Selebritas di Pusaran Narkoba
A
A
A
Bagong Suyanto
Guru Besar FISIP Universitas Airlangga
Daftar artis yang tertangkap tangan mengonsumsi narkoba makin panjang. Dalam seminggu terakhir, paling tidak ada tiga artis yang ditangkap aparat karena terlibat dalam praktik penyalahgunaan narkoba. Dhawiya Zaida, anak penyanyi dangdut legendaris Elvy Sukaesih, Roro Fitria, dan Fachri Albar dicokok polisi karena terbukti mengonsumsi narkoba.
Sebelumnya polisi juga panen menangkap sejumlah artis lain yang terjerat perangkap narkoba. Nama-nama seperti Jennifer Dunn, Tio Pakusadewo, rapper Iwa K, Ridho Rhoma, Pretty Asmara, Ammar Zoni, Ello adalah sederetan artis yang masuk dalam pusaran pengaruh narkoba.
Sejak 2017, dilaporkan paling tidak ada 16 selebritas yang terjerat narkoba. Para artis itu adalah bagian dari sekitar 5 juta pengguna dan pecandu narkoba di Tanah Air yang tidak mampu menahan godaan bandar dan pengedar narkoba.
Bagi masyarakat umum, berita tentang artis yang tertangkap tangan mengonsumsi narkoba belakangan ini tidak lagi menjadi berita yang mengagetkan. Jika di masa lalu penyalahgunaan narkoba identik dilakukan oleh artis penyanyi musik cadas atau rocker yang garang, kini masyarakat menjadi makin terbiasa melihat para artis yang tampak lugu pun ternyata adalah pecandu narkoba.
Perkembangan zaman dan pengaruh lingkungan sosial para artis yang serba-gemerlap dan berorientasi pada kehidupan artis mancanegara tampaknya menjadi salah satu faktor yang membuat artis-artis kita di era posmodern seperti sekarang ini berubah gaya hidupnya.
Faktor Penyebab
Meski makin banyak artis yang tertangkap dan polisi juga makin gencar melakukan berbagai operasi pemberantasan narkoba, alih-alih kapok, dalam kenyataan pengguna narkoba justru makin besar jumlahnya. Menurut catatan Polda Metro Jaya, jika pada 2016 berhasil diungkap 5.563 kasus penyalahgunaan narkoba, pada 2017 justru angkanya naik menjadi 6.096 kasus.
Potensi kerugian yang mesti ditanggung masyarakat dan negara akibat praktik penyalahgunaan narkoba diperkirakan sangat besar, yakni mencapai 63,1 triliun rupiah.
Keterlibatan sejumlah artis dalam praktik penyalahgunaan narkoba tentu sangat memprihatinkan. Para artis itu pasti sudah paham bahwa narkoba akan dapat membunuh karier mereka di dunia hiburan. Tidak sedikit artis yang pernah tertangkap tangan menyalahgunakan narkoba, mereka ternyata kembali mengulang kesalahan yang sama.
Kambuh kembali menjadi pecandu meski mereka sudah merasakan tidak enaknya tinggal di balik jeruji penjara. Berikut ini sejumlah faktor yang menjadi penyebab kenapa para artis mudah tergoda perangkap narkoba.
Pertama berkaitan dengan ketidakmampuan artis untuk mengelola sisi psikologisnya dalam menjalani kehidupan sebagai figur publik yang terkenal. Dengan alasan tuntutan pekerjaan yang menumpuk dan intens, sejumlah artis akhirnya memilih jalan pintas untuk mengatasi masalah yang mereka hadapi. Atas nama kebutuhan menjaga stamina, kreativitas, dan lain-lain, tidak sedikit artis yang merasa bahwa membenamkan diri pada penggunaan narkoba akan membuat mereka mampu tampil prima.
Kedua berkaitan dengan gaya hidup dan godaan dunia malam yang acap kali jadi bagian dari pekerjaan para artis. Sudah bukan rahasia lagi bahwa dalam rangka menjalankan pekerjaan dan menjalin relasi, para artis mau tidak mau harus terbiasa menjalani kehidupan malam.
Terlibat dalam pesta-pesta di antara selebritas dan clubbing adalah bagian dari rutinitas yang biasa dijalani seorang artis. Padahal di zona-zona remang-remang seperti itulah selama ini yang menjadi salah satu habitat subur bagi peredaran narkoba. Artis yang tak kuat iman jangan heran jika dalam tempo cepat akan larut dalam gaya hidup yang kebablasan dan kemudian terperangkap dalam pengaruh narkoba yang memang menggoda.
Ketiga berkaitan dengan posisi artis yang terbiasa bergelimang harta dan karena itu menjadi salah satu target potensial para pengedar atau bandar narkoba. Seorang artis yang sekali tampil menyanyi atau bermain di sinetron memperoleh honor puluhan atau ratusan juta rupiah atau artis yang kebetulan menjadi simpanan pejabat atau pengusaha kaya biasanya akan mudah tergoda untuk membeli narkoba karena mereka memiliki uang lebih untuk itu.
