Perjuangan Besar Nahdlatul Ulama: Menuju Kebangkitan Intelektual, Teknokrasi, dan Kewirausahaan
loading...
A
A
A
Muhammad Fauzinuddin Faiz
Dosen UIN Kiai Haji Achmad Shiddiq & Khadim di Yayasan Pondok Pesantren Islam Bintang Sembilan Wuluhan, Jember
BUKUPBNU, Perjuangan Besar Nahdlatul Ulama bisa dibilang magnum opus dari karya KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) yang mengulas tentang transformasi yang perlu dilakukan oleh Nahdlatul Ulama (NU) agar dapat berperan aktif dalam memajukan Indonesia dan umat Islam di masa depan. Dalam buku ini, Gus Yahya mengajak generasi milenial dan komunitas NU secara umum untuk melakukan pembaharuan atau tajdid dalam tubuh NU.
Tajdid atau pembaharuan ini dimaksudkan untuk memperbarui cara berpikir, bertindak, dan bersikap dalam menghadapi berbagai tantangan dan perubahan zaman yang semakin cepat. Hal ini sebagaimana yang dibahasakan oleh penulis buku ini mengusung cita-cita peradaban yaitu mewujudkan tata dunia yang harmonis dan adil berdasarkan akhlaqul karimah dan penghormatan terhadap kesetaraan martabat diantara sesama manusia.
Dalam lembar pertama di bawah judul tampak tulisan Tajdid Jam'iyyah Untuk Khidmad Milenial. Diksi Tajdid Jam'iyyah pernah digelorakan oleh mendiang KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Gus Yahya yang dianggap banyak orang sebagai anak ideologis Gus Dur ingin mengajak komunitas NU dan generasi milenial untuk memperbaharui organisasi NU dalam konteks perubahan sosial, ekonomi, dan politik yang terjadi di Indonesia. Dalam buku ini, tampaknya Gus Yahya mendambakan NU mampu menghasilkan pemikiran-pemikiran baru yang inklusif dan berdaya saing, serta mampu memanfaatkan teknologi dan sumber daya yang ada untuk menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Bab satu dan dua dari buku ini membahas dua isu penting, yaitu Islam di Tengah Dunia yang Berubah dan Merintis Peradaban Baru. Bab satu membahas tentang bagaimana posisi Islam di tengah dunia yang terus berubah dan berkembang. Dalam konteks ini, penulis mengungkapkan bahwa Islam harus mampu menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan dan tantangan yang terjadi di dunia. Islam harus dapat memberikan solusi-solusi inovatif untuk mengatasi berbagai masalah sosial dan politik yang dihadapi oleh masyarakat.
Penulis juga ingin menegaskan kepada umat Islam bahwa banyak masalah yang dihadapi oleh dunia saat ini, seperti kemiskinan, ketidakadilan, ketidakstabilan politik, dan konflik antarbangsa, membutuhkan solusi yang inklusif dan holistik. Dalam hal ini, Islam dapat memberikan kontribusi yang besar dengan menyediakan solusi-solusi berbasis nilai-nilai Islam yang inklusif dan berdaya saing.
Bab dua membahas tentang bagaimana NU merintis peradaban baru di Indonesia. Penulis ingin menegaskan kepada semua orang bahwa NU harus mampu menjadi agen perubahan dan pembaru dalam masyarakat. NU harus mampu menghasilkan pemikiran-pemikiran inovatif yang berbasis pada nilai-nilai Islam yang inklusif dan berdaya saing.
Lewat buku ini, penulis mengungkapkan bahwa NU memiliki peran penting dalam mengembangkan peradaban Indonesia, sehingga NU harus mampu menjadi organisasi yang inklusif, terbuka, dan berdaya saing. NU harus mampu menghasilkan pemikiran-pemikiran inovatif yang dapat memberikan solusi atas berbagai permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Dalam hal ini, NU harus mampu merintis peradaban baru yang dapat memberikan kontribusi positif dan nyata bagi masyarakat dan negara.
