Menggabungkan Pola Kepemimpinan Milenial dan Revolusi Mental

Sabtu, 06 Januari 2018 - 08:30 WIB
Menggabungkan Pola Kepemimpinan...
Menggabungkan Pola Kepemimpinan Milenial dan Revolusi Mental
A A A
Dr Nicolaus Uskono, MSi
Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Jakarta

DERAP perkembangan di semua lini kehidupan terjadi semakin cepat. Kemajuan teknologi informasi menjadi bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat saat ini. Kapan pun dan di mana pun, sudah sangat biasa orang memegang smartphone dan terkoneksi internet.

Laju informasi dan pengetahuan pun bergerak begitu cepat tanpa kendala. Semua berubah dalam hitungan sekian detik. Mulai dari proses penggalian informasi, penyebaran berita, tren, teknologi hingga berbagai produk mutakhir terjadi sangat cepat. Seakan mereka yang bergerak lamban akan tergilas dan tertinggal jauh di belakang.

Sebagai bangsa yang besar dan semakin diperhitungkan di kancah internasional, Indonesia memiliki banyak tantangan yang harus diselesaikan. Membangun Indonesia berarti membangun mental rakyatnya sehingga gagasan revolusi mental pun lahir dan dicetuskan pemerintah sebagai gerakan yang masif.

Untuk proses perubahan besar itu, kepemimpinan model lama tidak akan cocok lagi dan oleh karena itu harus dikoreksi atau dikembangkan. Dengan generasi muda di Indonesia yang tumbuh begitu pesat, maka gaya kepemimpinan yang muncul pun harus menyesuaikan ritme dan polanya. Generasi milenial yang saat ini memengaruhi banyak hal juga harus dipimpin dengan gaya kepemimpinan milenial.

Ketika kita membaca berbagai literatur tentang kepemimpinan, istilah kepemimpinan milenial mungkin belum muncul dalam buku-buku teks. Gagasan revolusi mental ini jelas memerlukan penerjemahan lebih lanjut. Tentu saja tak ada definisi yang mutlak untuk pola kepemimpinan milenial yang memang menjadi bagian dari adaptasi perubahan zaman.

Kepemimpinan milenial ini kami terjemahkan sebagai kepemimpinan masa kini yang menyesuaikan dengan gaya generasi baru yang lahir di era 1980-an. Pola kepemimpinan milenial tidak sama dengan pola kepemimpinan lama dari generasi sebelumnya.

Tahun kelahiran 1980-an itu penting karena generasi tersebut saat ini memasuki masa paling produktif. Di usia 30-an tahun, generasi inilah yang menggerakkan dunia kerja, dunia kreativitas, dunia inovasi, dan memengaruhi pasar dan industri global yang ada sekarang sedang menggelinding di lapangan kompetisi dunia kerja, dunia kreativitas, dunia inovasi. Karena itu pula, generasi yang lahir di era 1980-an ke atas biasa disebut generasi milenial.

Dengan merujuk pada generasi itu, gaya kepemimpinan yang dibangun pun perlu beradaptasi dengan pola pikir dan gaya hidup mereka. Dan ketika kepemimpinan yang ada hendak melakukan revolusi mental pada bangsa, generasi inilah yang menjadi target penting untuk disasar.

Beberapa karakter generasi milenial ini adalah, pertama, kemampuan mereka mengakses teknologi informasi yang lebih baik dari generasi sebelumnya. Media sosial menjadi bagian kehidupan mereka sehari-hari. Internet pun menjadi sumber informasi dan pengetahuan bagi mereka. Apa pun kebutuhan informasi yang mereka perlukan, sebagian besar mereka peroleh dari internet dan media sosial.

Kedua, generasi milenial lebih memiliki keberanian dalam berinovasi. Mereka lebih termotivasi menciptakan startup atau merintis usaha dan bisnis baru. Karena itu merupakan bagian dari tantangan yang membuat adrenalin mereka mengalir.

Ketiga, generasi milenial lebih menyukai independensi dan kemandirian. Independensi ini merupakan kebutuhan yang lahir dari gaya hidup yang ingin lebih bebas dan mandiri dalam melakukan sesuatu.