Bisa saja pada awalnya mereka memperoleh sampel gratis dari para pengedar. Tapi ketika sudah kecanduan, mau tidak mau mereka harus menguras harta miliknya untuk menuruti kebutuhan dan ketergantungan mereka pada narkoba. Pada titik inilah biasanya artis yang sudah kecanduan akan makin tergantung dan berpotensi berubah dari pemakai menjadi pengedar narkoba.
Keempat berkaitan dengan efek psikologis dan sensasi yang ditawarkan bagi pengguna narkoba. Selama ini sudah bukan rahasia lagi, orang-orang yang berpikiran pendek berani mencoba narkoba hingga akhirnya kecanduan karena mereka sudah merasakan sensasi yang luar biasa.
Berbeda dengan heroin, ganja, dan sejenisnya yang menimbulkan efek fisik bagi pecandu, para artis mungkin merasa bahwa dengan mengonsumsi narkoba jenis psikotropika seperti sabu-sabu atau ineks akan membuat mereka tidak ketagihan. Padahal, meski mungkin efek ketergantungan secara fisik tidak terlalu kentara, ketergantungan secara psikologis akan membuat para artis itu tak ubahnya seperti pecandu yang sulit melepaskan diri layaknya pengguna ganja, heroin, dan sebagainya.
Pengawasan Sesama Artis
Memberantas penyalahgunaan narkoba di kalangan artis sebetulnya tidak terlalu sulit. Dengan memotong mata rantai pemasok narkoba yang kemungkinan akan mudah dideteksi aparat dan mengawasi secara ketat kehidupan sehari-hari para artis, kemungkinan untuk mencegah agar tidak muncul korban-korban baru pecandu di kalangan artis tidak mustahil dapat dilakukan.
Tapi masalahnya adalah apakah sumber daya manusia dan dana yang dimiliki aparat kepolisian cukup untuk melakukan hal ini? Di luar para artis, aparat tentu juga bertanggung jawab untuk menangani kasus penyalahgunaan narkoba yang secara kuantitatif jumlahnya pasti jauh lebih besar daripada hanya di kalangan artis.
Untuk memastikan agar tidak ada lagi artis yang menjadi pecandu narkoba, ada baiknya jika di kalangan artis muncul inisiatif yang serius untuk ikut terlibat memantau dan melakukan pengawasan terhadap kemungkinan anggotanya terjerumus menjadi pecandu narkoba. Mencegah agar artis tidak masuk dalam pusaran narkoba, menurut saya, adalah bagian dari tanggung jawab bersama para artis itu sendiri untuk menyelamatkan masa depan rekan-rekan mereka.
Guru Besar FISIP Universitas Airlangga
Daftar artis yang tertangkap tangan mengonsumsi narkoba makin panjang. Dalam seminggu terakhir, paling tidak ada tiga artis yang ditangkap aparat karena terlibat dalam praktik penyalahgunaan narkoba. Dhawiya Zaida, anak penyanyi dangdut legendaris Elvy Sukaesih, Roro Fitria, dan Fachri Albar dicokok polisi karena terbukti mengonsumsi narkoba.
Sebelumnya polisi juga panen menangkap sejumlah artis lain yang terjerat perangkap narkoba. Nama-nama seperti Jennifer Dunn, Tio Pakusadewo, rapper Iwa K, Ridho Rhoma, Pretty Asmara, Ammar Zoni, Ello adalah sederetan artis yang masuk dalam pusaran pengaruh narkoba.
Sejak 2017, dilaporkan paling tidak ada 16 selebritas yang terjerat narkoba. Para artis itu adalah bagian dari sekitar 5 juta pengguna dan pecandu narkoba di Tanah Air yang tidak mampu menahan godaan bandar dan pengedar narkoba.
Bagi masyarakat umum, berita tentang artis yang tertangkap tangan mengonsumsi narkoba belakangan ini tidak lagi menjadi berita yang mengagetkan. Jika di masa lalu penyalahgunaan narkoba identik dilakukan oleh artis penyanyi musik cadas atau rocker yang garang, kini masyarakat menjadi makin terbiasa melihat para artis yang tampak lugu pun ternyata adalah pecandu narkoba.
Perkembangan zaman dan pengaruh lingkungan sosial para artis yang serba-gemerlap dan berorientasi pada kehidupan artis mancanegara tampaknya menjadi salah satu faktor yang membuat artis-artis kita di era posmodern seperti sekarang ini berubah gaya hidupnya.
Faktor Penyebab
Meski makin banyak artis yang tertangkap dan polisi juga makin gencar melakukan berbagai operasi pemberantasan narkoba, alih-alih kapok, dalam kenyataan pengguna narkoba justru makin besar jumlahnya. Menurut catatan Polda Metro Jaya, jika pada 2016 berhasil diungkap 5.563 kasus penyalahgunaan narkoba, pada 2017 justru angkanya naik menjadi 6.096 kasus.
Potensi kerugian yang mesti ditanggung masyarakat dan negara akibat praktik penyalahgunaan narkoba diperkirakan sangat besar, yakni mencapai 63,1 triliun rupiah.