Bab tiga dari buku ini membahas tentang pentingnya transformasi pola pikir dalam tubuh NU, khususnya terkait dengan tiga hal yaitu bidang khidmah atau dedikasi, makna program, dan hubungan antartingkatan kepengurusan.
Dalam bab ini penulis mengajak Nahdliyin untuk memperluas ranah dedikasi yang dilakukan oleh NU. Menurutnya, NU harus dapat memperluas sasaran khidmahnya agar dapat menjangkau lebih banyak masyarakat dan memperbaiki kondisi sosial. Dalam hal ini, NU harus dapat berkolaborasi dengan berbagai pihak dan melibatkan masyarakat dalam proses pengembangan dan pelaksanaan program khidmah.
Bagi penulis, NU harus mampu memberikan makna yang jelas dan relevan terkait dengan program-program khidmah yang dilakukan. Program-program khidmah harus dirancang berdasarkan kebutuhan dan harapan masyarakat, serta memperhatikan konteks sosial dan budaya yang ada di masyarakat. Selain itu, NU harus mampu mengoptimalkan kinerja dan sinergi antar tingkatan kepengurusan, sehingga pelaksanaan program khidmah dapat dilakukan secara efektif dan efisien.
Dalam konteks buku ini, inklusivikasi khidmah (dedikasi/pengabdian) diartikan sebagai kemampuan NU untuk memadukan ketiga jalur tersebut dalam menghadapi berbagai tantangan dan perubahan sosial, ekonomi, dan politik yang terus berkembang. Hal ini dilakukan agar NU mampu memberikan kontribusi positif dan nyata bagi pembangunan masyarakat dan negara.
Dalam bab empat, Gus Yahya menyatakan bahwa untuk tetap relevan di masa depan, NU perlu memperkuat kapasitas kader-kader yang ada, terutama untuk menghadapi tantangan yang semakin kompleks dan beragam. Untuk itu, Gus Yahya mengusulkan tiga jalur kebangkitan bagi NU, yaitu kebangkitan intelektual, kebangkitan teknokrasi, dan kebangkitan kewirausahaan.
Adapun bab terakhir, Gus Yahya membahas konsep makrifat yang berkaitan dengan pemahaman yang mendalam tentang organisasi, serta hubungannya dengan takdir peradaban. Makrifat dalam konteks NU mengacu pada pemahaman yang mendalam tentang organisasi, bukan sekadar pemahaman teknis atau formal tentang struktur dan tata kelola organisasi. Penulis menekankan bahwa NU harus memiliki pemahaman yang dalam tentang makna, tujuan, dan filosofi organisasi, sehingga dapat memahami peran dan tanggung jawab organisasi terhadap masyarakat dan dunia Islam.
Penulis juga membahas tentang hubungan antara organisasi dengan takdir peradaban. Menurutnya, organisasi seperti NU memiliki peran penting dalam menggerakkan peradaban Islam. Organisasi yang baik dan kuat dapat menjadi agen perubahan dalam masyarakat dan memperkuat identitas umat Islam. Oleh karena itu, NU harus terus memperkuat organisasinya agar dapat menjalankan peran tersebut.
Selain itu, penulis juga menyoroti pentingnya persatuan dan kerja sama antar organisasi dalam mencapai tujuan yang sama. Dalam konteks NU, hal ini berarti pentingnya kerja sama antarcabang dan lembaga NU dalam mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi oleh umat Islam.
Gus Yahya menulis buku ini dengan bahasa yang lugas dan mudah dipahami, sehingga pembaca dapat mengikuti cerita perjuangan NU dengan baik. Buku ini sangat cocok dibaca oleh siapa saja yang tertarik untuk memahami sejarah perjuangan Islam di Indonesia, dan mengapresiasi peran Nahdlatul Ulama dalam memajukan agama dan bangsa Indonesia.
Selain itu, dalam buku ini juga diberikan penekanan pada pentingnya membangun hubungan antara agama dan masyarakat, serta menciptakan dialog antara kebudayaan dan agama. Penulis berusaha menggambarkan betapa pentingnya memahami nilai-nilai Islam secara holistik dan terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari.
