2018, Panggung Dunia untuk Indonesia
A
A
A
Krisjanuardi Aditomo
Asisten Manajer, Bank Indonesia
BEBERAPA waktu lalu, sebuah video viral di media sosial. Suasana dalam video tersebut terlihat riuh. Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Retno Marsudi dikelilingi oleh orang-orang dari berbagai negara. Mereka sedang memberikan selamat kepada Retno.
Yup, video yang dimaksud adalah video ketika Indonesia terpilih menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB (non-permanent member to the UN Security Council) untuk periode 2019-2020. Indonesia terpilih bersama keempat negara lainnya, yaitu: Jerman, Belgia, Afrika Selatan, dan Republik Dominika.
Pemilihan tersebut berlangsung dalam United Nations General Assembly ke-72 pada Juni 2018. Dengan terpilihnya Indonesia, maka negara berpenduduk 270 juta jiwa ini telah terpilih sebanyak empat kali untuk duduk sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB.
Dalam waktu kurang dari 2 bulan usai peristiwa tersebut, Indonesia menyambut kedatangan ribuan orang dari 45 negara Asia. Mereka berpartisipasi dalam Asian Games yang dibuka pada 18 Agustus 2018.
Penyelenggaraan Asian Games ini menjadi kesempatan bagi Indonesia membuktikan mampu untuk menyelenggarakan event olahraga berkelas dunia.
Terpilihnya Indonesia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB dan tuan rumah Asian Games ke-18 merupakan hal yang cukup besar. Dua kejadian ini sudah cukup memberikan spotlight untuk Indonesia tampil di panggung dunia. Kita bisa menunjukkan bahwa Indonesia tidak bisa dipandang sebelah mata.
Meskipun demikian, kita tidak boleh berhenti sampai di situ saja. Ada satu gelaran international lagi yang diselenggarakan di Indonesia dengan skala jauh lebih besar. Acara yang akan berlangsung di Bali tersebut bertajuk International Monetary Fund and the World Bank Annual Meetings 2018, atau yang dikenal dengan julukan IMF-WB Annual Meeting 2018.
Setiap tahunnya, International Monetary Fund (IMF) dan World Bank (WB) bertemu 2 kali setahun. Kedua pertemuan tersebut digelar pada musim semi (Spring Meetings of the IMP and the WB Group) dan musim gugur (Annual Meetings of the IMP and the WB Group).
Pada IMF-WB Annual Meeting 2015 di Peru, Indonesia ditetapkan sebagai tuan rumah IMF-WB Annual Meeting 2018. Rencananya, ajang besar tersebut akan diselenggarakan di Nusa Dua, Bali pada 8 hingga 14 Oktober 2018 mendatang.
Sebanyak 15.000 peserta akan bertandang ke Pulau Dewata. Mereka terdiri dari delegasi 189 negara anggota IMF dan WB, awak media massa, representatif dari pelaku usaha, akademisi, civil society organizations, serta pihak terkait lainnya. Mereka akan berkumpul dalam satu tempat dengan satu misi: membuat dunia menjadi lebih baik.
IMF-WB Annual Meeting 2018 akan menjadi acara yang sangat besar. Tidak hanya pertemuan dan konferensi pers semata. IMF-WB Annual Meeting juga akan menggelar acara-acara pengenalan budaya Indonesia ke muka dunia.
Misalnya The Colours of Indonesia. Pertunjukan kolosal tersebut akan menampilkan kekayaan alam dan budaya Indonesia kepada para tamu. Sajian ini akan diselenggarakan di pelataran Garuda Wisnu Kencana.
Selain itu, ada juga Indonesia Pavillion. Acara ini akan menghadirkan pameran kerajinan tangan Indonesia, booth wisata, dan pameran proyek infrastruktur. Juga ada Food Festival yang akan menghadirkan berbagai makanan khas Indonesia.
Tak lupa juga Cultural Show. Ajang ini mempertunjukkan beragam tarian tradisional dan musik etnik dari berbagai daerah di Indonesia. Turut hadir sebagai bagian budaya adalah film dokumenter dan seni kontemporer Indonesia. Seni tersebut akan tampil di ajang kebudayaan ini.
