Anak & kekerasan seksual

Sabtu, 17 Mei 2014 - 22:01 WIB
Anak & kekerasan seksual
Anak & kekerasan seksual
A A A
KEKERASAN seksual terhadap anak-anak sering terjadi karena yang melakukan juga adalah orang yang dekat dengan anak sehingga jarang sekali kejadian ini dilaporkan karena adanya salah persepi bahwa hal ini dilakukan untuk menutupi aib.

Data dari Komnas Perlindungan Anak di semester I tahun 2013 menunjukkan ada 1.032 kekerasan anak di Indonesia dimana 52% atau 535 kasus adalah kekerasan seksual, 28% kekerasan fisik dan 20% kekerasan psikis atau emosional. Fenomena ini seperti gunung es, jumlah kekerasan anak yang sebenarnya jauh lebih banyak dari yang dilaporkan. Kejadian yang menimpa seorang anak TK yang mendapat kekerasan seksual di sekolah bertaraf internasional sangat menyakitkan hati dan menggelorakan kemarahan semua orangtua.

Saya sangat kagum dan bersimpati kepada ibu sang anak yang berani untuk melaporkan kejadian yang dialami anak pertamanya. Sang ibu mengatakan “anak saya adalah pahlawan”, sang ibu pun adalah seorang pahlawan bagi anaknya, dan pahlawan bagi anak-anak lain yang terhindar dari pelecehan seksual sebagai dampak positif dari keberanian sang ibu melaporkan musibah yang tak terkirakan besarnya.

Untuk menghindarkan keluarga dari hal serupa, maka ada beberapa hal yang harus orang tua lakukan dan waspadai.

Orang tua harus mempu membangun kesehatan emosi anak. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Pertama, bangun kedekatan emosional. Pastikan anak mendapatkan perhatian optimal dari kedua orang tua. Dan anak merasa nyaman untuk berbicara apa saja tanpa perasaan takut untuk dihakimi, disalahkan, diperbaiki, diabaikan dan dimarahi. Kedua, dialog dan dua pilihan. Usahakan untuk selalu membuka dialog dengan anak dan memberikan dua pilihan sehingga anak terbiasa membuat pilihan. Ketiga, dukung penuh anak.

Berikan anak anda dukungan penuh baik untuk urusan sekolah maupun kegiatan di luar sekolah. Tunjukkan Anda mempunyai minat atas kegiatan anak-anak dan Anda pun membina hubungan baik dengan guru, counsellor, coach dan pengasuh anak-anak. Keempat, ajarkan anak ekspresikan emosi negatif. Biasakan anak anda untuk mengekspresikan emosi negatifnya kalau dia marah biarkan dia marah dengan cara yang benar, kalau dia takut biarkan dia menyampaikan perasaan takutnya hindari melarangnya dengan mengatakan “Kamu anak laki, anak laki harus berani tidak boleh takut!” Kelima , sayangi anak secara total.

Dengan memberikan anak Anda pelukan, ciuman dan belaian yang hangat sehingga anak merasa diterima dan dicintai apa adanya. Berikan pula pujian pada tempat dan waktu yang tepat dan secara spesifik fokus pada usaha anak.

Selain itu anak harus diajarkan teknik melindungi diri (guideline prevention from sexual abuse). Ketika anak berusia tiga tahun, anak sudah mulai bisa diajarkan untuk menjaga diri dengan memberitahu bagian tubuh khusus atau pribadi yang harus dilindungi dengan baik dan tidak boleh dipegang secara tidak senonoh oleh orang lain.

Berikut teknik yang bisa anda terapkan. Pertama, gunakan nama yang sebenarnya untuk bagian tubuh. Orangtua jangan menyebut bagian tubuh pribadi/private dengan istilah yang dibuat-buat misal, untuk anak laki “burung” dan anak perempuan dompet. Karena hal ini hanya membuat anak merasa ada sesuatu yang aneh atau memalukan tentang bagian tubuhnya. Kedua, ajarkan anak untuk mengenal tiga jenis sentuhan, yaitu: sentuhan baik misal menepuk pundak dan high five, sentuhan kasar misal memukul, menendang dan sentuhan rahasia seperti memegang vagina, penis, payudara dan sebagainya atau diminta untuk memegang, menyentuh bagian pribadi dari orang lain.