Penulis juga menyoroti peran penting NU dalam menyelesaikan konflik sosial dan menjaga keamanan di masyarakat. Buku ini memberikan gambaran tentang bagaimana NU mempromosikan nilai-nilai Islam yang inklusif dan mendorong kerja sama antarumat beragama di Indonesia.
Salah satu hal yang menarik dari buku ini adalah pengungkapan penulis mengenai dinamika perjuangan NU di era modern. Penulis menyoroti tantangan yang dihadapi NU dalam menjawab persoalan-persoalan baru yang muncul dalam konteks globalisasi dan modernisasi. Buku ini juga membahas bagaimana NU harus memposisikan dirinya dalam menghadapi perkembangan teknologi dan tantangan-tantangan baru lainnya.
Buku ini layak dibaca. Penulis berhasil mengulas secara komprehensif sejarah dan perjuangan Nahdlatul Ulama dalam memperjuangkan Islam di Indonesia, serta memberikan gambaran yang jelas tentang peran penting NU dalam membentuk masyarakat dan budaya Indonesia. Selain itu, penulis juga berhasil mengungkapkan dinamika perjuangan NU dalam era modern, yang mana menghadapi berbagai tantangan baru seperti globalisasi dan modernisasi. Buku ini juga memberikan gambaran tentang bagaimana NU harus memposisikan dirinya dalam menghadapi tantangan-tantangan baru.
Secara keseluruhan, buku ini sangat membantu dalam memperluas pemahaman tentang perjuangan NU dan tranformasinya dalam mengusung cita-cita peradaban. Buku ini direkomendasikan untuk dibaca oleh siapa saja yang ingin mempelajari lebih dalam tentang sejarah NU, dan bagaimana peran organisasi tersebut dalam membentuk masyarakat dan budaya Indonesia. Penulis mampu menyajikan informasi dengan jelas dan teratur, sehingga membuat pembaca semakin tertarik untuk mengetahui lebih banyak tentang NU.
Buku ini ditulis dengan bahasa yang lugas dan mudah dipahami, sehingga dapat diakses oleh pembaca dari berbagai latar belakang dan pengetahuan. Selain itu, buku ini juga dibubuhi beberapa foto para pejuang NU Ulama hampir di tiap pembahasan. Menampilkan foto tentu akan lebih memberi pemahaman dan pemaknaan yang lebih utuh bagi pelihat dan penangkapnya, sehingga pelihat dan penangkap foto itu sendiri yang akan membuat kesimpulan-kesimpulan yang dirasakan memuaskan bagi dirinya dan tentu saja dapat bernostalgia. Selain itu foto juga dapat bertindak sebagai argumen sekaligus bukti otentik.
Hal yang paling menarik dari buku ini, menurut hemat peresensi, adalah ketika penulis memberikan kata kunci penting dalam abstraksi buku. Menarik karena tiga kunci ini yang pada akhirnya oleh penulis dibawa dan diejawantahkan saat mengemban amanah sebagai Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Tiga kata kunci tersebut adalah kebangkitan intelektualisme, kebangkitan teknokrasi dan kebangkitan kewirausahaan.
Peresensi mencoba mengilustrasikan dan menjabarkan maksud dan dari tiga kata kunci tersebut. Kebangkitan intelektualisme mengacu pada kemampuan NU untuk menghasilkan pemikiran-pemikiran baru yang lebih inovatif dan inklusif. Hal ini dimaksudkan untuk mengakomodasi berbagai perubahan sosial, ekonomi, dan politik yang terjadi di masyarakat. NU harus mampu menghasilkan gagasan-gagasan baru yang mampu mengatasi tantangan-tantangan tersebut. Kebangkitan intelektualisme adalah sumber inspirasi bagi Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Nahdlatul Ulama (LAKPESDAM-NU) dengan mengadakan kajian halaqah dan muktamar nasional dan internasional bertemakan fiqih peradaban.
