yang dalam tentang makna, tujuan, dan filosofi organisasi, sehingga dapat memahami peran dan tanggung jawab organisasi terhadap masyarakat dan dunia Islam.
Penulis juga membahas tentang hubungan antara organisasi dengan takdir peradaban. Menurutnya, organisasi seperti NU memiliki peran penting dalam menggerakkan peradaban Islam. Organisasi yang baik dan kuat dapat menjadi agen perubahan dalam masyarakat dan memperkuat identitas umat Islam. Oleh karena itu, NU harus terus memperkuat organisasinya agar dapat menjalankan peran tersebut.
Selain itu, penulis juga menyoroti pentingnya persatuan dan kerja sama antar organisasi dalam mencapai tujuan yang sama. Dalam konteks NU, hal ini berarti pentingnya kerja sama antarcabang dan lembaga NU dalam mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi oleh umat Islam.
Gus Yahya menulis buku ini dengan bahasa yang lugas dan mudah dipahami, sehingga pembaca dapat mengikuti cerita perjuangan NU dengan baik. Buku ini sangat cocok dibaca oleh siapa saja yang tertarik untuk memahami sejarah perjuangan Islam di Indonesia, dan mengapresiasi peran Nahdlatul Ulama dalam memajukan agama dan bangsa Indonesia.
Selain itu, dalam buku ini juga diberikan penekanan pada pentingnya membangun hubungan antara agama dan masyarakat, serta menciptakan dialog antara kebudayaan dan agama. Penulis berusaha menggambarkan betapa pentingnya memahami nilai-nilai Islam secara holistik dan terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam bab ini penulis mengajak Nahdliyin untuk memperluas ranah dedikasi yang dilakukan oleh NU. Menurutnya, NU harus dapat memperluas sasaran khidmahnya agar dapat menjangkau lebih banyak masyarakat dan memperbaiki kondisi sosial. Dalam hal ini, NU harus dapat berkolaborasi dengan berbagai pihak dan melibatkan masyarakat dalam proses pengembangan dan pelaksanaan program khidmah.
Bagi penulis, NU harus mampu memberikan makna yang jelas dan relevan terkait dengan program-program khidmah yang dilakukan. Program-program khidmah harus dirancang berdasarkan kebutuhan dan harapan masyarakat, serta memperhatikan konteks sosial dan budaya yang ada di masyarakat. Selain itu, NU harus mampu mengoptimalkan kinerja dan sinergi antar tingkatan kepengurusan, sehingga pelaksanaan program khidmah dapat dilakukan secara efektif dan efisien.
Dalam konteks buku ini, inklusivikasi khidmah (dedikasi/pengabdian) diartikan sebagai kemampuan NU untuk memadukan ketiga jalur tersebut dalam menghadapi berbagai tantangan dan perubahan sosial, ekonomi, dan politik yang terus berkembang. Hal ini dilakukan agar NU mampu memberikan kontribusi positif dan nyata bagi pembangunan masyarakat dan negara.
Dalam bab empat, Gus Yahya menyatakan bahwa untuk tetap relevan di masa depan, NU perlu memperkuat kapasitas kader-kader yang ada, terutama untuk menghadapi tantangan yang semakin kompleks dan beragam. Untuk itu, Gus Yahya mengusulkan tiga jalur kebangkitan bagi NU, yaitu kebangkitan intelektual, kebangkitan teknokrasi, dan kebangkitan kewirausahaan.
Adapun bab terakhir, Gus Yahya membahas konsep makrifat yang berkaitan dengan pemahaman yang mendalam tentang organisasi, serta hubungannya dengan takdir peradaban. Makrifat dalam konteks NU mengacu pada pemahaman yang mendalam tentang organisasi, bukan sekadar pemahaman teknis atau formal tentang struktur dan tata kelola organisasi. Penulis menekankan bahwa NU harus memiliki pemahaman yang dalam tentang makna, tujuan, dan filosofi organisasi, sehingga dapat memahami peran dan tanggung jawab organisasi terhadap masyarakat dan dunia Islam.
Penulis juga membahas tentang hubungan antara organisasi dengan takdir peradaban. Menurutnya, organisasi seperti NU memiliki peran penting dalam menggerakkan peradaban Islam. Organisasi yang baik dan kuat dapat menjadi agen perubahan dalam masyarakat dan memperkuat identitas umat Islam. Oleh karena itu, NU harus terus memperkuat organisasinya agar dapat menjalankan peran tersebut.
Selain itu, penulis juga menyoroti pentingnya persatuan dan kerja sama antar organisasi dalam mencapai tujuan yang sama. Dalam konteks NU, hal ini berarti pentingnya kerja sama antarcabang dan lembaga NU dalam mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi oleh umat Islam.
Gus Yahya menulis buku ini dengan bahasa yang lugas dan mudah dipahami, sehingga pembaca dapat mengikuti cerita perjuangan NU dengan baik. Buku ini sangat cocok dibaca oleh siapa saja yang tertarik untuk memahami sejarah perjuangan Islam di Indonesia, dan mengapresiasi peran Nahdlatul Ulama dalam memajukan agama dan bangsa Indonesia.
Selain itu, dalam buku ini juga diberikan penekanan pada pentingnya membangun hubungan antara agama dan masyarakat, serta menciptakan dialog antara kebudayaan dan agama. Penulis berusaha menggambarkan betapa pentingnya memahami nilai-nilai Islam secara holistik dan terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari.
tulis komentar anda