Ketiga, tidak ada rahasia dengan orang tua. Ajarkan pada anak bahwa apapun boleh diceritakan kepada Anda dan artinya ini adalah bahwa tidak ada rahasia antara anak-anak dan orang tua. Jika ada orang lain yang meminta anak untuk merahasiakan sesuatu artinya orang tersebut bukan orang baik. Keempat, menghargai dan melindungi diri. Adalah penting untuk mengajarkan anak untuk menghargai orang yang lebih tua/guru dsb dan sekaligus ajarkan anak juga untuk bisa mengatakan tidak dan teriak keras keras jika ada yang berusaha menyentuh bagian pribadi dari tubuhnya.

Kelima, berikan pertanyaan dengan spesifik. Hindari pertanyaan yang membuat anak anda menjawab dengan jawaban “ya” atau “tidak.” Ketika anak anda belum mau menjawab hindari untuk memaksa.

Mengajarkan anak anda untuk tidak bicara dengan orang yang tidak dikenal atau dalam bahasa English “don’t talk to stranger” itu diperlukan. Namun hal ini tidak cukup karena 90% pelaku kekerasan seksual pada anak adalah orang yang dekat yang terdiri dari 30% adalah pihak keluarga dan 60% adalah orang yang dikenal baik oleh anak dan hanya 10% adalah orang asing yang tidak dikenalnya.

Berikut adalah hal yang orangtua seharusnya orangtua lakukan. Pertama, perikasa rekam jejak orang-orang yang akan berada dekat anak anda seperti pengasuh/perawat, pembantu dan supir. Kedua, ketika anak bercerita kalau dia menjadi favorit guru dan merasa disayang, anda harus waspada. Ketiga, perhatikan jika ada pihak yang sudah dewasa tetapi senang berperilaku seperti anak-anak dan meluangkan waktu lebih banyak dengan anak-anak daripada dengan orang seusianya. Keempat, ketahuilah bahwa kebanyakan pelaku kekerasan seksual pada anak adalah laki-laki.

Di mana korban bisa saja anak laki dan perempuan. Kebanyakan pelaku kekerasan seksual ini juga mengalami kekerasan di masa lalunya dan bisa kekerasan fisik, emosional dan seksual. Kelima, ketika anak Anda menunjukkan perubahan perilaku, misal seperti takut ke sekolah, atau mimpi buruk, sering marah dan ketakutan dan tidak mau ditinggal sendiri, segera luangkan waktu untuk lebih melakukan observasi. Lakukan dialog dengan anak melalui pendekatan cerita tanpa memaksa dan menakut-nakuti.

Luangkan waktu untuk menemaninya mandi dan melihat bagian-bagian tubuh dan jika ada yang mencurigakan lebih baik Anda ajak untuk pemeriksaan lebih jauh ke dokter anak dan jika terbukti anak Anda mengalami korban kekerasan seksual, segeralah untuk melakukan konseling dengan ahlinya supaya anak Anda terbebas dari trauma tersebut. Pelaku kekerasan seksual ada di mana-mana dan kita sebagai orang tua tidak selalu bisa mengontrol anak setiap saat. Yang bisa kita lakukan adalah mengedukasi anak supaya anak bisa melakukan perlindungan diri dengan baik sehingga tidak menjadi korban. Dan lebih baik kita mencurigai hal yang sepertinya tidak wajar dan salah “false positive” dari pada merasa semuanya aman dan baik dan ternyata kita salah.

HANNY MUCHTAR
Darta-EI Parenting Consultant,
PSYCH-K Practitioner,
Vancouver, Kanada
(hyk)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4609 seconds (0.1#10.140)