Kebangkitan teknokrasi merujuk pada kemampuan NU dalam memanfaatkan teknologi dan ilmu pengetahuan modern untuk memajukan masyarakat dan membantu mengatasi berbagai masalah yang dihadapi. NU harus mampu mengembangkan keahlian dan keterampilan di bidang teknologi dan sains agar mampu mengembangkan solusi-solusi inovatif yang bermanfaat bagi masyarakat. Kebangkitan teknokrasi inilah yang nantinya menjadi sumber inspirasi dalam mewujudkan NU Tech dalam upaya mewujudkan masyarakat cakap digital.
Ada NU-Bike yang merupakan karya digital bidang logistik berbasis aplikasi jasa antarjemput dan rental kendaraan listrik, Saqinah; sebuah platform yang menawarkan pendidikan pra-nikah dengan berbagai macam pembelajaran berbasis online, Kepul dengan kategori sosial-preneur yang merupakan aplikasi jual sampah dan masih banyak lagi inovasi digital yang lahir dari inspirasi kebangkitan teknokrasi gagasan Gus Yahya.
Sedangkan Kebangkitan kewirausahaan mengacu pada kemampuan NU untuk menciptakan lapangan kerja dan mengembangkan ekonomi yang berkelanjutan. NU harus mampu memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mengembangkan usaha-usaha produktif dan berdaya saing yang dapat menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kebangkitan kewirausahaan menjadi sumber inspirasi dalam mewujudkan gerakan kemandirian NU. Puncaknya adalah dengan diresmikannya Badan Usaha Milik NU (BUMNU) di Jember.
Secara umum, topik-topik yang dibahas dalam buku ini sudah cukup luas dan menyeluruh. Walakin, karena produk ini buatan manusia, tentu ada beberapa catatan dan masukan untuk dapat dipertimbangkan dalam menyempurnakan buku ini. Hemat peresensi, Buku ini cenderung memberikan paparan yang cenderung menimang-nimang NU tanpa memberikan analisis yang kritis terhadap kondisi yang sedang dihadapi oleh organisasi atau gerakan tersebut. Jika buku ini berangkat dari problematika dan tantangan NU ke depan dalam konteks indonesia dan dunia, barangkali bisa membawa pembaca memahami buku ini secara holistik.
Selain itu, buku ini perlu membahas tantangan dan peran Nahdlatul Ulama dalam mempromosikan perdamaian dan toleransi di tengah-tengah masyarakat yang semakin terpolarisasi. Topik ini penting mengingat saat ini masyarakat kita masih dihadapkan dengan berbagai permasalahan yang terkait dengan konflik dan ketidakadilan, sehingga peran NU sebagai organisasi keagamaan yang besar memiliki tanggung jawab besar dalam membawa perdamaian dan toleransi di tengah masyarakat.
Bab baru ini bisa membahas upaya dan inisiatif yang dilakukan oleh NU untuk mempromosikan perdamaian dan toleransi, serta mengatasi konflik di tengah masyarakat yang semakin kompleks dan heterogen. Dalam buku ini memang membahas banyak topik yang terkait dengan peradaban, namun tidak secara eksplisit membahas tentang konsep peradaban itu sendiri. Sebagai karya yang ditulis untuk memperkenalkan gagasan-gagasannya, mungkin penulis memang lebih fokus pada pengalaman, pemikiran, dan tindakan konkrit yang pernah dilakukan serta upaya-upaya yang diusungnya dalam memajukan Nahdlatul Ulama.
Namun, bagi pembaca yang ingin mempelajari konsep peradaban secara lebih detail, mungkin memerlukan referensi tambahan yang mengulas konsep peradaban itu sendiri. Namun hemat peresensi, buku ini memang sengaja dibuat demikian sebagai stimulus untuk selanjutnya dibuat kajian, halaqah atau muktamar melalaui konsep fiqih peradaban yang sudah berjalan selama ini.