Keterlibatan sejumlah artis dalam praktik penyalahgunaan narkoba tentu sangat memprihatinkan. Para artis itu pasti sudah paham bahwa narkoba akan dapat membunuh karier mereka di dunia hiburan. Tidak sedikit artis yang pernah tertangkap tangan menyalahgunakan narkoba, mereka ternyata kembali mengulang kesalahan yang sama.
Kambuh kembali menjadi pecandu meski mereka sudah merasakan tidak enaknya tinggal di balik jeruji penjara. Berikut ini sejumlah faktor yang menjadi penyebab kenapa para artis mudah tergoda perangkap narkoba.
Pertama berkaitan dengan ketidakmampuan artis untuk mengelola sisi psikologisnya dalam menjalani kehidupan sebagai figur publik yang terkenal. Dengan alasan tuntutan pekerjaan yang menumpuk dan intens, sejumlah artis akhirnya memilih jalan pintas untuk mengatasi masalah yang mereka hadapi. Atas nama kebutuhan menjaga stamina, kreativitas, dan lain-lain, tidak sedikit artis yang merasa bahwa membenamkan diri pada penggunaan narkoba akan membuat mereka mampu tampil prima.
Kedua berkaitan dengan gaya hidup dan godaan dunia malam yang acap kali jadi bagian dari pekerjaan para artis. Sudah bukan rahasia lagi bahwa dalam rangka menjalankan pekerjaan dan menjalin relasi, para artis mau tidak mau harus terbiasa menjalani kehidupan malam.
Terlibat dalam pesta-pesta di antara selebritas dan clubbing adalah bagian dari rutinitas yang biasa dijalani seorang artis. Padahal di zona-zona remang-remang seperti itulah selama ini yang menjadi salah satu habitat subur bagi peredaran narkoba. Artis yang tak kuat iman jangan heran jika dalam tempo cepat akan larut dalam gaya hidup yang kebablasan dan kemudian terperangkap dalam pengaruh narkoba yang memang menggoda.
Ketiga berkaitan dengan posisi artis yang terbiasa bergelimang harta dan karena itu menjadi salah satu target potensial para pengedar atau bandar narkoba. Seorang artis yang sekali tampil menyanyi atau bermain di sinetron memperoleh honor puluhan atau ratusan juta rupiah atau artis yang kebetulan menjadi simpanan pejabat atau pengusaha kaya biasanya akan mudah tergoda untuk membeli narkoba karena mereka memiliki uang lebih untuk itu.
Bisa saja pada awalnya mereka memperoleh sampel gratis dari para pengedar. Tapi ketika sudah kecanduan, mau tidak mau mereka harus menguras harta miliknya untuk menuruti kebutuhan dan ketergantungan mereka pada narkoba. Pada titik inilah biasanya artis yang sudah kecanduan akan makin tergantung dan berpotensi berubah dari pemakai menjadi pengedar narkoba.
Keempat berkaitan dengan efek psikologis dan sensasi yang ditawarkan bagi pengguna narkoba. Selama ini sudah bukan rahasia lagi, orang-orang yang berpikiran pendek berani mencoba narkoba hingga akhirnya kecanduan karena mereka sudah merasakan sensasi yang luar biasa.
Berbeda dengan heroin, ganja, dan sejenisnya yang menimbulkan efek fisik bagi pecandu, para artis mungkin merasa bahwa dengan mengonsumsi narkoba jenis psikotropika seperti sabu-sabu atau ineks akan membuat mereka tidak ketagihan. Padahal, meski mungkin efek ketergantungan secara fisik tidak terlalu kentara, ketergantungan secara psikologis akan membuat para artis itu tak ubahnya seperti pecandu yang sulit melepaskan diri layaknya pengguna ganja, heroin, dan sebagainya.
Pengawasan Sesama Artis
Memberantas penyalahgunaan narkoba di kalangan artis sebetulnya tidak terlalu sulit. Dengan memotong mata rantai pemasok narkoba yang kemungkinan akan mudah dideteksi aparat dan mengawasi secara ketat kehidupan sehari-hari para artis, kemungkinan untuk mencegah agar tidak muncul korban-korban baru pecandu di kalangan artis tidak mustahil dapat dilakukan.
Tapi masalahnya adalah apakah sumber daya manusia dan dana yang dimiliki aparat kepolisian cukup untuk melakukan hal ini? Di luar para artis, aparat tentu juga bertanggung jawab untuk menangani kasus penyalahgunaan narkoba yang secara kuantitatif jumlahnya pasti jauh lebih besar daripada hanya di kalangan artis.
Untuk memastikan agar tidak ada lagi artis yang menjadi pecandu narkoba, ada baiknya jika di kalangan artis muncul inisiatif yang serius untuk ikut terlibat memantau dan melakukan pengawasan terhadap kemungkinan anggotanya terjerumus menjadi pecandu narkoba. Mencegah agar artis tidak masuk dalam pusaran narkoba, menurut saya, adalah bagian dari tanggung jawab bersama para artis itu sendiri untuk menyelamatkan masa depan rekan-rekan mereka.
(nag)