Rumah untuk Pekerja

Kamis, 30 Agustus 2018 - 07:35 WIB
Rumah untuk Pekerja
Rumah untuk Pekerja
A A A
Timboel Siregar
Koordinator Advokasi BPJS Watch dan Sekjen OPSI (Organisasi Pekerja Seluruh Indonesia)

TANGGAL 25 Agustus la­­lu diperingati se­ba­­­gai Hari Pe­ru­mah­­­an Nasional (Ha­­per­nas). Tema Hapernas ta­hun ini adalah “Mewujudkan Ru­­mah Rak­yat Berkualitas”. De­ngan te­ma ini pemerintah meng­­­ajak se­l­uruh pemangku ke­­pen­ting­an pe­ru­mahan me­m­be­­ri­kan per­­ha­ti­an terhadap kua­­litas ru­mah yang dibangun.

Ten­­tunya mo­­men­tum H­a­per­nas ini juga men­­do­rong per­ce­pat­­an pen­ca­pai­an Progr­­am Sa­tu Juta Rumah yang di­c­a­nang­kan Pre­siden Joko Wi­­do­do pada 29 April 2015 lalu. Me­­nurut da­ta Ke­menterian Pe­ker­­jaan Umum dan Perumahan Rak­­yat (PUPR), per 20 Agustus 2018 ca­pai­an pem­bangunan ru­mah ­ta­hun ini su­dah sampai 582.638 unit ru­mah dengan kom­­posisi 68% ada­lah rumah un­­tuk ma­sya­ra­kat ber­pen­g­ha­sil­­an ren­dah (MBR) dan 32% un­tuk non-MBR.

Khusus untuk penyediaan pe­­rumahan bagi MBR, pe­me­rin­­tah dan DPR telah me­nge­sah­­kan UU No 4 Tahun 2016 ten­­tang Ta­bungan Perumahan Rak­­­yat (UU Ta­pera). Adapun tu­­ju­an ha­dir­nya UU Tapera ini ada­­­lah meng­himpun dan me­nye­­­diakan dana mu­rah jang­ka pan­jang yang ber­­ke­lan­jut­­an un­tuk pem­biayaan perumahan da­lam rang­ka memenuhi ke­bu­tuh­­­an rumah yang l­a­y­ak dan ter­jangkau ba­gi peserta.

Seluruh pekerja formal dan pe­k­erja mandiri yang ber­­peng­ha­silan minimal se­besar upah mi­­nimum wa­jib menjadi p­e­ser­ta dan bagi pekerja man­­d­iri yang me­mi­liki upah di bawah upah mi­nimum dapat menjadi peserta. Usia minimal pekerja yang ber­hak menjadi peserta ada­­lah 20 tahun. Tentunya ke­ha­­diran UU Tapera ini dapat mem­­bantu pe­kerja memiliki ru­­mah.

Fak­ta­nya masih banyak pe­­kerja yang be­­lum memiliki ru­­mah sehing­ga ha­rus me­ngon­­trak rumah atau ting­gal ber­­sama orang tua, bia­ya kon­­trak rumah relatif cu­kup be­sar se­­kitar 25% dari upah mi­­ni­mum (OPSI, 2015) dan pe­kerja ma­sih sulit mendapatkan aks­es pin­jaman perumahan dari perbankan.

Mengacu pada Pasal 80-82 UU Tapera, seharusnya Ta­pe­ra su­dah beroperasi saat ini. UU Ta­pera diundangkan pada 24 Ma­ret 2016, maka se­ha­rus­nya Ta­pera sudah be­r­ope­rasi sejak 24 Maret 2018 lalu. Mengapa Ta­pera hingga saat ini belum beroperasi?

RPP Penyelenggaraan Tapera
Pelaksanaan UU Tapera hing­­ga saat ini belum berjalan ka­­rena pemerintah belum me­nye­­lesaikan peraturan pe­lak­sa­­na­nya dan belum me­m­ben­tuk Ba­dan Pengelola (BP) Ta­pe­ra. Sa­lah satu peraturan pe­lak­sana yang belum selesai di­buat ada­lah Peraturan Pe­me­rin­tah (PP) ten­tang Pe­nye­leng­ga­raan Ta­pe­ra. Saat ini pemerintah masih te­rus mem­bahas Rancangan PP Pe­nyelenggaraan (RPP) Tapera.

Yang menjadi peng­hambat pe­nyelesaian RPP Pe­nye­leng­ga­ra­an Tapera adalah masalah iuran. Iuran yang dirancang da­lam draf RPP ter­sebut adalah 3% dengan ke­wajiban pemberi ker­ja mengiur 0,5% dan pekerja 2,5% dari upah. Kalangan Aso­sia­si Peng­usaha Indonesia (Apin­­do) ke­be­rat­an mengiur ka­re­na alokasi iuran untuk ja­min­an sosial se­lama ini sudah cu­kup besar, ya­itu berkisar 10,24-11,74% dari upah per bu­lan, dan dalam kon­disi ekonomi yang belum stabil saat ini biaya pro­duksi akan berpotensi terus meningkat.