Meskipun demikian, besarnya cakupan IMF-WB Annual Meeting 2018 ini ternyata menuai beragam komentar dari rakyat Indonesia sendiri. Ada yang positif, ada juga yang kurang suportif. Salah satu yang menjadi sorotan tajam adalah soal biaya.
Perhelatan akbar tentu tidak menghabiskan biaya yang sedikit. Namun, dalam menilai sesuatu, tentunya kita tidak bisa hanya menilai dari biaya yang dikeluarkan semata. Kita juga harus melihat manfaat yang bisa kita dapatkan dari biaya yang kita keluarkan tersebut.
Manfaat yang paling jelas adalah manfaat ekonomi. Biaya yang dikeluarkan untuk penyelenggaraan acara, akan menjadi pemasukan bagi masyarakat Indonesia. Misalnya saja biaya akomodasi, konsumsi, dan transportasi. Praktis, biaya-biaya tersebut akan jadi berkah bagi penyedia jasa penginapan, catering, penyewaan mobil, dan jasa terkait lainnya di Bali.
Potensi yang cukup besar besar lainnya hadir dari manfaat ekonomi sektor pariwisata. Bayangkan, sebagian besar dari 15.000 peserta IMF-WB Annual Meeting 2018 merupakan pendatang dari luar negeri.
Dapat dipastikan, selain menghadiri meeting, mereka juga hadir untuk menikmati keindahan Indonesia, khususnya Bali. Tentunya, hal ini berpotensi menjadi pemasukan yang sangat besar dari sektor pariwisata turis mancanegara.
“Ah, paling yang merasakan itu cuma sektor wisata di Bali,” mungkin ada yang berpendapat demikian. Padahal, tidak menutup kemungkinan bahwa para peserta IMF-WB Annual Meeting 2018 juga akan berwisata ke daerah lainnya di sekitar Bali.
Oleh karena itu, guna mendistribusikan manfaat ekonomi dari IMF-WB Annual Meeting 2018 ke wilayah lainnya di luar Bali, pemerintah pusat sudah menyiapkan 6 daerah tujuan wisata selain Pulau Dewata. Keenam tujuan wisata tersebut, yaitu: Lombok, Komodo, Yogyakarta, Tana Toraja, Danau Toba, dan Banyuwangi.
Persiapan ini dilakukan dengan membangun infrastruktur di keenam wilayah tersebut. Harapannya, destinasi wisata tersebut siap untuk menyambut turis mancanegara para peserta IMF-WB Annual Meeting dengan baik. Lebih dari itu, destinasi wisata terseput dapat memikat para turis mancanegara tersebut untuk kembali lagi ke Indonesia, baik untuk berwisata atau bahkan berinvestasi pada masa mendatang.
Di samping pemasukan sektor pariwisata selama acara, potensi kembalinya para peserta ke Indonesia pada masa depan juga perlu dihitung sebagai manfaat dari penyelenggaraan IMF-WB Annual Meeting 2018 ini.
Barangkali, butuh usaha untuk menguantifikasi potensi-potensi di masa depan tersebut. Hal tersebut bukannya tidak mungkin. Oleh karena itu, kehadiran 15.000 orang di Bali membuat kita bercermin bahwa IMF-WB Annual Meeting 2018 berpotensi mendatangkan manfaat yang besar, bahkan lebih besar dari biaya yang dikeluarkan untuk ajang besar tersebut.
Barangkali, biaya penyelenggaraan Annual Meeting bisa kita anggap sebagai “investasi”. Oleh karena itu, kita sebagai bangsa Indonesia, perlu mendukung pelaksanaan IMF-WB Annual Meeting 2018. Harapannya, gelaran tersebut bisa menunjukkan versi terbaik Indonesia kepada dunia.
Kita harus bisa mengoptimalkan dan memanfaatkan momen-momen pada 2018 ini dengan baik. Bagaimana pun, 2018 adalah panggungnya Indonesia. Dan, kita harus mampu memanfaatkannya.