Penulis : KH Yahya Cholil Staquf
Tahun Terbit : 2020
Tebal : 148 Halaman
Penerbit : Mata Air
ISBN : 9786027465763
Dosen UIN Kiai Haji Achmad Shiddiq & Khadim di Yayasan Pondok Pesantren Islam Bintang Sembilan Wuluhan, Jember
BUKUPBNU, Perjuangan Besar Nahdlatul Ulama bisa dibilang magnum opus dari karya KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) yang mengulas tentang transformasi yang perlu dilakukan oleh Nahdlatul Ulama (NU) agar dapat berperan aktif dalam memajukan Indonesia dan umat Islam di masa depan. Dalam buku ini, Gus Yahya mengajak generasi milenial dan komunitas NU secara umum untuk melakukan pembaharuan atau tajdid dalam tubuh NU.
Tajdid atau pembaharuan ini dimaksudkan untuk memperbarui cara berpikir, bertindak, dan bersikap dalam menghadapi berbagai tantangan dan perubahan zaman yang semakin cepat. Hal ini sebagaimana yang dibahasakan oleh penulis buku ini mengusung cita-cita peradaban yaitu mewujudkan tata dunia yang harmonis dan adil berdasarkan akhlaqul karimah dan penghormatan terhadap kesetaraan martabat diantara sesama manusia.
Dalam lembar pertama di bawah judul tampak tulisan Tajdid Jam'iyyah Untuk Khidmad Milenial. Diksi Tajdid Jam'iyyah pernah digelorakan oleh mendiang KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Gus Yahya yang dianggap banyak orang sebagai anak ideologis Gus Dur ingin mengajak komunitas NU dan generasi milenial untuk memperbaharui organisasi NU dalam konteks perubahan sosial, ekonomi, dan politik yang terjadi di Indonesia. Dalam buku ini, tampaknya Gus Yahya mendambakan NU mampu menghasilkan pemikiran-pemikiran baru yang inklusif dan berdaya saing, serta mampu memanfaatkan teknologi dan sumber daya yang ada untuk menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Bab satu dan dua dari buku ini membahas dua isu penting, yaitu Islam di Tengah Dunia yang Berubah dan Merintis Peradaban Baru. Bab satu membahas tentang bagaimana posisi Islam di tengah dunia yang terus berubah dan berkembang. Dalam konteks ini, penulis mengungkapkan bahwa Islam harus mampu menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan dan tantangan yang terjadi di dunia. Islam harus dapat memberikan solusi-solusi inovatif untuk mengatasi berbagai masalah sosial dan politik yang dihadapi oleh masyarakat.
Penulis juga ingin menegaskan kepada umat Islam bahwa banyak masalah yang dihadapi oleh dunia saat ini, seperti kemiskinan, ketidakadilan, ketidakstabilan politik, dan konflik antarbangsa, membutuhkan solusi yang inklusif dan holistik. Dalam hal ini, Islam dapat memberikan kontribusi yang besar dengan menyediakan solusi-solusi berbasis nilai-nilai Islam yang inklusif dan berdaya saing.
Bab dua membahas tentang bagaimana NU merintis peradaban baru di Indonesia. Penulis ingin menegaskan kepada semua orang bahwa NU harus mampu menjadi agen perubahan dan pembaru dalam masyarakat. NU harus mampu menghasilkan pemikiran-pemikiran inovatif yang berbasis pada nilai-nilai Islam yang inklusif dan berdaya saing.
Lewat buku ini, penulis mengungkapkan bahwa NU memiliki peran penting dalam mengembangkan peradaban Indonesia, sehingga NU harus mampu menjadi organisasi yang inklusif, terbuka, dan berdaya saing. NU harus mampu menghasilkan pemikiran-pemikiran inovatif yang dapat memberikan solusi atas berbagai permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Dalam hal ini, NU harus mampu merintis peradaban baru yang dapat memberikan kontribusi positif dan nyata bagi masyarakat dan negara.
Bab tiga dari buku ini membahas tentang pentingnya transformasi pola pikir dalam tubuh NU, khususnya terkait dengan tiga hal yaitu bidang khidmah atau dedikasi, makna program, dan hubungan antartingkatan kepengurusan.