Keempat, generasi milenial lebih menyukai sesuatu yang instan. Mungkin ciri ini bisa dipersepsikan secara positif atau negatif. Positifnya, generasi ini menyukai sesuatu yang praktis dan simpel. Negatifnya, generasi ini mungkin memiliki daya tahan yang lebih rendah terhadap tekanan dan stres karena terbiasa melakukan sesuatu dengan cepat dan instan sehingga kurang sabar jika hasil yang diperoleh tidak muncul seketika.

Dengan memahami karakter generasi milenial ini, kepemimpinan yang muncul pun perlu menjadi bagian dari figur yang cocok dengan mereka. Penerjemahan tentang kepemimpinan milenial ini pun fleksibel dan belum ada definisi mutlak dari para pakar kepemimpinan.

Meski demikian, beberapa yang dapat ditekankan dalam pola kepemimpinan ini antara lain, pertama, kepemimpinan milenial perlu memahami dan memakai pola komunikasi generasi milenial yang dipimpinnya. Misalnya pemimpin milenial tidak segan menggunakan media sosial seperti Twitter, Facebook, Instagram, YouTube, MeTube, dan saluran komunikasi terbaru yang memang menjadi arus utama dalam kehidupan generasi baru itu.

Kedua, kepemimpinan milenial perlu mendorong inovasi, kreativitas, dan jiwa entrepreneurship generasi baru itu. Semua saluran inovasi, kreativitas dan entrepreneurship harus dirancang dengan baik dan kongkrit. Jangan hanya berisi wacana saja, tapi bangunlah proses yang benar-benar dapat dinikmati oleh generasi milenial ini mengembangkan dirinya.

Misalnya pemimpin milenial perlu membangun pusat-pusat kreativitas di setiap kota. Bangunlah sebanyak mungkin workshop dengan peralatan dan teknologi terbaru. Biarkan gagasan dan ide generasi milenial itu tersalurkan.

Di tiap workshop itu bisa diberi misalnya printer tiga dimensi (3D), komputer grafis tercanggih, jaringan internet gratis berkecepatan tinggi, peralatan kerajinan lengkap, dan sebagainya. Semua itu harus bisa diakses generasi milenial secara gratis atau jika memang harus membayar pun harus terjangkau.

Ketiga, kepemimpinan milenial perlu mendukung kemandirian dan jiwa entrepreneurship generasi milenial. Membangun bangsa harus memiliki fondasi utama yakni kemandirian dan entrepreneurship.

Harus diakui, kesalahan pola pendidikan pada generasi lama ialah kemandirian dan jiwa entrepreneurship mereka tidak dibangun secara kokoh sejak dini. Pendidikan kemandirian dan entrepreneurship ini penting bagi masa depan bangsa dan negara untuk bersaing dengan bangsa-bangsa lain yang selama ini mendominasi berbagai bidang dan industri. Kepemimpinan milenial harus menyadari poin penting ini dalam membangun mental generasi baru.

Dengan beberapa poin di atas, tentu secara langsung telah menjadi bagian dari revolusi mental yang ingin dibangun pemerintah sekarang. Revolusi mental pun sebagai konsep dan ide masih sangat fleksibel untuk disempurnakan.

Ketika revolusi mental ini dibangun pada tataran pemimpin dan rakyatnya, tentu bangsa akan mengalami kemajuan pesat di tengah perkembangan zaman yang sangat cepat. Revolusi mental tak hanya diperlukan untuk rakyatnya tapi juga untuk para pemimpinnya yang sekarang mengemban tugas dan tanggung jawab untuk memajukan bangsa ini sejahtera.

Dengan menggabungkan antara pola kepemimpinan milenial dan revolusi mental, konsep baru ini diharapkan memiliki daya dorong yang kuat pada upaya memajukan bangsa. Ketika konsep ini benar-benar diterapkan di berbagai wilayah di Indonesia maka hasil konkretnya dapat terlihat dari munculnya generasi milenial yang tangguh, mandiri, inovatif, dan kreatif. Merekalah yang akan membuat bangsa ini disegani di kancah internasional.
(whb)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7198 seconds (0.1#10.140)