(Tulisan merupakan pendapat pribadi, tidak mencerminkan kebijakan institusi tempat penulis bekerja)
Asisten Manajer, Bank Indonesia
BEBERAPA waktu lalu, sebuah video viral di media sosial. Suasana dalam video tersebut terlihat riuh. Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Retno Marsudi dikelilingi oleh orang-orang dari berbagai negara. Mereka sedang memberikan selamat kepada Retno.
Yup, video yang dimaksud adalah video ketika Indonesia terpilih menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB (non-permanent member to the UN Security Council) untuk periode 2019-2020. Indonesia terpilih bersama keempat negara lainnya, yaitu: Jerman, Belgia, Afrika Selatan, dan Republik Dominika.
Pemilihan tersebut berlangsung dalam United Nations General Assembly ke-72 pada Juni 2018. Dengan terpilihnya Indonesia, maka negara berpenduduk 270 juta jiwa ini telah terpilih sebanyak empat kali untuk duduk sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB.
Dalam waktu kurang dari 2 bulan usai peristiwa tersebut, Indonesia menyambut kedatangan ribuan orang dari 45 negara Asia. Mereka berpartisipasi dalam Asian Games yang dibuka pada 18 Agustus 2018.
Penyelenggaraan Asian Games ini menjadi kesempatan bagi Indonesia membuktikan mampu untuk menyelenggarakan event olahraga berkelas dunia.
Terpilihnya Indonesia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB dan tuan rumah Asian Games ke-18 merupakan hal yang cukup besar. Dua kejadian ini sudah cukup memberikan spotlight untuk Indonesia tampil di panggung dunia. Kita bisa menunjukkan bahwa Indonesia tidak bisa dipandang sebelah mata.
Meskipun demikian, kita tidak boleh berhenti sampai di situ saja. Ada satu gelaran international lagi yang diselenggarakan di Indonesia dengan skala jauh lebih besar. Acara yang akan berlangsung di Bali tersebut bertajuk International Monetary Fund and the World Bank Annual Meetings 2018, atau yang dikenal dengan julukan IMF-WB Annual Meeting 2018.
Setiap tahunnya, International Monetary Fund (IMF) dan World Bank (WB) bertemu 2 kali setahun. Kedua pertemuan tersebut digelar pada musim semi (Spring Meetings of the IMP and the WB Group) dan musim gugur (Annual Meetings of the IMP and the WB Group).
Pada IMF-WB Annual Meeting 2015 di Peru, Indonesia ditetapkan sebagai tuan rumah IMF-WB Annual Meeting 2018. Rencananya, ajang besar tersebut akan diselenggarakan di Nusa Dua, Bali pada 8 hingga 14 Oktober 2018 mendatang.
Sebanyak 15.000 peserta akan bertandang ke Pulau Dewata. Mereka terdiri dari delegasi 189 negara anggota IMF dan WB, awak media massa, representatif dari pelaku usaha, akademisi, civil society organizations, serta pihak terkait lainnya. Mereka akan berkumpul dalam satu tempat dengan satu misi: membuat dunia menjadi lebih baik.
IMF-WB Annual Meeting 2018 akan menjadi acara yang sangat besar. Tidak hanya pertemuan dan konferensi pers semata. IMF-WB Annual Meeting juga akan menggelar acara-acara pengenalan budaya Indonesia ke muka dunia.
Misalnya The Colours of Indonesia. Pertunjukan kolosal tersebut akan menampilkan kekayaan alam dan budaya Indonesia kepada para tamu. Sajian ini akan diselenggarakan di pelataran Garuda Wisnu Kencana.
Selain itu, ada juga Indonesia Pavillion. Acara ini akan menghadirkan pameran kerajinan tangan Indonesia, booth wisata, dan pameran proyek infrastruktur. Juga ada Food Festival yang akan menghadirkan berbagai makanan khas Indonesia.
Tak lupa juga Cultural Show. Ajang ini mempertunjukkan beragam tarian tradisional dan musik etnik dari berbagai daerah di Indonesia. Turut hadir sebagai bagian budaya adalah film dokumenter dan seni kontemporer Indonesia. Seni tersebut akan tampil di ajang kebudayaan ini.