Dalam bab ini penulis mengajak Nahdliyin untuk memperluas ranah dedikasi yang dilakukan oleh NU. Menurutnya, NU harus dapat memperluas sasaran khidmahnya agar dapat menjangkau lebih banyak masyarakat dan memperbaiki kondisi sosial. Dalam hal ini, NU harus dapat berkolaborasi dengan berbagai pihak dan melibatkan masyarakat dalam proses pengembangan dan pelaksanaan program khidmah.
Bagi penulis, NU harus mampu memberikan makna yang jelas dan relevan terkait dengan program-program khidmah yang dilakukan. Program-program khidmah harus dirancang berdasarkan kebutuhan dan harapan masyarakat, serta memperhatikan konteks sosial dan budaya yang ada di masyarakat. Selain itu, NU harus mampu mengoptimalkan kinerja dan sinergi antar tingkatan kepengurusan, sehingga pelaksanaan program khidmah dapat dilakukan secara efektif dan efisien.
Dalam konteks buku ini, inklusivikasi khidmah (dedikasi/pengabdian) diartikan sebagai kemampuan NU untuk memadukan ketiga jalur tersebut dalam menghadapi berbagai tantangan dan perubahan sosial, ekonomi, dan politik yang terus berkembang. Hal ini dilakukan agar NU mampu memberikan kontribusi positif dan nyata bagi pembangunan masyarakat dan negara.
Dalam bab empat, Gus Yahya menyatakan bahwa untuk tetap relevan di masa depan, NU perlu memperkuat kapasitas kader-kader yang ada, terutama untuk menghadapi tantangan yang semakin kompleks dan beragam. Untuk itu, Gus Yahya mengusulkan tiga jalur kebangkitan bagi NU, yaitu kebangkitan intelektual, kebangkitan teknokrasi, dan kebangkitan kewirausahaan.
Adapun bab terakhir, Gus Yahya membahas konsep makrifat yang berkaitan dengan pemahaman yang mendalam tentang organisasi, serta hubungannya dengan takdir peradaban. Makrifat dalam konteks NU mengacu pada pemahaman yang mendalam tentang organisasi, bukan sekadar pemahaman teknis atau formal tentang struktur dan tata kelola organisasi. Penulis menekankan bahwa NU harus memiliki pemahaman yang dalam tentang makna, tujuan, dan filosofi organisasi, sehingga dapat memahami peran dan tanggung jawab organisasi terhadap masyarakat dan dunia Islam.
Penulis juga membahas tentang hubungan antara organisasi dengan takdir peradaban. Menurutnya, organisasi seperti NU memiliki peran penting dalam menggerakkan peradaban Islam. Organisasi yang baik dan kuat dapat menjadi agen perubahan dalam masyarakat dan memperkuat identitas umat Islam. Oleh karena itu, NU harus terus memperkuat organisasinya agar dapat menjalankan peran tersebut.
Selain itu, penulis juga menyoroti pentingnya persatuan dan kerja sama antar organisasi dalam mencapai tujuan yang sama. Dalam konteks NU, hal ini berarti pentingnya kerja sama antarcabang dan lembaga NU dalam mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi oleh umat Islam.
Gus Yahya menulis buku ini dengan bahasa yang lugas dan mudah dipahami, sehingga pembaca dapat mengikuti cerita perjuangan NU dengan baik. Buku ini sangat cocok dibaca oleh siapa saja yang tertarik untuk memahami sejarah perjuangan Islam di Indonesia, dan mengapresiasi peran Nahdlatul Ulama dalam memajukan agama dan bangsa Indonesia.
Selain itu, dalam buku ini juga diberikan penekanan pada pentingnya membangun hubungan antara agama dan masyarakat, serta menciptakan dialog antara kebudayaan dan agama. Penulis berusaha menggambarkan betapa pentingnya memahami nilai-nilai Islam secara holistik dan terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari.