Demikian juga kalangan pe­ker­ja keberatan mengiur ka­re­na tidak semua pekerja akan mem­peroleh manfaat Tapera. Pa­sal 27 ayat (1) UU Tapera men­­sya­rat­kan peserta yang ber­hak men­da­pat­kan pem­bia­ya­an perumahan ada­lah me­re­ka yang be­­lum me­mi­liki rumah dan atau ter­masuk go­longan MBR. Ada­pun kriteria MBR akan diatur da­lam Per­atur­an BP Ta­pera.

Ini ar­tinya semua pe­­ker­ja formal wa­j­ib mengiur, tapi ti­dak semua pe­kerja formal ber­­hak men­da­pat­kan manfaat Ta­­pe­ra ini. Ti­dak hanya itu, hasil pe­­mu­puk­annya dari dana sim­pan­­an tidak di­jamin di atas suku bu­­nga rata-rata deposito bank pe­merintah se­per­­ti yang di­ber­la­ku­kan pada Program Ja­min­an Hari Tua (JHT) di BPJS Ketenagakerjaan.

Sebenarnya pem­­biayaan pe­ru­mah­an bagi pekerja formal su­dah di­­fasilitasi Peraturan Men­­teri Ketenagakerjaan (Pe­r­me­na­ker) No 35 Tahun 2016 ten­tang Tata Cara Pemberian, Per­­sya­ratan dan Jenis Man­faat La­­yanan Tambahan da­lam Prog­­ram JHT.

Pekerja for­mal yang memegang kartu JHT di BPJS Ketenagakerjaan ber­hak men­­dapatkan fasilitas pem­­bia­­ya­an perumahan, ya­itu be­ru­pa pin­jaman uang mu­ka pe­ru­­mah­an (PUMP), kredit pe­­mi­likan ru­mah (KPR), dan pin­­jaman re­n­o­vasi pe­ru­mah­an (PRP).

Fa­si­li­tas pem­bia­ya­an pe­rumahan ter­sebut di­lak­sa­­na­kan bank pe­nya­lur yang te­­lah bekerja sama de­ngan BPJS Ke­tenagakerjaan. Fa­si­li­tas pem­­b­iayaan ini ter­bu­ka un­tuk se­mua pekerja formal tan­­pa ha­rus dibatasi oleh kri­te­­ria MBR ataupun usia pe­ser­ta mi­ni­mal 20 tahun. Tent­u­nya ke­ha­­diran fasilitas ini akan men­do­rong pe­ning­kat­an ke­peser­ta­an JHT pada BPJS Ketenagakerjaan.

Bila melihat dua regulasi di atas, memang ada tumpang tin­­dih. Meski demikian ke­tia­da­an per­syaratan kriteria MBR atau mi­nimal usia pe­ser­­ta 20 tahun pa­da Pe­r­me­na­ker No 35 akan mem­buka ak­ses le­bih besar bagi pekerja un­tuk men­dapatkan f­a­si­litas pem­­biayaan perumahan da­ri­pada pekerja harus ikut di UU Tapera.

Atas persoalan tumpang tin­dih tersebut saat ini pemerintah se­dang berusaha me­nyin­kron­kan­nya, yaitu memadukan me­ka­nisme pembiayaan pada UU Ta­pera dan Permenaker No 35 Ta­hun 2016. Menurut saya, pe­me­rintah harus berhati-hati da­lam menyinkronisasi kedua ­re­gu­lasi tersebut.

Jangan sam­pai pe­merintah melanggar Pa­sal 49 ayat (2) UU No 40 T­a­hun 2004 ten­tang SJSN yang melarang ada­­nya subsidi silang an­ta­r­­prog­­ram dengan mem­ba­yarkan man­faat suatu prog­ram dari da­na prog­ram lain. Hasil investasi Prog­­ram JHT merupakan hak pe­kerja yang ti­dak boleh di­alih­kan un­tuk menjadi iuran pada UU Tapera.

Saya mendorong agar RPP Pe­­nyelenggaraan Tapera se­­ge­ra di­selesaikan dengan ti­tik te­­mu­­nya pada pemisahan ke­­pe­ser­­ta­an. Bila pekerja su­dah meng­­ikuti Program JHT di BPJS Ketenagakerjaan, me­re­­ka tidak lagi diwajibkan ikut UU Tapera. Permenaker No 35 Ta­­hun 2016 dan UU Tapera sa­­ling melengkapi saja.

Yang pen­­ting adalah seluruh pe­ker­ja memiliki kemudahan da­lam meng­akses pembiayaan pe­r­­u­mah­an untuk mendu­kung k­e­se­jahteraannya. Di­ha­rapkan de­ngan kemudahan ak­ses ter­sebut Program Satu Ju­ta Ru­mah akan mudah ter­ca­pai tiap tahunnya.
(thm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8398 seconds (0.1#10.140)