Meskipun demikian, besarnya cakupan IMF-WB Annual Meeting 2018 ini ternyata menuai beragam komentar dari rakyat Indonesia sendiri. Ada yang positif, ada juga yang kurang suportif. Salah satu yang menjadi sorotan tajam adalah soal biaya.
Perhelatan akbar tentu tidak menghabiskan biaya yang sedikit. Namun, dalam menilai sesuatu, tentunya kita tidak bisa hanya menilai dari biaya yang dikeluarkan semata. Kita juga harus melihat manfaat yang bisa kita dapatkan dari biaya yang kita keluarkan tersebut.
Manfaat yang paling jelas adalah manfaat ekonomi. Biaya yang dikeluarkan untuk penyelenggaraan acara, akan menjadi pemasukan bagi masyarakat Indonesia. Misalnya saja biaya akomodasi, konsumsi, dan transportasi. Praktis, biaya-biaya tersebut akan jadi berkah bagi penyedia jasa penginapan, catering, penyewaan mobil, dan jasa terkait lainnya di Bali.
Potensi yang cukup besar besar lainnya hadir dari manfaat ekonomi sektor pariwisata. Bayangkan, sebagian besar dari 15.000 peserta IMF-WB Annual Meeting 2018 merupakan pendatang dari luar negeri.
Dapat dipastikan, selain menghadiri meeting, mereka juga hadir untuk menikmati keindahan Indonesia, khususnya Bali. Tentunya, hal ini berpotensi menjadi pemasukan yang sangat besar dari sektor pariwisata turis mancanegara.
“Ah, paling yang merasakan itu cuma sektor wisata di Bali,” mungkin ada yang berpendapat demikian. Padahal, tidak menutup kemungkinan bahwa para peserta IMF-WB Annual Meeting 2018 juga akan berwisata ke daerah lainnya di sekitar Bali.
Oleh karena itu, guna mendistribusikan manfaat ekonomi dari IMF-WB Annual Meeting 2018 ke wilayah lainnya di luar Bali, pemerintah pusat sudah menyiapkan 6 daerah tujuan wisata selain Pulau Dewata. Keenam tujuan wisata tersebut, yaitu: Lombok, Komodo, Yogyakarta, Tana Toraja, Danau Toba, dan Banyuwangi.
Persiapan ini dilakukan dengan membangun infrastruktur di keenam wilayah tersebut. Harapannya, destinasi wisata tersebut siap untuk menyambut turis mancanegara para peserta IMF-WB Annual Meeting dengan baik. Lebih dari itu, destinasi wisata terseput dapat memikat para turis mancanegara tersebut untuk kembali lagi ke Indonesia, baik untuk berwisata atau bahkan berinvestasi pada masa mendatang.
Di samping pemasukan sektor pariwisata selama acara, potensi kembalinya para peserta ke Indonesia pada masa depan juga perlu dihitung sebagai manfaat dari penyelenggaraan IMF-WB Annual Meeting 2018 ini.
Barangkali, butuh usaha untuk menguantifikasi potensi-potensi di masa depan tersebut. Hal tersebut bukannya tidak mungkin. Oleh karena itu, kehadiran 15.000 orang di Bali membuat kita bercermin bahwa IMF-WB Annual Meeting 2018 berpotensi mendatangkan manfaat yang besar, bahkan lebih besar dari biaya yang dikeluarkan untuk ajang besar tersebut.
Barangkali, biaya penyelenggaraan Annual Meeting bisa kita anggap sebagai “investasi”. Oleh karena itu, kita sebagai bangsa Indonesia, perlu mendukung pelaksanaan IMF-WB Annual Meeting 2018. Harapannya, gelaran tersebut bisa menunjukkan versi terbaik Indonesia kepada dunia.
Kita harus bisa mengoptimalkan dan memanfaatkan momen-momen pada 2018 ini dengan baik. Bagaimana pun, 2018 adalah panggungnya Indonesia. Dan, kita harus mampu memanfaatkannya.
(Tulisan merupakan pendapat pribadi, tidak mencerminkan kebijakan institusi tempat penulis bekerja)
(mhd)