Penulis juga menyoroti peran penting NU dalam menyelesaikan konflik sosial dan menjaga keamanan di masyarakat. Buku ini memberikan gambaran tentang bagaimana NU mempromosikan nilai-nilai Islam yang inklusif dan mendorong kerja sama antarumat beragama di Indonesia.
Salah satu hal yang menarik dari buku ini adalah pengungkapan penulis mengenai dinamika perjuangan NU di era modern. Penulis menyoroti tantangan yang dihadapi NU dalam menjawab persoalan-persoalan baru yang muncul dalam konteks globalisasi dan modernisasi. Buku ini juga membahas bagaimana NU harus memposisikan dirinya dalam menghadapi perkembangan teknologi dan tantangan-tantangan baru lainnya.
Buku ini layak dibaca. Penulis berhasil mengulas secara komprehensif sejarah dan perjuangan Nahdlatul Ulama dalam memperjuangkan Islam di Indonesia, serta memberikan gambaran yang jelas tentang peran penting NU dalam membentuk masyarakat dan budaya Indonesia. Selain itu, penulis juga berhasil mengungkapkan dinamika perjuangan NU dalam era modern, yang mana menghadapi berbagai tantangan baru seperti globalisasi dan modernisasi. Buku ini juga memberikan gambaran tentang bagaimana NU harus memposisikan dirinya dalam menghadapi tantangan-tantangan baru.
Secara keseluruhan, buku ini sangat membantu dalam memperluas pemahaman tentang perjuangan NU dan tranformasinya dalam mengusung cita-cita peradaban. Buku ini direkomendasikan untuk dibaca oleh siapa saja yang ingin mempelajari lebih dalam tentang sejarah NU, dan bagaimana peran organisasi tersebut dalam membentuk masyarakat dan budaya Indonesia. Penulis mampu menyajikan informasi dengan jelas dan teratur, sehingga membuat pembaca semakin tertarik untuk mengetahui lebih banyak tentang NU.
Buku ini ditulis dengan bahasa yang lugas dan mudah dipahami, sehingga dapat diakses oleh pembaca dari berbagai latar belakang dan pengetahuan. Selain itu, buku ini juga dibubuhi beberapa foto para pejuang NU Ulama hampir di tiap pembahasan. Menampilkan foto tentu akan lebih memberi pemahaman dan pemaknaan yang lebih utuh bagi pelihat dan penangkapnya, sehingga pelihat dan penangkap foto itu sendiri yang akan membuat kesimpulan-kesimpulan yang dirasakan memuaskan bagi dirinya dan tentu saja dapat bernostalgia. Selain itu foto juga dapat bertindak sebagai argumen sekaligus bukti otentik.
Hal yang paling menarik dari buku ini, menurut hemat peresensi, adalah ketika penulis memberikan kata kunci penting dalam abstraksi buku. Menarik karena tiga kunci ini yang pada akhirnya oleh penulis dibawa dan diejawantahkan saat mengemban amanah sebagai Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Tiga kata kunci tersebut adalah kebangkitan intelektualisme, kebangkitan teknokrasi dan kebangkitan kewirausahaan.
Peresensi mencoba mengilustrasikan dan menjabarkan maksud dan dari tiga kata kunci tersebut. Kebangkitan intelektualisme mengacu pada kemampuan NU untuk menghasilkan pemikiran-pemikiran baru yang lebih inovatif dan inklusif. Hal ini dimaksudkan untuk mengakomodasi berbagai perubahan sosial, ekonomi, dan politik yang terjadi di masyarakat. NU harus mampu menghasilkan gagasan-gagasan baru yang mampu mengatasi tantangan-tantangan tersebut. Kebangkitan intelektualisme adalah sumber inspirasi bagi Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Nahdlatul Ulama (LAKPESDAM-NU) dengan mengadakan kajian halaqah dan muktamar nasional dan internasional bertemakan fiqih peradaban.
Kebangkitan teknokrasi merujuk pada kemampuan NU dalam memanfaatkan teknologi dan ilmu pengetahuan modern untuk memajukan masyarakat dan membantu mengatasi berbagai masalah yang dihadapi. NU harus mampu mengembangkan keahlian dan keterampilan di bidang teknologi dan sains agar mampu mengembangkan solusi-solusi inovatif yang bermanfaat bagi masyarakat. Kebangkitan teknokrasi inilah yang nantinya menjadi sumber inspirasi dalam mewujudkan NU Tech dalam upaya mewujudkan masyarakat cakap digital.
Ada NU-Bike yang merupakan karya digital bidang logistik berbasis aplikasi jasa antarjemput dan rental kendaraan listrik, Saqinah; sebuah platform yang menawarkan pendidikan pra-nikah dengan berbagai macam pembelajaran berbasis online, Kepul dengan kategori sosial-preneur yang merupakan aplikasi jual sampah dan masih banyak lagi inovasi digital yang lahir dari inspirasi kebangkitan teknokrasi gagasan Gus Yahya.
Sedangkan Kebangkitan kewirausahaan mengacu pada kemampuan NU untuk menciptakan lapangan kerja dan mengembangkan ekonomi yang berkelanjutan. NU harus mampu memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mengembangkan usaha-usaha produktif dan berdaya saing yang dapat menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kebangkitan kewirausahaan menjadi sumber inspirasi dalam mewujudkan gerakan kemandirian NU. Puncaknya adalah dengan diresmikannya Badan Usaha Milik NU (BUMNU) di Jember.
Secara umum, topik-topik yang dibahas dalam buku ini sudah cukup luas dan menyeluruh. Walakin, karena produk ini buatan manusia, tentu ada beberapa catatan dan masukan untuk dapat dipertimbangkan dalam menyempurnakan buku ini. Hemat peresensi, Buku ini cenderung memberikan paparan yang cenderung menimang-nimang NU tanpa memberikan analisis yang kritis terhadap kondisi yang sedang dihadapi oleh organisasi atau gerakan tersebut. Jika buku ini berangkat dari problematika dan tantangan NU ke depan dalam konteks indonesia dan dunia, barangkali bisa membawa pembaca memahami buku ini secara holistik.
Selain itu, buku ini perlu membahas tantangan dan peran Nahdlatul Ulama dalam mempromosikan perdamaian dan toleransi di tengah-tengah masyarakat yang semakin terpolarisasi. Topik ini penting mengingat saat ini masyarakat kita masih dihadapkan dengan berbagai permasalahan yang terkait dengan konflik dan ketidakadilan, sehingga peran NU sebagai organisasi keagamaan yang besar memiliki tanggung jawab besar dalam membawa perdamaian dan toleransi di tengah masyarakat.
Bab baru ini bisa membahas upaya dan inisiatif yang dilakukan oleh NU untuk mempromosikan perdamaian dan toleransi, serta mengatasi konflik di tengah masyarakat yang semakin kompleks dan heterogen. Dalam buku ini memang membahas banyak topik yang terkait dengan peradaban, namun tidak secara eksplisit membahas tentang konsep peradaban itu sendiri. Sebagai karya yang ditulis untuk memperkenalkan gagasan-gagasannya, mungkin penulis memang lebih fokus pada pengalaman, pemikiran, dan tindakan konkrit yang pernah dilakukan serta upaya-upaya yang diusungnya dalam memajukan Nahdlatul Ulama.
Namun, bagi pembaca yang ingin mempelajari konsep peradaban secara lebih detail, mungkin memerlukan referensi tambahan yang mengulas konsep peradaban itu sendiri. Namun hemat peresensi, buku ini memang sengaja dibuat demikian sebagai stimulus untuk selanjutnya dibuat kajian, halaqah atau muktamar melalaui konsep fiqih peradaban yang sudah berjalan selama ini.
Identitas Buku
Judul buku : PBNU, Perjuangan Besar Nahdlatul UlamaPenulis : KH Yahya Cholil Staquf
Tahun Terbit : 2020
Tebal : 148 Halaman
Penerbit : Mata Air
ISBN : 9786027465763
(abd)